Rapat divisi perencanaan diadakan di tengah kemelut. Bahkan ruang rapat VIP yang semula bersih dan canggih kini tak ubahnya kapal pecah. Meski begitu, para petinggi perusahaan pun turut hadir dalam pertemuan dadakan tersebut. mereka semua jelas tahu bahwa kekacauan yang terjadi di luar sana benar-benar serupa dengan konsep game Galatean yang tengah mereka kembangkan.
Ilena selaku pimpinan proyek tersebut tak luput dari sorotan. Ia duduk di sembarang kursi yang masih utuh, diikuti oleh lima orang lainnya yang juga berada di sana. Dean tidak turut bersama mereka karena Ilena memerintahkannya untuk membantu proses evakuasi para pegawai lain yang selamat. Gadis itu tidak ingin Dean turut disalahkan dalam rapat tersebut, terutama karena selama ini Dean hanya mengikuti perintahnya. Ilena merasa harus bertanggung jawab atas kejadian ini, meski sebenarnya ia juga tidak tahu penyebab Galatean bisa muncul di dunia nyata.
“Ilena, sebenarnya apa yang kau lakukan sampai kekacauan ini bisa terjadi?” sergah Javier Lockart, pimpinan tertinggi Alcanet Tech sekaligus saudara kembar Ilena.
“Ini di luar kendaliku Javier. Aku bahkan tidak bisa mengakses sistem Galatean melalui komputer manapun. Semuanya hilang seolah sistem itu memang tidak pernah ada secara daring sebelumnya,” balas Ilena tak kalah putus asa.
“Tapi bagaimana mungkin sistem permainan daring bisa muncul dalam kehidupan nyata? Apa ini masuk akal?” desah Javier sembari memijit keningnya yang berkerut.
“Lebih baik kita memikirkan solusinya daripada hanya berkutat pada penyebab kekacauan ini,” kata Misa, pimpinan divisi kemanan, mencoba menengahi.
“Benar kata Misa. Sebaiknya kita melakukan tindakan penanggulangan setelah bencana ini terjadi,” sambung Orlo, pimpinan divisi pemasaran turut menanggapi.
“Aku melihat banyak player lain di luar sana. Kupikir ada baiknya kita membuat guild untuk mengorganisir mereka agar dapat melindungi para penduduk non-player jika terjadi serangan monster lagi,” usul Ilena kemudian.
“Tapi darimana para monster itu muncul?” tanya Javier.
“Aku melihat ada semacam portal dimensi yang mucul di jalan raya saat aku keluar membeli kopi tadi. Dari sana monster itu muncul,” sahut Bilard dari bagian administrasi. “Mungkin kita bisa mulai mencari tahu dimana lokasi portal-porta lainnya muncul dan mengerahkan para player yang terlatih untuk melawan monster lainnya,” lanjut pria itu sembari membetulkan letak kacamatanya.
“Benar. Kita semua adalah player tingkat atas. Ada baiknya kita juga membuat fasilitas pelatihan bagi para player lain.” Kini giliran Linda sang pimpinan divisi riset yang angkat bicara.
Javier tampak berpikir sejenak sembari menyibakkan rambut peraknya yang sewarna dengan rambut saudara kembarnya. Ilena menatap kakaknya itu dengan seksama. Berbeda dengannya, Javier memang orang yang lebih emosional dan cenderung tidak sabaran. Ia mudah terusik dengan masalah sepele sekalipun. Sementara masalah yang harus mereka hadapi sekarang tergolong masif dan sudah pasti perusahaan yang dipimpin Javier akan menjadi kambing hitam atas bencana ini. Ilena tentu menyadari beban yang harus ditanggung oleh Javier. Karenanya ia tidak bisa menyalahkan kemarahan saudara kembarnya tersebut.
“Baiklah. Sepertinya memang itu satu-satunya cara bagi perusahaan kita untuk bertanggung jawab atas bencana ini. Aku akan menghubungi pihak militer dan pemerintah yang terkait untuk merealisasikan usul kalian,” ucap Javier kemudian dibalas dengan anggukan setuju oleh semua orang.
“Sementara itu, aku ingin kau tetap mencari tahu penyebab kebocoran ini, Ilena,” lanjut Javier sambil menoleh pada adik kembarnya.
“Tentu saja, Jav. Aku akan berusaha sampai titik darah penghabisan untuk menemukan akar permasalahan ini,” sahut Ilena tegas.
Javier menghela napas pendek seolah tidak puas atas jawaban Ilena. Akan tetapi ia tahu bahwa itu adalah jawaban terbaik yang bisa dikatakan oleh adik kembarnya. Maka Javier tidak berkomentar lagi dan memilih untuk menoleh pada karyawannya yang lain.
“Dan untuk kalian, aku akan member tugas terpisah setelah ini. Kita harus membuat skema penanggulangan darurat termasuk rencana pelatihan di kemudian hari. Aku juga perlu daftar semua player dari setiap server yang sudah aktif sejak uji beta kemarin,” perintah Javier kemudian.
Keempat orang lainnya mengiyakan perintah Javier dengan serentak. Javier mengangguk singkat lantas bangkit berdiri.
“Kita juga perlu membangun ulang gedung kantor ini,” gumam Javier sembari berjalan pergi.
...***...
Ilena sudah kembali ke apartemennya sendiri setelah pertemuan dengan para petinggi perusahaannya. Kakaknya masih sibuk mengurus berbagai birokrasi terkait bencana yang timbul. Ia sendiri memilih pulang dan melihat k,ondisi apartemennya yang juga tak kalah mengenaskan. Meski bangunannya masih utuh, tetapi semua benda di dalam ruangan sudah berserak jatuh ke lantai. Sepertinya karena guncangan kuat saat Skeleton Archaeopteryx meledakkan bangunan-bangunan lain di sekitarnya.
Akan tetapi Ilena tidak terlalu berselera untuk membereskan kekacauan tersebut. Gadis itu memilih untuk merebahkan tubuhnya di salah satu sofa panjang di tengah ruang tamunya. Tubuhnya terasa sangat lelah dan kepalanya juga berat karena terlalu banyak berpikir. Meski begitu Ilena masih penasaran dengan Memory Key yang didapatkan saat mengalahkan bos monster tadi.
Benda itu tidak pernah ada dalam game Galatean buatannya. Ini pertama kalinya Ilena melihat kunci hitam tersebut. Keingintahuannya yang menggelitik membuat Ilena mengabaikan rasa lelah di tubuhnya dan memilih untuk mengeluarkan lagi Memory Key dari fitur penyimpanan sistemnya.
“Cleo, buka penyimpanan,” ucap Ilena pelan.
Layar hologram menanggapi perintah tersebut, lantas kembali memunculkan panel-panel berisi benda-benda yang disimpannya sejak dalam game. Ilena segera meraih kunci biru gelap yang terletak di panel paling atas. Kunci itu pun memadat di genggamannya. Ukurannya cukup besar untuk sebuah kunci. Kurang lebih sekitar tiga puluh sentimeter.
“Cleo, jelaskan tentang Memory Key.”
Sebuah layar hologram kembali muncul dengan keterangan panduan item.
...Memory Key (1/7)...
Kunci yang dapat membuka misteri quest tersembunyi. Masing-masing kunci menyimpan kepingan informasi mengenai rahasia Galatean dan menemukan enam Pasukan Galatea. Kumpulkan ketujuh kunci untuk membangkitkan jiwa Ymir dan menutup portal dimensi.
Cara menggunakan: gunakan skill Pembuka Gerbang Dimensi
Ilena tidak pernah merasa membuat skill Pembuka Gerbang Dimensi. Namun kemudian ia mengingat kembali di jendela status karakternya terdapat atribut ‘Pembuka Gerbang Dimensi’ di bawah namanya. Gadis itu separuh yakin bahwa ia memang sekilas membaca atribut tersebut saat tadi membuka jendela statusnya. Padahal atribut yang seharusnya dimilikinya adalah ‘Game Master’.
“Cleo, buka jendela status karakter,” ucap Ilena yang akhirnya memutuskan untuk sekali lagi memastikan jendela status karakternya.
Ilena Lockart (Archer)
-Pembuka Gerbang Dimensi-
*Lv. 99
Strenght : 20
Agility : 121
Vitality : 45
Inteligent : 20
Dexterity : 187
Luck : 100*
Layar hologram yang muncul di hadapan Ilena memastikan bahwa dugaannya terbukti. Ia memang memiliki atribut baru bernama ‘Pembuka Gerbang Dimensi’. Atribut yang sama sekali tidak pernah dia buat dalam sistem Galatean.
“Sampai dimana kau akan terus berkembang, Cleo?” gumam Ilena lebih pada dirinya sendiri.
Akan tetapi layar hologram tetap muncul sebagai tanggapan atas kata-kata Ilena tersebut.
Player yang terhormat,
Sistem Galatean Open World series sama persis dengan sistem uji beta yang ada sebelumnya, kecuali untuk ketujuh pemain inti yang terlibat dalam pembukaan portal dimensi. Silakan menyelesaikan quest Memory Key untuk memecahkan misteri selanjutnya.
Dahi Ilena berkerut membaca penjelasan tersebut. Jika keterangan itu benar, artinya Ilena memang merupakan salah satu penyebab bocornya sistem Galatean ke dunia nyata. Akan tetapi ia sama sekali tidak punya petunjuk bagaimana dan sejauh apa keterlibatannya dalam kasus ini. Gadis itu hanya bisa mendesah putus asa sambil kembali menatap kunci besar yang digenggamnya. Satu-satunya cara untuk memahami hal tersebut adalah dengan melakukan quest yang diperintahkan oleh sistem.
“Pembuaka Gerbang Dimensi,” ucap Ilena menyebutkan skill yang dibutuhkan.
Layar hologram lain muncul di hadapan gadis itu dengan tampilan yang jauh berbeda dengan bayangannya. Hologram tersebut tidak menampilkan kata-kata atau panel berisi benda-benda dalam game. Alih-alih sebuah lubang kunci besar tampak melayang-layang tepat di depan Ilena, menunggu dibuka.
Ilena menautkan kedua alisnya karena penasaran. Bahkan dari segi desain dan warna, gambaran lubang kunci tersebut terlalu jauh berbeda dengan tema tampilan Galatean buatannya. Dalam Galatean yang asli, sebagian besar templatenya didominasi dengan warna hijau terang dan cokelat. Namun, lubang kunci ini berwarna biru gelap nyaris kehitaman, senada dengan warna kunci yang dibawa oleh Ilena.
Gadis itu menatap hologram tersebut selama beberapa saat sebelum memutuskan untuk mencocokkan dengan kunci yang dia bawa. Mata abu-abunya menatap dengan seksama sembari menelaah segala kemungkinan yang bisa terjadi kalau kunci tersebut dimasukkan. Bisa jadi ini adalah jebakan yang mengakibatkan terbukanya portal dimensi yang lain. Ilena tidak ingin membuat kesalahan baru.
Akan tetapi sepertinya sistem itu tidak mengijinkan Ilena berpikir terlalu lama karena beberapa saat kemudian, di atas hologram lubang kunci tersebut kini muncul angka hitung mundur. Waktu yang diberikan hanya sepuluh detik. Ilena dipaksa untuk berpikir cepat dan mengesampingkan segala resiko yang sekiranya bisa dia tanggung. Bisa jadi lubang kunci tersebut hanya akan muncul satu kali setiap waktunya. Ilena tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan untuk menemukan jawaban tentang penyebab munculnya Galatean di dunia nyata. Javier sudah sangat marah gara-gara ini.
Maka di detik-detik terakhir, gadis itu pun kemudian mengangkat kunci di genggamannya dan mengarahkannya masuk tepat di lubang kunci hologram. Bunyi klik pelan segera terdengar, diikuti cahaya berwara biru terang yang muncul tiba-tiba. Ilena menyipitkan mata karena terkejut oleh kemunculan cahaya itu. Sekonyong-konyong suara dengung melengking kembali terdengar di kedua telingannya. Rasa pening luar biasa juga menghantam kepala Ilena membuat gadis itu meringkuk hingga menyentuh lutut.
Ilena mengerang keras karena kesakitan. Kepalanya seperti dihantap palu dengan sangat keras dan membuat gadis itu terus menggeliat hingga jatuh dari sofa. Serta merta pandangannya memburam dan berubah gelap. Ia merasakan sensasi tersedot yang membuatnya mual. Ilena terus mencoba bertahan dari rasa sakitnya. Namun sensasi tersebut berlangsung selama beberapa saat hingga akhirnya dengungan di telinganya perlahan mereda.
“Ilena, kau baik-baik saja?” tiba-tiba suara seorang pria terdengar memanggil namanya.
Ilena juga merasakan tepukan pelan di bahunya. Gadis itu lantas mendongak dan mendapati seorang pria berbadan tegap dengan rambut hitam cepak berlutut di sebelahnya. Mata cokelat pria itu tampak cemas menatap Ilena yang kini tengah berlutut di atas rerumputan.
“Aku baik-baik saja, Hector.” Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Ilena tanpa bisa ia kendalikan.
Gadis itu lantas bangkit berdiri sembari menepuk-nepuk lututnya yang dipenuhi tanah dan debu. Ia kini tidak lagi berada di ruang tamu apartemennya, namun di sebuat tempat asing yang entah kenapa terasa sangat familiar. Tempat itu dipenuhi hamparan rumput rendah dengan tumbuhan pakis dan jamur raksasa menjulang setinggi lima hingga sepuluh meter. Beberapa benda terbang tampak berseliweran di udara. Bentuknya seperti piring pipih seukuran orang dewasa yang melesat ke segala arah dengan kecepatan di luar nalar.
Benda-benda tersebut mengeluarkan tembakan-tembakan cahaya yang mengarah pada pertempuran di bawahnya. Makhluk-makhluk besar berkulit hijau dengan taring besar memenuhi medan pertempuran tersebut. Mereka bergelut melawan para manusia bersenjatakan busur panah dan pedang besar. Akan tetapi pasukan manusia itu jelas tampak terdesak karena jumlah mereka yang tidak sepadan dengan monster yang dilawannya.
“Kau terjatuh dari ketinggian dua puluh meter, Illy. Dan scarabmu meledak karena serangan para Orc. Setidaknya dua atau tiga tulangmu mungkin patah. Kita mundur dulu untuk melihat kondisimu,” bujuk pria itu sembari berusaha merengkuh Ilena.
“Sudah kubilang aku baik-baik saja, Hector. Kita harus menahan serangan monster ini selama mungkin agar orang-orang bisa selamat,” sergah Ilena yang sekali lagi mengeluarkan kata-kata tanpa bisa dia cegah.
“Tapi…”
“Kita pejuang terakhir Galatea, Hector. Aku akan tetap berada di sini hingga semua orang pergi. Setelah itu aku akan menyegel monster-monster sialan itu dengan tanganku sendiri. Planet kita sudah hancur.”
Mendadak Ilena merasa hatinya begitu sakit. Rasa sedih, marah, dan penyesalan menyerangnya bertubi-tubi. Ia tak kuasa menahan air mata yang mulai meleleh di pipinya. Pria di hadapannya tampak sama resahnya dengan Ilena. Wajahnya yang muram menatap Ilena dengan sisa-sisa keyakinan yang nyaris pudar. Pria itu lantas menggenggam jemari Ilena dan mengangguk singkat.
“Baik, Komandan. Aku akan berjuang bersamamu,” ucap pria itu lalu mengangkat pedang besarnya ke udara.
Ilena pun turut mengangkat busur putihnya yang berornamen bulu angsa. Itu adalah busur yang sama seperti yang dia gunakan dalam game. Saat hendak merentangkan busur tersebut, mendadak pandangan Ilena kembali memudar dan berubah gelap. Rasa sesak menyesapi paru-parunya dan membuat gadis tersebut menarik napas panjang.
Detik berikutnya, Ilena berhasil membuka mata dan mendapati dirinya sudah kembali tersungkur di ruang tamu apartemen. Ia begitu terengah-engah dan keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Jantungnya masih berdetak cepat karena perasaan marah dan sedih yang dia rasakan tadi.
“Apa yang terjadi?” gumamnya kemudian.
Mendadak ia menyadari bahwa kini di hadapannya sudah menggantung sebuah layar hologram berwarna biru gelap.
Quest Memory Key 1:
Temukan Hector Gianni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
moonmaker
ngeri banget jatuh dari ketinggian segitu :( merinding
2022-10-23
1
Kerta Wijaya
🤟
2022-08-06
0