Pihak Minvers pernah melakukan sebuah survei tentang pendapat para pemain tentang fitur makan di game ini.
Seperti yang semu orang ketahui jika teknologi saat ini telah memungkinkan seorang untuk merasakan rasa dari makanan secara virtual.
Walaupun tubuh tidak mendapatkan asupan gizi dari makanan virtual, tapi menikmati rasa dari makanan sebanyak yang mereka inginkan menjadi kesenangan tersendiri.
Hasil dari survei itu menyatakan jika 45% puas dengan rekayasa rasa yang dianggap sudah sempurna tidak ubahnya makanan di dunia nyata, 30% player memiliki ketergantungan dengan fitur makanan, lalu 15% player memanfaatkan fitur ini untuk mendapatkan uang dan terakhir 5% pemain tidak peduli dan mengaggap fitur makanan tidak terlalu penting.
“Vitur perasa virtual menjadi salah satu faktor kesuksesan game Minvers. Masih menjadi perdebatan bagaimana developer game ini menemukan teknologi seperti itu,”
Memasuki rumah makan Sedap malam, Erina melihat tempat itu tengah ramai oleh pengunjung, “Aku baru sadar jika antara npc dan pemain, aku tidak dapat mengidentifikasi keduanya.” sekali lagi Erina kagum dengan kecanggihan sistem yang menggerakkan para npc sehingga sulit untuk dibedakan dengan player.
Minvers saat ini dimainkan oleh sepuluh juta pemain aktif, jumlah itu akan terus bertambah seiring menurunnya harga kapsul. Sementara itu tidak ada jumlah pasti npc di dalam game.
“Mbak, di sini!.” suara Hanna terdengar dari lantai dua, Erina tersenyum kecil saat melihat adiknya, dia pun segera menghampirinya.
***
Gadis berambut hitam pendek lurus dengan senjata perisai dan pedang satu tangan, Semanggi adalah Avatar milik Hanna. Wajahnya sangat mirip dengan dunia nyata, yang menjadi pembeda hanya panjang rambut dan dua tanduk kecil di kening.
“Ada apa dengan privasi mu, gadis kecil?.” kataku mengomentari Avatar Hanna.
“Woah, sekarang mba.... kau terdengar seperti ibuku!.” Hanna menghindari memanggilku seperti biasa dikarenakan dia ingin menyembunyikan hubungan kami dengan teman-temannya.
“Walaupun aku seperti ini tapi percayalah jika tidak banyak orang mengira Avatar ini adalah orang yang sama dengan Hanna di dunia nyata.”
“Benarkah?, Apa yang membuat orang berpikir jika keduanya berbeda hanya dengan perbedaan panjang rambut?.” aku tidak yakin dengan perkataan Hanna.
“Bukankah kakak tahu jika rambut palsu ada alat penyamaran paling banyak digunakan oleh orang?.”
“Benarkah?”
“Itu benar. Coba ingat film superhero yang menceritakan tentang manusia dari planet krypton, bukankah dia hanya memakai kacamata dan gaya rambut yang berbeda untuk berbaur dengan masyarakat?.”
Hanna memperkuat argumennya dengan mengambil contoh sebuah film yang logikanya masih bisa dipertanyakan.
“Jadi selain rambut palsu kau juga memiliki kacamata?.” Hanna seketika membeku ditempat setelah mendengar pertanyaan ku. “... ah karena kita terus berbicara membuat aku lupa memperkenalkan teman-temanku pada kak... Emira.” dia segera mengalihkan pembicaraan.
‘Sudah jelas dia menyembunyikan sesuatu.’ Kemudian Hanna memperkenalkan ketiga temannya padaku.
Yang pertama adalah seorang gadis dengan penampilan seseorang penyihir, Avatarnya bernama Hilda. Walaupun berpenampilan seperti penyihir tapi aku dapat melihat glove (sarung tangan) yang dipenuhi dengan duri seolah dibuat khusus untuk petarung menggunakan tangan.
Lalu seorang pemuda dengan topeng wajah tersenyum lalu pakaian yang dia gunakan adalah jaket Hoodie hijau. Aku tidak bisa mengidentifikasi pemain seperti apa dia karena tidak ada yang bisa memberiku gambaran tentang pekerjaan yang dia miliki.
Kemudian yang terakhir seorang pria bernama Setyo yang mengaku masih berusia 25 tahun walaupun Avatarnya terlihat agak berumur lebih. Memiliki kulit kecoklatan dan rambut blonde, pedang besar di belakang punggungnya membuatku berpikir jika dia seorang Berserker atau mungkin Black Knight.
Setelah mereka memperkenalkan diri aku juga melakukan hal yang sama, “Nama Avatar Emira Emerald. Memulai permainan ini baru kemarin jadi aku berharap mendapatkan bimbingan dari para senpai.” aku menundukkan kepalaku saat memperkenalkan diri.
Melihat perkenalanku, ketiganya menatap satu sama lain. “Aku sangat berterima kasih atas bantuan anda.” ucap Megan dengan nada begitu formal. Dia berhasil membuatku kebingungan.
Menyadari kebingunganku, Setyo mengambil alih posisi sebagai pembicara. “Kami bertiga berterima kasih karena berkat anda AFK studio berhasil lepas dari Bridge grup tanpa adanya denda yang harus dibayarkan para telent.” suaranya membuatku teringat dengan karakter manusia setengah dewa yang ingin membunuh semua dewa Yunani.
“Aku hanya melakukan apa yang seharusnya,” Ucapku sambil menatap Hanna. “Jadi tentang AFK studio, kalian benar-benar ingin melanjutkannya?.” pertanyaan ku dibalas dengan wajah serius oleh keempatnya.
Aku hanya ingin memastikan tujuan sebenarnya Hanna dan temannya yang berusaha ingin membangkitkan lagi AFK studio.
Jika menginginkan uang bisa saja mereka bergabung dengan grup lain. Dengan reputasi dan kekuatan yang berhasil mereka dapatkan setelah satu tahun bermain Minvers, banyak guild menginginkan mereka dan bersedia membayar mahal.
Tapi sepertinya bukan uang yang menjadi masalah di sini.
***
Keluar dari rumah makan Sedap malam, kami menuju pusat kota. Untuk membuat sebuah guild kami perlu mendaftar di perserikatan petualang. Tapi sebelum mendaftar guild baru, aku diharuskan mengikuti job tes.
“Lihat siapa yang datang ke perserikatan,” saat kami berlima hendak masuk ke gedung perserikatan, tiba-tiba beberapa orang menghentikan kami. Wajah Hanna yang dipanggil dengan nama Anggi menjadi gelap setelah melihat seorang gadis diantara kelompok itu.
“Ada apa Anggi, apa kau baru saja menyelesaikan misi membersihkan got kota dan berharap mendapatkan uang receh di sini.” dia dengan terang-terangan memprovokasi kelompok kami.
“Hentikan omong kosongm Fariska, kau begitu berani memulai perkelahian di tempat umum seperti ini.” Hilda terlihat sangat marah dengan kemunculan kelompok itu, terutama dengan gadis bernama Fariska.
“Meh, kenapa aku harus takut? Sebentar lagi kota ini akan menjadi wilayah kekuasaan guild Nort Dragon. Apapu bisa kami lakukan setelah itu.” Fariska begitu sombong saat menunjukkan lambang Guild Nort Dragon.
“Teruslah bermimpi.” Hilda meledek perkataan Fariska. Kerajaan Jayakarta begitu kuat dan saat ini tidak ada peperangan apapun di server utama, jadi jika ada seorang pemain mengatakan akan menguasai sebuah kota maka dia dipastikan sedang bermimpi.
“Hrmp, kalian tunggu saja sebentar lagi akan ada sesuatu yang besar ter....”
“Sudah cukup!.”
Perkataan Fariska terputus saat pemuda dengan armor berkilau memotong perkataan gadis itu. Walaupun Fariska sepertinya masih ingin mengatakan banyak hal, tapi dia tidak bisa membantah perintah si pemuda.
Tatapan pemuda itu begitu tajam terarah pada Hanna, itu membuatku agak tidak nyaman. Bermaksud mencari tahu siapa kelompok ini aku pun bertanya pada Hanna lewat friend chat.
Berdasarkan penjelasan dari Hanna, ternyata Fariska dan si pemuda yang bernama Reyhan dulunya merupakan bagian dari AFK studio, tapi mereka keluar setelah terjadi beberapa masalah.
“Aku mendengar jika kalian ingin kembali mendirikan AFK guild.” ucap Reyhan pada Hanna.
“Bukankah itu sudah jelas.” namun bukan Hanna tapi Hilda yang membalas perkataan pemuda itu, “Lalu kenapa para penghianat seperti kalian berada di sini, apa kalian masih berharap kami bergabung dengan Nort Dragon?, Kalian hanya membuang waktu.”
Beberapa orang dari kelompok Rayhan menjadi marah karena Hilda berkata dengan begitu kasar pada pemimpin mereka dan guild Nort Dragon. Sebelum terjadi perkelahian Rayhan segera menghentikan teman-temannya.
“Benar aku menemui kalian menang bermaksud untuk mengajak bergabung dengan Nort Dragon.” seketika Hanna dan teman-temannya memutar mata mereka, sepertinya Reyhan sudah berulang kali mengajak mereka untuk bergabung dengan guild itu hingga mereka terlihat bosan.
“Seperti yang Hilda baru saja katakan, kau membuang waktumu.” setelah berkata seperti itu, Hanna berbalik bersiap masuk kedalam gedung perserikatan, tapi perkataan Rayhan selanjutnya membuat dia berhenti.
“Setelah hari ini, aku yakin kau akan berubah pikiran.” perkataan pemuda itu terdengar begitu percaya diri.
“Hou, aku ingin tahu bagaimana kau bisa berpikir seperti itu.” Hanna tersenyum mengejek.
“Kau akan segera tahu.” Rayhan dan kelompoknya pun pergi meninggalkan kami. Hilda mengatakan jika tidak perlu memikirkan perkataan Rayhan, tapi dengan jelas aku dapat merasakan suasana Hanna dan yang lainnya begitu berubah.
“Jika seandainya Nort Dragon menyerang kota ini, apa itu mungkin?.” perkataan ku sontak membuat mereka saling pandang.
Tidak ada jawaban, semuanya jatuh dalam pikiran masing-masing.
‘Jadi memang ada kemungkinan.’ gumamku pelan.
***
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Dou'U Ji
lalu 5% lagi kemana.? 45%+30%+15%+ 5% kan hasilnya 95% ...nah sisa kemana tuh🤔
2023-01-29
0