Cinta dan Dendam
Kehangatan dalam keluarga tidak diukur dari ukuran luas rumahnya, tapi luasnya kebahagiaan yang menempati.
Kesenangan bermula dari kebersamaan bersama orang-orang terdekat, terutama keluarga.
Kebersamaan dengan keluarga momen penting dalam menggapai rumah tangga bahagia.
The warmth in the family is not measured by the size of the house, but the breadth of happiness that occupies it.
Fun begins with being together with the closest people, especially family.
Togetherness with family is an important moment in achieving a happy household.
Keputusan yang dahulu disepakati olehnya hari ini akan dipenuhi dan tepati. Janjinya itu tidak mungkin dia langgar. Tetapi demi masa depan anak-anaknya, mereka dengan ikhlas akan membawa terbang ke Inggris sesuai dengan janjinya waktu itu.
Di dalam Istana milik Tuan Besar Edward Chen terdengar tangis haru memenuhi ruangan mewah itu. Rexi Ritchie Arfathan Lee, tidak ingin berpisah dengan Daddy dan Mommy nya. Sedangkan Raisya Annira Elshanum lebih bahagia, happy, eksaited setelah mengetahui jika mereka akan tinggal dan menetap di Negara Ratu Elizabeth.
Perpisahan mereka saat itu penuh dengan drama yang diperankan oleh Rexi. Mira dan Yuda sampai kelimpungan tidak tahu harus berbuat apa untuk meyakinkan kepada putra keduanya itu. Mira berlutut di hadapan anaknya lalu ia mengelus surau yang sedikit berombak dan kecoklatan milik putra bungsunya itu dengan penuh kasih sayang.
Mira sama dengan apa yang dirasakan oleh anaknya, tapi demi kebaikan anaknya di masa depan mereka serta menunaikan janjinya, Mira menjalankan semuanya dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang.
"Rexi putranya Mommy yang paling ganteng, insya Allah Mommy akan ke sini dua kali dalam setahun akan datang menjengukmu, Rexi juga akan kembali ke Jakarta setiap bulan puasa," Mira memeluk putranya dengan erat. Air matanya yang sudah berada di ujung pelupuk matanya dia berusaha untuk menahannya.
Dia tidak ingin terlihat lemah di depan anak-anaknya. Sedih pasti itu akan dirasakan oleh semua ibu yang akan terpisah dari buah hatinya untuk beberapa tahun.
"Moms janji?" Rexi mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari Mommynya.
"Moms janji sayang, Aisyah juga akan tinggal bersama kalian di sini."
Tuan Edward yang melihat lakon cicitnya hanya tersenyum. Beliau mengingat dirinya di masa kecilnya ada di dalam karakter Rexi. Mereka seperti bagaikan pinang dibelah dua dari segi karter, sifat dan perangainya. Mira tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia segera berbalik dan berjalan ke arah Pesawatnya yang siap berangkat kembali ke tanah air tercinta.
Air matanya perlahan menetes membasahi pipinya, hatinya sangat sedih dan pasti akan sangat merindukan kehadiran ketiga anaknya. Yuda pun mengalami hal yang sama. Kesedihan itu sangat terasa saat pesawat mereka meninggalkan London.
Hari-hari terus berlalu, Ketiga anak Yuda dan Mira cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Tuan Edward menyembunyikan identitas ketiga cicitnya, demi keamanan mereka. Dengan kehadiran ketiganya di Istananya suasana yang beberapa tahun belakangan yang sunyi sepi sekarang setiap hari ada saja ulah ketiganya.
Anak-anak mereka terbilang cepat masuk di sekolah. Seharusnya Axel seperti anak normal lainnya masih sekolah di SMA kelas X1, tapi karena kejeniusan dan IQ di atas rata-rata sehingga dia sudah mengikuti perkuliahan semester 6. Begitu pun juga dengan kedua adiknya. Anak sebayanya masih duduk di bangku SMP kelas VII, tapi mereka sudah kelas X SMA.
Hingga hari kelulusan duos kembar telah tiba. Delisha tidak habis pikir kenapa Kakeknya Sangat menentang dan melarangnya mengikuti acara kelulusan yang akan diadakan oleh teman sekolahnya. Berbagai bujukan dan rayuan Delisha sudah lakukan tapi, tetap tidak berhasil.
Seperti hari ini, Raisya berakting di depan Kakeknya. Dia merengek meminta izin untuk mengikuti acara tersebut. Dia sudah sejak pagi tadi, tidak ikut makan bersama dengan yang lainnya.
"Aisyah! Raisya kemana, kok tidak ikut sarapan?" Rexi dengan wajahnya yang keheranan lalu menatap Aishah dengan penuh selidik.
Aisyah yang ditatap seperti itu hanya terdiam dan mengarahkan pandangannya ke arah Tuan Edward. Rexi langsung paham dengan situasi yang ada.
"Kakek, apa salahnya Rexi diijinkan untuk pergi ke acara itu, setahuku temannya semuanya baik kok." Ungkap Rexi yang sesekali melanjutkan makannya.
Tangannya yang masih setia menyendok makanan ke dalam mulutnya. Mereka berbincang di Meja makan jika Maxi abangnya tidak ada jadi ia manfaatkan waktu itu.
"Sekali seumur hidup Kakek mereka melakukan acara seperti ini, kalau menurut Rexi lain kali Kakek tidak usah mengijinkannya pergi jika menginginkan hal yang sama," Rexi setelah berbicara seperti itu menundukkan kepalanya dia takut jika perkataannya menyinggung perasaan kakeknya.
Rexi tidak sanggup menatap ke arah dua mata Kakeknya yang begitu tajam bak Elang yang akan menerkam mangsanya. Tuan Edward terdiam dan merenungi semua perkataan cucunya itu.
Tuan Edward masih menikmati makanannya. Selama kedatangan mereka di Istana itu, pola makan dan apa yang dimakan oleh mereka setiap paginya tidak sama dengan kebanyakan warga kota Los Angeles yang kebanyakan makan roti setiap harinya. Bukannya mereka yang beradaptasi dengan lingkungan, tapi kakeknya lah yang mengikuti kebiasaan mereka dalam hal makan.
"Baiklah Kakek akan ijinkan kalian pergi, tapi dengan satu catatan harus jaga diri baik-baik." Tuan Edward menyelesaikan makannya segera.
Setelah berbicara seperti itu, Kakeknya meninggalkan Rexi yang tersenyum penuh kemenangan karena berhasil mendapatkan izin dari Kakeknya. Rexy segera mengirimkan pesan chat ke nomor hp adiknya. Raisya yang duduk bersila di atas ranjangnya, segera meraih hpnya setelah mendengar hpnya berdering.
Kedua matanya membulat sempurna dan berbinar bahagia. Saking bahagianya dia melompat di atas ranjang king size-nya dengan sprei motif Frozen warna biru. Gadis belia yang baru berusia 16 tahun jingkrak-jingkrak di dalam kamarnya saking senangnya karena sudah mengantongi izin dari Kakeknya.
Jam weker berdering dengan kerasnya. Sudah pukul 06.00 pagi, Raisya belum bangun juga dari mimpi indahnya, Entah apa yang terjadi dengannya, hari ini begitu malasnya untuk mengakhiri mimpi indahnya. Ia meraih jam wekernya lalu mematikan alarmnya yang sudah mengganggunya.
Deia menarik dan merapatkan selimutnya, bergelung dalam selimut tebalnya itu. Selimut yang bermotif Frozen itu berwarna biru tua. Setelah melaksanakan shalat subuh, ia kembali memutuskan untuk melanjutkan tidurnya.
Dia penasaran dengan kelanjutan mimpinya tersebut. Ia berharap dengan tertidur pulas kembali, maka mimpinya itu diputar kembali sehingga dia bisa melihat wajah dibalik topeng tersebut. Di dalam mimpinya itu Raisya bertemu dengan seorang pangeran berkuda putih, tapi wajahnya ditutupi oleh topeng sehingga ia tidak bisa melihat langsung kondisi wajah si Pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Zalita Lita🦩⃝ᶠ͢ᵌ
sedih juga aku thor
2022-09-05
0
Asriani Nara
berpisah pasti untuk kebaikan mereka
2022-09-05
0
Aish mun
lanjut pertemuan nya nanti
2022-09-03
0