Notifikasi sistem muncul di hadapan Ilena begitu ia berhasil mengalahkan Giant Lycan. Gadis itu memasukkan busurnya terlebih dahulu sebelum akhirnya membaca pesan hologram itu.
Selamat kepada player terhormat.
Anda sudah berhasil mengalahkan bos monster Giant Lycan dan berhak mendapatkan reward misi dungeon berupa “Memory Key” dan 55.000 Moonstone.
Karena level anda sudah mencapai batas maksimal, maka diperlukan Kristal Jiwa Pemanah untuk melalukan breakthrough dan membuka level selanjutnya.
Pesan notifikasi yang sama seperti saat ia mengalahkan bos monster sebelumnya. Ilena menekan tombol terima di hologramnya. Detik berikutnya sebuah kunci besar berwarna biru gelap melayang-layang di hadapannya. Ilena sudah mengenali benda tersebut sebagai Memory Key yang kedua. Benda inilah yang nanti akan membawanya ke quest keduanya.
Begitu selesai menyimpan Memory Key ke dalam inventory, sebuah pesan hologram kembali muncul.
Quest Memory Key 1:
Player yang Terhormat,
Anda telah berhasil mengalahkan Giant Lycan dan menyelamatkan seluruh sandera. Kini anda dapat menemukan Hector Gianni dengan bantuan sistem.
Silakan ikuti hati nurani Anda.
Ilena mengernyit bingung. Kenapa sistemnya menyuruh untuk mengikuti hati nurani? Apakah sistem bahkan memiliki perasaan? Ilena tidak yakin akan apa yang tertulis dalam layar hologram tersebut, tetapi meski telah berulang kali dibaca, sistem Galatean memang memberi instruksi untuk menemukan Hector Gianni dengan nuraninya.
Akhirnya, karena tidak menemukan solusi lainnya untuk memecahkan masalah tersebut, Ilena pun memutuskan untuk turun menuju selasar dan mengecek keadaan para sandera. Ia harus membantu mereka untuk memulihkan diri dan keluar dari gedung ini.
Begitu sampai di selasar, Ilena segera menembakkan panah cahaya ke langit-langit. Anak panahnya melesat ke atas lantas menggantung diam di udara. Cahaya emasnya menerangi seluruh area di bawah. Ilena melihat orang-orang yang tadi merintih kesakitan kini mulai kembali ke kesadaran mereka masing-masing. Orang-orang itu saling bertanya dengan bingung tentang kejadian yang baru menimpa mereka.
Sejujurnya Ilena tidak punya pengalaman melakukan kerja sosial. Maka dari itu, ketika melihat banyaknya korban yang terluka dan kebingungan, sontak Ilena menyadari ketidakmampuannya untuk mengurus mereka semua sendirian. Satu-satunya jalan keluar yang terlintas di benaknya adalah menghubungi kakak kembarnya.
“Maafkan aku, Javier,” gumamnya sambil meraih ponselnya.
Puluhan missed call dan notifikasi pesan masuk yang belum dibuka bertumpuk di layar beranda. Akan tetapi Ilena mengabaikannya. Gadis itu memencet nomor telepon yang sudah dia hafal di luar kepala.
“Ilena! Sudah kubilang setidaknya bawa dua atau tiga player lain ke Starfa! Tapi kenapa kau malah pergi sendirian? Sudah begitu kau berulah apa lagi di perbatasan? Pikirkan betapa cemasnya aku. Aku sudah mengirim Dean untuk menyusulmu ke sana,” sembur Javier begitu mengangka telepon.
Ilena menjauhkan ponselnya dari telinga. Teriakan Javier sukses membuat gendang telinga Ilena nyaris pecah.
“Aku tahu, aku tahu. Maafkan aku Javier. Tapi aku punya sedikit masalah lagi di sini. Kapan kira-kira Dean akan sampai?” tanya Ilena setelah Javier berhenti merepet.
Javier terdengar menghela napas panjang di ujung panggilan. “Masalah apa lagi yang kau perbuat? Dean mengabariku tentang urusan administrasi di perbatasan sekitar dua jam yang lalu. Seharusnya dia sudah ada di Starfa sekarang.”
Tubuh Ilena sontak menegang. Kalau sudah dua jam yang lalu, berarti setidaknya Dean seharusnya sudah bisa menyusulnya dari tadi. Namun sampai saat ini asistennya itu sama sekali tidak terlihat batang hidungnya. Bagaimana kalau Dean terluka oleh para monster?
“Dengan siapa dia berangkat, Jav?” tanya Ilena kemudian.
“Lona dan Rey. Mereka swordman dan priest. Setidaknya berpikirlah dengan taktis, Ilena. Kenapa kau selalu bertindak semaumu? Meskipun kau memiliki karakter yang kuat di Galatean, tapi kita sekarang sedang menghadapi masalah hidup dan mati yang sebenarnya. Ini dunia nyata dan bukan sekedar permainan virtual buatanmu,” cecar Javier terus bersungut-sungut..
Meski begitu, Ilena sedikit lega mendengarnya. Setidaknya Lona dan Rey adalah dua player yang bisa diandalkan. Komposisi tim mereka juga cukup baik. Javier memang orang yang sangat terencana.
“Kenapa kau diam saja? Apa mereka belum sampai juga ke tempatmu? Kau ada dimana? Aku akan menghubungkan kalian,” lanjut Javier di sela-sela omelannya.
“Hmm, sepertinya tidak perlu. Aku sudah melihat mereka datang,” sahut Ilena ketika melihat kedatangan tiga sosok manusia yang mengendap-endap waspada. “Kututup dulu, Jav. Dan terima kasih. Aku mencintaimu,” lanjutnya lalu mengecup ponselnya dengan girang.
Javier mendesis kesal. “Terserah kau saja,” rutuknya kesal lantas menutup panggilan dengan kasar.
Ilena kembali mengantongi ponselnya lantas melambai tinggi kea rah sosok yang baru datang. Berdasarkan posturnya, mereka adalah orang-orang yang dikatakan oleh Javier. Betapa beruntungnya dia karena bantuan datang di saat yang sangat tepat.
“Dean!” seru Ilena kemudian.
Ketiga orang itu menoleh lantas berlari menuju kea rah Ilena. Benar saja itu memang Dean, Lona dan Rey.
“Apa kau baik-baik saja, Bos? Kami mencarimu sampai ke pelosok kota sambil membunuhi serigala-serigala sialan itu. Tidak kusangka kau langsung bergerak ke tempat bos monster,” kata Dean melapor.
“Aku hanya ingin menyelesaikannya dengan cepat,” jawab Ilena pendek.
“Tapi ngomong-ngomong, kekacauan macam apa ini? Apa semua penduduk dibawa ke sini? Pantas saja aku tidak melihat manusia di mana pun,” sambung Dean sambil menyapukan pandangannya ke seluruh selasar.
Orang-orang yang baru sadar dari efek debuff Giant Lycan itu tampak memprihatinkan dan lemah. Mereka belum sepenuhnya mampu mencerna keadaan yang mereka alami.
“Aku butuh bantuan kalian,” desak Ilena segera setelah mengingat tujuan utamanya mencari bantuan.
Gadis itu lantas menjelaskan secara singkat bagaimana Giant Lycan sudah mempengaruhi mental para penduduk kota hingga menjadi seperti itu. Setelah ketiga rekannya itu mengerti, Ilena lantas memerintahkan mereka untuk segera melakukan proses evakuasi terhadap penduduk kota. Secara khusus Ilena juga meminta Dean untuk mengurus masalah kerusakan kota Starfa ini pada pemerintah setempat.
Ketiga bawahan Ilena patuh melaksanakan perintah gadis itu. Mereka bekerja dengan sigap untuk mengevakuasi para penduduk dan menghubungi lebih banyak bantuan medis. Lona berperan besar dalam melakukan penyembuhan pada para korban. Meski begitu, karena banyaknya korban yang ada di sana, Lona tentu saja tidak bisa melakukannya sendirian.
Ilena akhirnya bisa bernapas lega. Ia kini harus kembali fokus pada questnya menemukan Hector Gianni. Sayangnya sistem Galatean memberinya perintah yang absurd. Bagaimana cara dia menemukan orang yang tak dikenalnya dengan hati nurani? Perintah bodoh itu benar-benar membuat Ilena nyaris frustasi. Namun perasaan buruk itu tidak menetap lama, karena mendadak Ilena mengerti apa maksud sistem sialan itu.
Seperti sebuah magnet yang sangat kuat, Ilena begitu tertarik ketika melihat sesosok pria berbadan tegap dengan rambut hitam cepak yang sepertinya sudah sadar sepenuhnya. Pria itu tengah membantu menyadarkan beberapa orang di sebelahnya. Rompi polisi berwarna hitam dengan sarung tangan berwarna senada memberi alasan yang masuk akal tentang kekuatan mental pria tersebut.
Bagai terhipnotis, Ilena melangkah pelan ke arah pria itu. Perasaannya begitu kuat saat menatap pria itu seolah mereka sudah saling mengenal sejak waktu yang sangat lama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
moonmaker
pakai insting itu 😭 coba deh
2022-10-30
0
moonmaker
lebih tepat insting (?)
2022-10-30
0
moonmaker
emang bener melalukan apa melakukan ini, kak?
2022-10-30
0