Si botak segera menghubungi nomor orang yang selama ini menyuruhnya untuk melakukan penangkapan terhadap Raisa. Dia pun menelpon Bosnya yang sedari tadi menunggu info mereka.
"Bos, gadis itu sudah berhasil Kami tangkap dan dia sudah berada di dalam kamar itu," ujarnya dengan senyuman liciknya.
Anak buahnya yang dua orang tidak henti-hentinya tersenyum dan membayangkan banyaknya uang yang diiming-imingi oleh Nona besar kepada mereka.
"Oke, cepat bawa Pria hidung belang itu ke dalam kamar itu dan jangan sampai ada yang melihat kalian," balasnya yang semakin tersenyum sumringah.
"Oke Bos, kami akan segera melakukannya," sahutnya si botak.
Raisa dilempar ke atas ranjang, tapi salah satu dari mereka memeriksa terlebih dahulu ikatan tali di tangannya Raisa. Lalu mereka meninggalkan Raisa di dalam Kamar itu seorang diri.
"Kamu sudah masuk perangkap ku, Aku harus segera menghubungi kakek untuk melanjutkan rencana selanjutnya."
Upaya orang itu berhasil meminumkan minuman yang sudah dicampurkan obat perangsang wanita dengan tipe Spanish Fly. Raisa menghabiskan minuman hingga tandas. Sebagian minuman ada yang berhasil meluncur melewati rongga dan kerongkongan lehernya dan sebagiannya lagi membasahi bibir dan leher jenjangnya, sehingga menumpahi sebagian pakaiannya sehingga ikut basah.
"Aku tidak boleh kalah dengan mereka, aku harus terus berjuang sekuat tenaga." Ujarnya yang terus menggesek tangannya dengan dinding.
Setelah berhasil, Pria botak segera menghubungi nomor orang yang memerintahkannya.
"Sesuai dengan yang Nona inginkan, Kami sudah menjalankan tugas dengan baik dan rapi," dengan seringai liciknya.
"Aku suka hasil kerja kalian, lanjutkan sesuai petunjukku dan ingat aku tidak ingin ada kesalahan sedikit pun."
Wanita itu kembali duduk di singgasananya yang awalnya berdiri menatap ke luar jendela. Sedari tadi tersenyum penuh kegirangan karena rencana hampir sukses. Teleponnya masih setia di dekat telinganya.
"Aku akan menambahkan gaji dan bonus kalian tiga kali lipat dari perjanjian awal," senyuman itu tidak terlihat manis tetapi seakan-akan memiliki makna yang tersirat.
"Makasih banyak Nona Besar," jawabnya.
Tut... Tut.. tut..
Sambungan telepon kembali terputus. Si botak sangat sumringah mendengar apa yang dikatakan oleh Junjungannya itu.
"Hahahaha," tawanya memenuhi seisi ruangan ditempati oleh Raisa.
"Apa katanya Bos?" tanya rekannya yang bermuka penasaran dengan inti percakapan dari Bosnya.
"Kita akan dapat bonus yang banyak, setelah ini," jawabnya.
"Serius bos?" anak buahnya yang dua orang itu antara percaya dengan tidak perkataan dari bosnya.
"Serius, jadi Kamu jaga dia dengan baik, aku akan bergabung dengan anak sekolah itu untuk berpesta," ujarnya dengan berlalu dari hadapan antek-anteknya.
Sedangkan Raisa yang pura-pura pingsan di atas tempat tidur, sedang berfikir dan memutar otaknya untuk mencari cara agar segera lolos, sebelum obat itu berhasil merecoki tubuhnya. Sesekali tetap menggosok tali itu dengan permukaan tembok.
"Aku harus berusaha kabur dari sini, apapun caranya, aku tidak boleh kalah dengan keadaan." Lirihnya yang sesekali melirik ke arah ketiga orang itu.
Kondisi kedua tangannya yang terikat, tidak menghalanginya untuk mencari cara agar bisa bebas dari jeratan penculik itu.
"Kita di depan pintu saja nungguin gadis ini, panas soalnya di dalam sini," pandangannya tertuju pada rekannya lalu beralih ke Raisa.
Rekannya hanya menganggukkan kepalanya dan langsung bergerak ke luar kemudian menutup pintu. Beberapa menit kemudian, ia berteriak meminta tolong. Ia mengeluarkan segala kemampuan suaranya agar menarik perhatian dari penjaga itu.
"Tolong... Tolong," teriaknya yang sangat kencang dengan wajahnya yang pura-pura kesakitan.
Beberapa kali Raisa mencoba hal tersebut, tapi tidak berhasil.
"Kenapa mereka tidak ada yang datang? apa mereka meninggalkanku seorang diri disini?" Raisa kebingungan karena percobaannya untuk kabur dari sana gagal.
"Aku harus berusaha lebih maksimal lagi, aku harus bisa," tangannya terus bergerak agar ikatan tali di tangannya bisa longgar sehingga dia dapat sedikit leluasa untuk bergerak.
Sedangkan di depan pintu, kedua orang itu sedang berpesta minuman. Mereka tidak ingin kalah dengan bosnya dan anak sekolah itu.
"Ingat jangan sampai mabuk, nanti bos murka sama kita."
"Sip," jawabnya singkat sambil mengacungkan jempolnya sebelum menenggak minumannya hingga tandas.
Kedua pergelangan tangannya sudah meremas bahkan sedikit mengeluarkan darah akibat gesekan dari tali dengan kulitnya.
"Sepertinya tadi aku masukin di dalam tasku gunting kuku, mungkin alat itu bisa aku pakai."
Tangannya mencoba meraih tasnya, tubuhnya sedikit dikendurkan ke arah belakang, agar tangannya lebih leluasa dan mudah untuk meraih tas selempangnya. Usahanya di tembok tadi tidak berhasil.
"Aku harus bisa," perlahan tapi pasti dia terus berusaha untuk membuka resleting tasnya dengan tenaga tersisa yang dia miliki.
"Alhamdulillah akhirnya gunting kukunya sudah aku pegang, aku harus mencoba menggunakan alat ini," senyuman tipisnya menghiasi wajahnya disela rasa khawatir dan takutnya.
Dia berusaha untuk tersenyum untuk menenangkan pikirannya dan gejolak ketakutan yang muncul dari dalam dirinya. Beberapa saat kemudian, tali itu sudah terpotong sedikit.
"Alhamdulillah sedikit lagi," peluh keringat membasahi pipinya dan seluruh tubuhnya.
Gaun yang dipakainya sudah basah saking kerasnya usaha yang dia lakukan.
"Aku tidak boleh menyerah dengan keadaan ini, jika tidak aku tidak akan tahu apa yang akan terjadi nantinya dengan diriku, air mataku cukup mahal untuk terus menetes membasahi pipiku."
Perkataan itu yang selalu menjadi pemicu dan cambuk untuk terus mengobarkan semangat juangnya. Raisa sangat gigih untuk berjuang meloloskan diri. Perjuangannya tidak sia-sia belaka, tali itu pun sudah putus.
"Syukur Alhamdulillah." Ucapnya dengan penuh kebahagiaan.
Raisa segera bangun dari baringnya setelah tali ikatannya putus dan terbuka.
"Aku harus pergi dari sini sebelum obat yang mereka berikan padaku bereaksi," cicitnya itu.
Baru beberapa detik ucapannya itu lolos dari bibirnya. Kepalanya sudah pusing, jantungnya berdebar kencang, tubuhnya sangat panas. Hingga tubuhnya tersungkur kembali ke atas ranjang.
"Ya Allah apa yang terjadi padaku? jangan-jangan obat itu sudah mulai bereaksi," umpatnya yang memegang kepalanya.
Ia mencengkeram dengan kuat ujung gaunnya untuk menutupi rasa yang tiba-tiba menyerang dan menggerogoti tubuhnya.
"Aku harus lawan sebelum pria hidung belang itu datang."
Dengan tertatih, Ia terus berjalan ke arah pintu. Gagang pintu dia coba untuk putar dan ternyata pintunya tidak terkunci. Senyuman tipis tersungging di bibirnya.
Dia menyembuhkan sebagian kepalanya dan celingak-celinguk melihat ke sekelilingnya. Dia menemukan dua orang yang sudah terkapar di atas lantai dengan kondisi kedua tangan mereka masih setia memegang botol minuman nya.
Delisha keluar dari kamar itu dengan mengendap-endap, langkah kakinya sangat kecil dengan berjinjit.
Ia melewati kedua orang itu yang tertidur dengan pulasnya. Sesekali pengaruh obat itu menyerang pertahanannya. Tapi, ia sekuat tenaga berusaha untuk melawannya.
"Aku harus bisa," dia meremas bajunya yang di sekitar dadanya.
Perlahan tapi pasti, langkahnya hingga dia sudah berada di ambang pintu antara Villa dengan halaman yang cukup luas. Dia menutup pintu dan menguncinya agar pria itu tidak bisa mengejarnya. Setelah terkunci, ia terus berlari hingga ke jalan raya.
Pria yang dipinta untuk menemani dan menghabiskan waktunya bersama Delisha sudah datang dan terkejut melihat dua orang rekannya tertidur di lantai dengan keadaan yang sungguh membuat jengah dan pusing rekannya itu.
"Hey!!! bangun cepat sebelum bos datang," teriaknya yang menggoyangkan tubuh temannya dengan menggunakan kakinya.
Pria itu menggeleng karena usahanya tidak membuahkan hasil yang maksimal.
"Aku harus memeriksa keadaan di dalam, apa gadis itu masih di dalam."
Pintu itu pun terbuka dan masuklah dia dan melihat ruangan kamar itu kosong melompong.
"Ke mana perginya gadis itu? kalau seperti ini aku rugi dua kali, gagal nikmati tubuh yang masih polos dengan gaji serta bonus yang dijanjikan oleh Nona Muda."
Dia menendang pintu kamar itu. Pria itu masuk ke dalam kamar mandi dan mencari wadah untuk dia isi. Air itu akan dia pakai untuk menyadarkan kedua temannya dan apa yang dilakukannya usahanya berhasil.
"Apa yang terjadi?" tanyanya dengan wajah yang kebingungan serta tangannya mengusap wajahnya yang penuh dengan air.
"Apa yang terjadi? seharusnya aku yang bertanya pada kalian berdua, di mana gadis itu haaa!!!"
Mereka saling bertatapan terlebih dahulu lalu refleks berdiri dari lantai lalu berlari ke dalam kamar tersebut.
"Apa!!!" teriak keduanya.
"Kalian sangat bodoh dan tidak becus, cepat cari gadis itu, tidak perlu berteriak seperti itu, cepat cari gadis itu sampai dapat!!" Maki si botak.
Mereka tanpa menimpali perkataan dari rekannya segera mencari Raisa.
Sedangkan di dalam sebuah ruangan yang cukup besar dan mewah dengan fasilitas lengkap. Seorang gadis memutar gelasnya yang berisi minuman yang berwarna merah. Dengan senyuman liciknya dan kadang tertawa terbahak-bahak jika mengingat rencananya berhasil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Aish mun
untung bisa kabur
2022-09-04
0
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
istana bgs tpi pnh perangkap tk trduga
2022-08-30
1
Fia ismail
musuh dalam selimut
2022-08-29
0