“Sebenarnya apa yang kulihat tadi. Saat tanganmu menyentuh bahuku, aku seperti masuk ke dunia lain. Tubuhku bergerak tanpa bisa kukendalikan. Aku bahkan berbicara denganmu seolah kita sudah saling mengenal,” tanya Hector saat mereka berdua mengawasi proses evakuasi di depan gedung pusat perbelanjaan.
Javier sudah mengirim lusinan regu penolong. Dan karena Ilena sudah memastikan tidak ada monster terbang di kota itu, kakak kembarnya juga mengirim banyak pasukan helikopter yang membawa tenaga medis dan obat-obatan. Setelah ini Dean akan mengatur perbaikan kota Starfa dengan pemerintah setempat. Kalau Javier sudah turun tangan, masalah semacam ini bisa diselesaikan dengan mudah.
“Aku baru mengalaminya dua kali. Karena itu aku tidak terlalu yakin dengan pendapatku. Tapi sepertinya hal itu menyimpan misteri tentang penyebab Galatean muncul di dunia ini. Kalau kau memperhatikan monster-monster yang kita serang dalam dimensi itu, bukankah mereka sama persis seperti moster di Galatean?” terang Ilena balas bertanya.
“Memang benar. Menurutku penglihatan itu berkaitan dengan Quest yang kita jalani. Quest kita saling terkait satu sama lain, dan merupakan misi utama dalam sistem saat ini. Kita harus segera menyelesaikan quest ini agar semua kekacauan berakhir,” kata Hector menganalisis.
Ilena mengangguk setuju. “Kau benar. Aku akan mencoba membuka Memory Key yang kedua. Tampaknya kita perlu ke tempat yang lebih tenang,” ujar Ilena mengajak Hector untuk pergi belakang gedung.
Di tengah jalanan yang gelap itu, Ilena lantas mengeluarkan Memory Key dari inventorynya.
“Pembuka Gerbang Dimensi,” gumam Ilena menyebutkan skill untuk membuka kunci memori tersebut.
Sebuah hologram berbentuk lubang kunci kembali muncul di hadapan Ilena. Gadis itu lantas menasukkan Memory Keynya ke dalam lubang dan serta merta pandangannya memburam dan berubah gelap.
Pandangan Ilena berangsur pulih. Ia masih berada di padang peperangan yang sama seperti sebelumnya. Hector berdiri di sisinya, dan perutnya masih terluka. Sambil menahan rasa sakit dan mencengkeram busurnya, Ilena mencoba untuk kembali bertarung. Namun mendadak sebuah bola cahaya sebesar lemari baju terlontar dari balik punggung Ilena. Ilena dan Hector menoleh dan mendapati seorang pemuda berwajah Asia berjalan mendekat dengan tongkat kayu bertatah batu permata berwarna jingga.
“Hector, Komanda, apa kalian baik-baik saja? Astaga Anda terluka, Komandan. Anda harus menyembuhkan diri dulu. Biar saya yang menangani tempat ini,” kata pemuda itu.
“Aku masih kuat untuk bertarung, June. Sekarang, tolong bawa kami ke atas sana. Aku ingin menhancurkan serangga-serangga ini dengan cepat,” kata Ilena memberi perintah.
“Tapi … ,” pemuda bernama June itu tampak cemas.
“Turuti perintahku!” bentak Ilena tegas.
Sang pemuda pun akhirnya menurut. Ia merapa mantra selama beberapa waktu dan membuat tongkat sihirnya bergetar pelan. Tak lama kemudian, tanah di bawah kaki Ilena pun mulai bergerak naik secara perlahan. June mengangkat tangannya pelan-pelan dan membawa bongkahan tanah yang mereka pijak terangkat semakin tinggi.
Hector melepas Ilena yang terbang bersama June. Pria itu lantas kembali menghunus pedangnya dan mulai menyerang para monster di bawah sana.
“Apakah setinggi ini sudah cukup, Komandan?” tanya June kemudian.
“Ini sudut yang tepat. Sekarang aku akan membinasakan mereka semua,” kata Ilena sambil merentangkan bususrnya. Dari tempat itu, Ilena mulai membidik dan menembaki para monster di bawahnya dengan cepat. Serangan Ilena berhasil menghancurkan ratusan monster yang menyerang di bawah kaki mereka.
Mendadak pandangan Ilena kembali memburam dan berubah gelap. Beberapa saat kemudian gadis itu kembali ke jalanan gelap di belakang gedung bersama Hector.
“Sepertinya aku kenal dengan anak bernama June tadi,” komentar Hector tiba-tiba.
Ilena sedikit tersentak kaget. “Apa kau juga masuk bersamaku dalam dimensi memori tadi?” tanyanya bingung.
“Memangnya seharusnya aku tidak boleh ikut masuk?” Hector balas bertanya.
“Eh … bukan begitu. Aku baru tahu kalau Memory Key bisa membawa orang lain masuk ke dalam dimensinya. Mungkin karena kita terikat quest yang saling terjalin,” kata Ilena mencoba menganalisis.
“Bisa jadi seperti itu. Ngomong-ngomong aku benar-benar tahu anak bernama June itu,” lanjut Hector masih bersikeras.
“Wajahnya memang tidak asing. Coba kuingat-ingat lagi,” sahut Ilena menggapi.
Tak berapa lama kemudian notifikasi sistem Ilena muncul.
Quest Memory Key 2:
Temukan June Park
“Ah, aku tahu sekarang dia siapa. June Park. Dia seorang penyanyi Idola,” celetuk Hector kemudian.
Ilena menghela napas panjang. Targetnya selanjutnya mungkin lebih mudah dicari, tapi tidak mudah ditemui. Para idola seperti pemuda itu dijaga dengan ketat dan tidak semua orang bisa menemui mereka sembarangan. Bahkan meskipun dalam keadaan bencana seperti ini pun, para idola pasti tetap memiliki nilai yang tinggi bagi perusahaan mereka. Sudah pasti penjagaan terhadap mereka semakin diperketar.
Akan tetapi, Ilena mendapat ide. Memang tidak mudah bertemu dengan mereka. Kecuali kalau Ilena merupakan sponsor utama sang idola.
“Kurasa aku tahu cara menemui orang ini. Kita harus kembali ke Burca dulu,” kata Ilena kemudian.
“Kebetulan aku juga harus menemui keluargaku di Burca. Sudah hampir lima hari aku tidak bisa menghubungi mereka,” keluh Hector kemudian.
“Kalau begitu kita bisa menggunakan fasilitas perusahaanku untuk mencari keluargamu. Apa questmu selanjutnya?” tanya Ilena kemudian.
Hector menggeleng pelan. “Belum ada yang muncul lagi sejak aku masuk ke dalam partymu. Tapi quest utama untuk menemukan Red Obelisk belum selesai sampai sekarang. Dan tidak ada petunjuk.”
“Kalau begitu untuk sementara ini apakah kau bersedia membantuku menyelesaikan quest Memory Key?”
Hector mengangkat bahu ringan. “Sepertinya mengikutimu akan memberiku lebih banyak peluang untuk menemukan Red Obelisk daripada aku mengembara sendirian tanpa arah.”
Begitulah Hector dan Ilena akhirnya mencapai kesepakatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
moonmaker
semangat kak!
2022-10-30
0