"Bersiaplah Mutiara, Aku akan datang dan bersiaplah untuk menerima pembalasanku," cicitnya Rexy dengan tatapan matanya yang tajam melihat ke arah luar kantornya.
Dia tersenyum sangat tipis sehingga senyuman itu tak nampak di mata orang yang berpapasan dengannya.
Para Karyawannya melihat kedatangan orang nomor satu di Perusahaan. Mereka langsung menyingkir dari jalan dan segera menundukkan kepalanya jika mereka berpapasan. Jika mereka tidak bersikap seperti itu, mereka akan dipecat tanpa terhormat.
Aura di sekitar Perusahaan menjadi seram sesaat kedatangan Rexy. Karena sifat seperti itu lah, dia berhasil menjalankan Perusahaan di usianya yang masih sangat muda. Dalam kesehariannya hanya bekerja dan bekerja yang ada di dalam pikirannya. Hingga waktu untuk hangout bareng bersama teman sejawatnya sama sekali tidak ada.
Baginya bersantai di masa muda akan membuatnya menyesal di masa tua. Selama ada waktu, dia tidak akan menyia-nyiakan peluang tersebut. Berkumpul bareng biasa saja dengan temannya, Dia enggan melakukannya, waktunya sudah tersita dengan usaha untuk memajukan Perusahaan keluarganya. Apa lagi untuk merasakan yang namanya pacaran dan jatuh cinta.
Baginya jatuh cinta itu tidak boleh ada dalam kamus hidupnya yang nantinya akan membuatnya hancur dan terpuruk dalam kesedihan dan kesengsaraan.
Rapat segera dimulai sejak Rexy sudah duduk di kursi kebesarannya. Raisa yang melihat kedatangan kakaknya, menatap jengah karena sudah dibuat menunggu hingga hampir dua jam.
Semua dewan direksi dan jajaran pemegang saham tertinggi tidak dapat berkutik. Walaupun mereka sangat tidak setuju dan ingin protes dengan sikap arogansi kekuasaan yang dimiliki oleh Raisa. Mereka tidak bisa berbuat apa, mereka hanya mampu marah dalam diamnya.
"Jadi hari ini meeting kita Saya tutup dengan ucapan, Saya bangga dengan kinerja kalian selama setahun ini, dan bonus untuk kalian yang sudah berjasa dan bekerja sangat gigih akan masuk kedalam rekening kalian."
Pernyataan dari CEO mereka membuat beberapa orang di antara mereka memancarkan kebahagiaan. Mereka saling berpandangan dengan senyuman yang menghiasi wajah mereka. Rexy kembali berdiri dari duduknya padahal baru sekitar satu jam dia mendudukkan bokongnya.
Itulah kelebihan dari yang dimiliki oleh Rexy, dia tidak akan segan untuk memberikan bonus tambahan yang lumayan banyak kepada karyawannya yang sudah berdedikasi tinggi untuk memajukan Perusahaannya.
Itu salah satu alasannya, mengapa banyak orang yang berlomba-lomba untuk masuk bekerja dan bergabung dengan Perusahaan yang dipimpin olehnya. Tetapi, jangan sekali-kali mengecewakannya, jika hal itu terjadi bersiaplah untuk akhir dari karier bahkan hidupmu.
Rexy menatap ke arah luar jendela yang terbuat dari kaca tebal itu. Dia menatap ke arah seluruh penjuru Kota terbesar pertama yang ada di Inggris.
"Tunggulah pembalasanku akan tiba, Raisa mereka akan merasakan sesuatu yang lebih dari yang kamu rasakan dulu, hingga air mata enggan untuk mengalir membasahi pipinya."
Dia berdiri sambil menyandarkan sebagian tubuh tinggi tegapnya yang atletis itu di pinggiran meja kerjanya. Tangannya terlipat saling bertumpu satu sama lain. Arah pandangannya jauh ke tempat yang tak terhingga jaraknya.
"Segala cara akan aku tempuh untuk menaklukkan Mutiara, hingga dia berlutut di kakiku," senyuman smirknya selalu menghiasi wajahnya.
Hingga kediamannya terusik oleh dering handphonenya, yang bergetar di atas meja. Dia segera mengakhiri pikirannya yang sudah melanglang buana hingga ke masa enam tahun lalu.
"Hemm."
"Kami sudah mengirim semua data-data tentang gadis itu hingga tanpa terkecuali yang Bos inginkan," jelasnya dibalik telponnya.
Telepon itu berasal dari pengawal, sekaligus anak buah bayangannya yang selalu setia dan sigap jika dia membutuhkan mereka.
"Oke."
Seperti biasa, dia akan mematikan sambungan teleponnya dengan sepihak tanpa basa-basi sedikit pun. Dia kembali duduk di kursi kebesarannya, lalu menghidupkan layar laptopnya yang bersimbol sepotong apel yang digigit.
Wajahnya langsung sumringah melihat layar laptopnya, "Aku harus segera menjalankan rencana ku, agar dia segera tahu bagaimana rasa terpuruk dan hancur dalam waktu yang bersamaan."
Rexy mematikan layar laptopnya lalu meraih kunci mobilnya yang ada di atas meja kerjanya. Dia baru ingin memutar knop pintunya, pintu itu terlebih dahulu terbuka dari luar, karena dia tidak mengunci pintu dengan kode sandi seperti biasanya.
Senyuman lebar dan paling manis dipersembahkan oleh Raisa untuk kakaknya saat pintu sudah terbuka dan tampaklah wajah Kakak kembarnya.
Senyuman itu tidak kalah hangat yang diberikan oleh Rexy untuk adiknya. Seperti itulah, sikapnya yang akan berubah hangat dan humble, jika berada di sekeliling keluarga intinya saja atau pun orang terdekatnya.
"Kakak mau pergi?" tanyanya saat melihat di dalam genggaman tangannya terdapat kunci mobil.
"Aku ada sedikit urusan yang harus Aku selesaikan," jawabnya.
"Jadi kapan kita akan berangkat ke New York Kak?" tanyanya lagi.
"Bagaimana kalau Kamu duluan saja Dek, Kakak belum bisa berangkat besok," balasnya dengan penuh kelembutan.
Mereka berjalan beriringan sambil berbincang-bincang santai.
"Kok bisa gitu sih Kak? kan Kakak sudah janji," ucapnya yang sedikit kecewa dengan keputusan kakaknya yang mendadak itu.
Rexy menghentikan langkahnya, lalu memutar sedikit tubuhnya ke arah depan adik bungsunya. Dia memegang kedua pundak adiknya lalu tersenyum sebelum menjawab pertanyaan adiknya.
"Sya, kakak minta maaf untuk kali ini, Kakak tidak bisa memenuhi janji Kakak, tapi Kakak pasti akan menyusulmu ke Amerika," ujarnya lalu memeluk erat tubuh adik bungsu sekaligus satu-satunya.
Apa yang mereka lakukan tidak seorang pun yang berani mencuri dengar atau pun menguping hingga melihat dengan terang, jika ada yang kedapatan dan ketahuan dengan apa yang mereka lakukan pasti akan mendapatkan kartu hitam peringatan sebelum dipecat secara tidak terhormat.
"Tapi, tidak sekarang, insya Allah Kakak akan segera menyusulmu, jadi tidak perlu khawatir," sahutnya lagi sembari mengelus rambutnya Raisa.
"Tapi, janji harus tidak boleh diubah lagi," yang tangannya balas memeluk tubuh saudaranya.
Rexy melerai pelukannya, lalu meninggalkan adiknya yang terpaku di tempatnya. Raisa belum pulang ke rumahnya karena masih ada beberapa pekerjaan yang ingin diselesaikan sebelum kembali ke Tanah Air.
Rexy masuk ke dalam salah satu Mall terbesar yang ada di Kota. Dia berjalan ke arah Toko pakaian untuk mencari pakaian yang paling sederhana dan murah untuk dia pakai. Dia bercermin sesaat setelah mengganti pakaiannya dengan penampilan yang cukup memukau dari seperti biasanya.
"Sempurna," tuturnya setelah memakai pakaiannya yang sangat cocok di tubuhnya.
Rexy segera membayar beberapa potong pakaian yang telah dipakainya. Dia membuang setelan jas pakaian kerjanya ke tong sampah. Ia kembali melangkahkan kakinya setelah berhasil membayar biaya semua pakaian yang membungkus seluruh tubuhnya. Dia berbaur dengan pengunjung Mall lainnya. Hingga dia melihat seorang gadis yang duduk seorang diri menikmati makanannya serta minumannya.
Rexy tersenyum penuh arti melihat perempuan itu. Dia terus melangkah hingga tepat di belakang punggung gadis itu. Tangan kanannya meraih gelas yang kebetulan masih ada di atas meja yang ada di belakang gadis itu.
Dia berjalan seakan-akan kakinya tersandung hingga gelas yang berisi minuman yang berwarna merah itu hampir terlepas dari tangannya. Seluruh Isinya tumpah mengenai pakaian gadis yang duduk di sampingnya.
Gadis itu refleks bereaksi setelah air berwarna itu mendarat bebas di atas pakaiannya tepat di bagian dadanya.
Amarahnya membuncah, matanya memerah, hidungnya kempas kempis menahan amarahnya. Dia mengepalkan tangannya dan bersiap memaki orang tersebut, tapi bibirnya langsung tertutup rapat dan lidahnya keluh saat melihat siapa orang yang berada hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments