Bos Monster

“Cleo, bagaimana cara menggunakan senjata?” tanya Ilena kemudian.

Layar hologram kembali muncul menampakkan panduan pemula.

 

Player yang terhormat,

Untuk menggunakan senjata dan mengaktifkan skill, anda bisa membuka fitur penyimpanan dan meraih senjata yang anda butuhkan. Ucapkan nama skill untuk bisa mengaktifkannya dan melakukan serangan. Skill pasif sudah teraktifasi secara otomatis sehingga anda hanya perlu menyebutkan skill-skill aktif yang bisa digunakan sesuai waktu cast masing-masing.

 

“Buka penyimpanan,” desah Ilena kemudian.

Layar hologram kembali berubah, menampakkan puluhan panel berisi berbagai macam barang yang pernah didapat Ilena dalam game. Ilena yang sudah hafal sepenuhnya akan tampilan tersebut segera meraih sebuah busur putih bersinar dengan ornamen bulu angsa yang ada di sudut paling atas.

Detik berikutnya sebuah busur sebesar rentangan tangan Ilena pun mewujud dalam genggamannya. Busur itu benar-benar padat dan meski terlihat berat, tetapi anehnya terasa begitu ringan. Dengan sigap, Ilena segera merentangkan busurnya yang bercahaya keemasan tersebut. Sebuah anak panah berwarna emas turut muncul dari udara kosong, terentang di antara busur dan tangan kanan Ilena.

“Arrows Rain,” ucap Ilena mengaktifkan salah satu skill archernya.

Serta merta anak panah dalam genggamannya berlipat ganda menjadi empat. Skill pasif Hawk Eye membantu bidikan Ilena menjadi begitu jelas dan tepat melihat target yang dia tuju. Dengan satu tarikan napas, gadis itu pun melontarkan keempat anak panah bercahaya keemasan ke arah target yang berada sejauh hampir empat ratus meter dari tempatnya berdiri.

Keempat anak panah tersebut melesat dengan sangat cepat, lantas kembali berlipat ganda menjadi puluhan anak panah lain dalam perjalanannya. Masing-masing anak panah tersebut serupa peluru kendali yang menembus puluhan Skeleton yang berada di area jangkauannya. Dalam satu serangan, para Skeleton yang terkena anak panah Ilena segera terburai hancur lalu berubah menjadi asap gelap dan menghilang bagai debu.

“Woah!” seru Dean terpukau. “Bagaimana kau melakukannya?”

“Bukankah kau juga seorang player tingkat atas, Dean? Lakukan tepat seperti saat kau bermain game. Tubuhmu akan mengikuti dengan mudah,” ucap Ilena sembari merentangkan busurnya kembali.

Dean mengangguk setuju. Dengan sigap pria itu lantas mengeluarkan senjata andalannya, sebuah busur hitam dengan ornamen batu-batu onyx. Dean lantas melakukan gerakan yang sama dengan Ilena dan menembaki para Skeleton yang menggila di bawah sana. Puluhan Skeleton pun berhasil diberantas dengan cepat dan membuat kekacauan di bawah sana sedikit mereda.

Sayangnya, kemenangan tidak bisa diraih dengan semudah itu. Sebuah bola api besar tiba-tiba terlontar ke arah mereka berdua tanpa peringatan. Ilena dan Dean dengan sigap menghindar dan melompat ke dalam ruangan. Bola api tersebut sukses menghanguskan sisa ruang kerja mereka yang sudah tinggal separo dan menghanguskan salah satu sisi dinding beton.

“Apa itu?” seru Dean panik.

“Ini gila,” geram Ilena sembari berdecak marah.

Ia jelas tahu apa yang muncul setelah itu karena detik berikutnya, sekelebat bayangan monster besar terbang melesat di hadapan mereka.

“Skeleton Archaeopteryx,” gumam Ilena kemudian.

“Gila! Bos monster dungeonkenapa muncul di Burca?” seru Dean menanggapi.

Ilena tak lantas menjawab. Ia masih mengawasi sang burung purba yang tinggal tulang belulang beraura gelap itu terbang mengitari kota. Monster itu juga adalah ciptaannya dalam game Galatean. Gadis itu sudah memperkirakan kemunculan monster tersebut karena ia memang satu paket dengan para Skeleton di bawah sana. Dalam permainan rancangannya, mengalahkan bos monster akan otomatis menyelesaikan dungeon.  Itu artinya bila ia berhasil mengalahkan si burung purba pemangsa itu, maka semua monster di area tersebut akan otomatis menghilang.

Kabar buruknya, bos monster tersebut tidak mudah dikalahkan. Selain karena kemampuan terbangnya yang begitu cepat, skill pelontar bola api miliknya juga sangat berbahaya. Beruntung ukuran monster itu sebesar tiga kali truk kontainer yang digabung menjadi satu. Dengan tubuh sebesar itu, mudah bagi Ilena untuk membidikkan anak panah ke arah tubuh sang monster.

Maka dengan gerakan sigap, gadis itu segera bangkit berdiri dan berlari ke arah atap yang terbuka untuk membidikkan busur panahnya. Sang monster terbang berputar-putar sambil sesekali melontarkan bola-bola api ke sembarang arah. Ilena mengikuti pergerakannya dengan waspada sambil berdiri kokoh dengan busurnya. Setelah yakin akan arah bidikannya, serbuan anak panah keemasan pun segera melesat dan sukses menghantam tubuh bos monster tersebut.

Akan tetapi, serangan Ilena tidak memberi dampak signifikan. Alih-alih sang bos monster itu justru meraung marah dan menukik ke arah tempat Ilena berdiri. Sigap, gadis itu pun melompat keluar dari gedung berlantai 70 tersebut. Kelincahan dan vitalitasnya sudah ditingkatkan melalui sistem, sehingga Ilena dapat dengan mudah menjejak atap gedung di seberang kantornya. Serangan burung purba yang marah itu pun tidak berhasi mengenainya.

“Dean!” Mendadak Ilena teringat pada kawannya yang masih berada dalam bangunan.

“Aku baik-baik saja,” ucap sebuah sosok yang mendarat tepat di sebelahnya.

Ternyata Dean juga berhasil menghindar di waktu yang tepat. Ilena begitu lega melihat pemuda itu baik-baik saja, meski terengah-engah dan tampak kepayahan.

“Syukurlah kau baik-baik saja. Apakah kau sudah terbiasa menggunakan kemampuanmu?” tanya Ilena kemudian.

Dean hanya mengangguk menanggapi. Napasnya masih memburu tapi pemuda itu tampak yakin.

“Baguslah kalau begitu. Kita harus menyerang Skeleton Archaeopteryx itu bersamaan. Dia mungkin tidak akan kalah dalam satu atau dua kali serangan. Namun dengan mempertimbangkan kemampuan kita berdua, kurasa lima kali tembakan bisa menghancurkannya. Kita juga harus bersiap untuk menghadapi serangan bola apinya. Karena itu sebaiknya kita berpencar. Aku akan menyerang dari sisi utara. Kau pergilah ke atap bangunan di sana dan seranglah dari sisi yang lain,” perintah Illena sembari menunjuk bangunan kantor kejaksaan yang berdiri di seberang jalan.

“Baiklah,” ucap Dean paham.

“Berhati-hatilah, Dean,” gumam Ilena sembari menepuk bahu kawannya tersebut.

“Kau juga,” balas Dean dibubuhi anggukan meyakinkan.

Ilena turut mengangguk. Keduanya lantas saling berbalik dan melompat gesit ke arah yang berlawanan. Ilena berlari dengan cepat  dirinya kea rah sebuah gedung bertingkat yang lain. Gadis itu lantas memanjat gedung tersebut dengan cepat. Sang burung purba masih berputar-putar sambil melontarkan napas api ke segala arah. Ia jelas terlihat lebih marah dari sebelumnya. Ilena segera mendapatkan pijakan yang kokoh untuknya berdiri sambil bersiap merentangkan panah cahayanya.

Akan tetapi, beberapa saat sebelum Ilena sempat menembakkan anak panahnya, satu tembakan lain sudah lebih dulu dilesatkan oleh Dean dari ujung sana. Burung purba itu kembali meraung marah dan terbang ke arah Dean. Beruntung Ilena sudah mendapatkan tempat berdiri yang strategis untuk melancarkan serangan. Maka dengan seluruh kemampuannya, ia pun merentangkan busur panahnya ke arah Skeleton Archaeopteryx itu.

“Elemental Arow!” seru Ilena kemudian.

Kini anak panahnya tidak lagi berlipat ganda. Alih-alih hanya ada satu anak panah super besar yang bercahaya sangat menyilaukan. Ilena memutuskan untuk menggunakan skill yang berbeda dari sebelumnya. Elemental Arrow menambah tingkat kerusakan serangannya sebanyak lima puluh persen. Skill ini semakin dimaksimalkan dengan skill pasifnya Owl’s Eye yang meningkatkan ketangkasan sebanyak sepuluh persen.

Sesuai perkiraannya, tembakan tersebut akhirnya berhasil membuat sang burung purba oleng. Elemen cahaya yang dimiliki Ilena dengan telak mengalahkan atribut kegelapan sang monster. Skeleton Archaeopteryx yang limbung kembali meraung marah dan bersiap terbang ke arah Ilena. Namun, sekali lagi Dean meluncurkan tembakan anak panahnya dan membuat salah satu sayap monster itu berkelotak patah. Ilena pun merentangkan busurnya, bersiap melakukan seragan pamungkasnya.

Sebuah anak panah emas super besar melesat tepat mengenai dada sang monster sebelum ia jatuh menghantam tanah. Monster itu pun meraung keras dan seiring raungannya memudar, tubuh monster itu pun turut menghilang menyisakan asap gelap keunguan.

Ilena menarik napas panjang. Selesai sudah pergulatan mereka melawan monster misterius yang jelas keluar dari game buatannya. Kondisi kota Burca tampak hancur lebur. Banyak orang tergeletak di jalanan tak bergerak. Beberapa lainnya menangis dan berteriak histeris karena sisa-sisa ketakutan mereka. Para polisi dengan sirine meraung-raung pun berdatangan dan segera memeriksa kondisi orang-orang yang terluka. Mereka tampak sibuk memanggil petugas kesehatan untuk segera datang ke lokasi.

Ilena melompat turun dari bangunan sebelas lantai tempatnya berpijak. Dia mendarat dengan mulus seolah gadis itu sudah terlatih melakukannya sejak dulu. Meski begitu ia tahu bahwa kemampuan itu muncul berkat statusnya sebagai player Galatean. Ilena lantas menelusuri jalanan kota dengan lebih dekat dan kemudian menyadari bahwa ada beberapa orang yang juga player sepertinya. Mereka membawa beragam senjata yang berbeda-beda sesuai peran yang mereka pilih dalam game. Ada yang membawa pedang satu tangan, tombak, belati dan sebagainya. Meski tidak sebanyak orang-orang biasa yang menjadi korban, tetapi para player itu juga tidak bisa disebut sedikit. Setidaknya dua tiga dari sepuluh orang yang dilihat Ilena adalah seorang player.

“Ilena kau baik-baik saja?” Dean mendadak muncul menghampiri gadis itu.

Ilena mengangguk pelan, masih tampak prihatin melihat kondisi orang-orang yang terluka.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Dean lagi.

“Kita harus mencari tahu penyebab Galatean keluar dari sistem onlinenya.”

Dean mengangguk setuju. Mereka berdua pun bersiap kembali ke arah gedung kantor ketika tiba-tiba sebuah layar hologram kembali muncul diiringi bunyi plop pelan.

 

Selamat kepada player terhormat.>.

Anda sudah berhasil mengalahkan bos monsterSkeleton Archaeopteryxdan berhak mendapatkan reward misi dungeon berupa “Memory Key” dan 50.000 Moonstone.

Karena level anda sudah mencapai batas maksimal, maka diperlukan Kristal Jiwa Pemanah untuk melalukan breakthrough dan membuka level selanjutnya.

 

Ilena menekan tombol ‘Terima’ pada layar hologramnya. Sekonyong-konyong sebuah kunci berwarna biru gelap muncul dan melayang-layang di depannya. Ilena meraih kunci tersebut dengan satu tangan lantas mengamatinya dengan seksama.

“Apa yang kau dapat, Ilena? Aku mendapat asesoris dan uang tiga puluh ribu Moonstone. Levelku juga naik menjadi 58,” ujar Dean menunjukkan sebuah liontin skeleton putih kecil

“Aku hanya mendapat kunci ini dan uang lima puluh ribu Moonstone,” jawab Ilena masih mengamati kuncinya.

“Kunci? Untuk apa?”

“Entahlah. Aku akan mencari tahu setelah ini.”

Terpopuler

Comments

moonmaker

moonmaker

as always kerennn 👍🏻👍🏻

2022-09-02

0

Kerta Wijaya

Kerta Wijaya

🤟🤟

2022-08-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!