Prannnnnngggg...
Sebuah gelas yang berada di dekat meja dapur tanpa sengaja tersenggol lengannya. Mira kaget karena tidak mengira jika gerakannya membuat gelas itu terjatuh hancur lebur di atas lantai keramik.
"Kenapa dengan perasaanku ini, apa yang terjadi pada anak-anakku," gumamnya.
Mbak Marni yang melihat Nyonyanya menjatuhkan segera mendatangi Mira. Dia tidak lupa memanggil maid untuk membantunya membersihkan pecahan beling tersebut.
"Nyonya, apa yang terjadi?" Mbak Marni kebingungan melihat kondisi dari Mira yang terdiam mematung.
Mira hanya terdiam tanpa ada reaksi untuk menjawab pertanyaan dari Mbak Marni. Mbak Marni yang melihat hal tersebut, segera sedikit menggoyangkan tubuhnya Amairah,agar bisa tersadar dari lamunannya.
"Hmm, entahlah Mbak, Aku tiba-tiba teringat dengan Raisa," jawabnya yang sangat khawatir dengan keadaan putri tunggalnya itu.
"Bagaimana kalau Nyonya telpon saja,biar Nyonya merasa baikan," Mbak Marni mengelus lengan orang yang selama ini selalu membantunya dalam hal apapun.
Mbak Marni meraih hpnya Amairah yang ada di atas meja dapur yang letaknya tidak jauh dari mereka. Mira menelpon nomornya Raisa, tapi tidak diangkat. Sudah berulang kali dicoba tapi tak diangkat sama sekali.
Kekhawatiran itu terlihat jelas di wajahnya. Ibu mana yang tidak akan cemas jika tiba-tiba ada perasaan aneh yang muncul, lalu sudah berulang kali dihubungi nomor hpnya, tapi hasilnya masih sama juga.
"Ada apa Nyonya?" tanyanya Mbak Marni yang tidak mengerti dengan apa yang terjadi sebenarnya.
"Raisa tidak mengangkat teleponnya padahal aktif kok nomornya, nggak biasanya seperti ini?" wajahnya semakin terpancar raut khawatir dan cemas dengan keadaan putrinya.
"Coba nomor hpnya Rexy Nyonya." Usulnya Mbak Marni.
Amairah hanya menatap ke arah Mbak Marni. Dia pun mencari nomor kontak hp putranya Rexi. Lalu duduk di kursi depan meja dapurnya. Hanya butuh waktu yang singkat, sambungan telepon itu terhubung ke nomor anaknya. Rexi yang berbaring sambil membaca buku yang diberikan oleh kakeknya, melirik ke arah hpnya yang bergetar.
"Mungkin itu Raisa yang menelpon untuk segera dijemput." Cicitnya Rexy yang menebak orang yang menelponnya.
Dia mengerutkan keningnya saat melihat siapa yang menelponnya.
"Mommy?"
"Assalamu alaikum Rexi" ucapnya yang sudah sedikit lega karena putranya mengangkat teleponnya.
"Waalaikumsalam moms, gimana kabarnya Moms?" basa-basinya.
"Alhamdulillah baik sayang, kok adikmu gak angkat telponnya yah? padahal sedari tadi Moms hubungi tapi, gak diangkat sama sekali,"
Rexi refleks bangun dari baringnya karena tidak menyangka jika Mommynya akan bertanya tentang Delisha.
Rexi menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu, "Sepertinya mungkin sibuk moms jadi tidak sempat mengangkat teleponnya mommy," ujarnya kemudian melihat ke arah jam yang ada di hpnya.
Rexi memukul pelan keningnya dan ikut heran karena adiknya sama sekali belum menghubunginya hingga detik itu juga.
"Oh gitu yah, kalau sudah selesai minta hubungi nomor Mommy yah sayang, bilang saja Mommy kangen sama Delisha."
"Ok Sipp moms."
Tut... Tut...
Sambungan telpon pun terputus, mungkin pengaruh sinyal sehingga mereka terpaksa menutup telepon tanpa salam penutup.
"Bagaimana Nyonya apa katanya den Rexy?" tanyanya mbak Marni yang penasaran.
"Raisa sibuk jadi gak sempat angkat telponnya," jelasnya
"Insya Allah,, Non Raisa baik-baik saja, jangan memikirkan hal yang tidak baik Nyonya," tangannya mengelus lengan Amairah yang tertutupi baju.
Sedangkan di dalam kamar pribadinya Raisa, "Ya Allah ini kan sudah jam 1 siang, kenapa Raisa belum menelpon untuk dijemput?"
Raut wajahnya seketika cemas dan khawatir dengan keadaan adiknya. Ia pun segera menghubungi nomor handphone adiknya. Tapi, sudah banyak kali ditelpon jawabnya hanya tut.. tut.. dan sesekali hanya dijawab oleh operator seluler saja.
Rexy tidak menyerah, dia kembali menghubungi nomor hp adiknya lagi tanpa ingin menyerah sedikit pun. Usahanya berhasil, Raisa mengangkat teleponnya. Raisa yang terus berteriak, mengamuk hingga silih berganti memukuli tubuhnya hingga kepalanya pun tidak terhindar dari amukannya. Rambutnya sesekali dia tarik, wajahnya kadang dia tampar berulang kali.
"Aku sudah kotor, aku tidak suci lagi, apa yang akan aku katakan pada Kakek, Daddy, moms dan Kakak, huhuhuhu," menekuk lututnya lalu memeluk lututnya itu.
Air matanya tidak berhenti semakin deras saja. Kondisi dan keadaannya Raisa sungguh miris dan memprihatinkan. Hingga dia mendengar hpnya berdering yang hampir lowbat itu. Dia merangkak untuk mencari keberadaan hpnya tersebut. Sakit, perih, ngilu yang dia rasakan tak dihiraukan lagi.
Matanya bercahaya dan berbinar seketika saat melihat di layar hpnya tersebut namanya Dennis yang tertulis di layar benda pipih itu.
"Kakak tolong Raisa!!" teriaknya.
"Sya, apa yang terjadi padamu dek?" Rexi dibuat kelimpungan saat mendengar suaranya Raisa yang serak, sesekali sesegukan dan berteriak kencang.
"Kakak huhuhu."
Pranggg...
Hp itu terlempar ke arah tembok hingga hancur tak berbentuk lagi.
"Tidakkkkkkkk!!"
Raisa meraih pakaiannya lalu perlahan dan sangat hati-hati memakainya.
"Aaaahhh!!"
Kakinya menginjak salah satu pecah beling yang berserakan di lantai.
Tut... Tut.. Tut..
Rexi langsung bangkit, dia sangat yakin terjadi sesuatu yang tidak beres dan tidak baik pada adiknya. Dia kembali mencoba untuk menghubungi nomor handphone Raisa tapi, hanya operator seluler yang menjawabnya.
"Aku harus segera mencari adikku," dia mengutak-atik HPnya.
Untungnya Andrew pernah mengajarkan kepada Rexy tentang ilmu IT yang sangat berguna pada saat sekarang ini. Keningnya saling bertaut dan sesekali mengerutkan keningnya saking tidak percayanya dengan apa yang dilihatnya.
"Ini kan Hotel yang cukup jauh dari tempat Villa temannya Raisa, aku harus segera ke sana sebelum terlambat, sebaiknya Aku pergi bersama Aisyah saja."
Pintu kamarnya tertutup dengan suara yang cukup keras. Rexi membanting pintunya karena terburu-buru berjalan. Dia segera mendatangi Aisyah yang kebetulan berada di dalam ruangan pribadi kakeknya. Aisyah terkejut mendengar penuturan dari Rexy, tanpa pikir panjang ia mengiyakan untuk ikut bersamanya. Mereka sudah berada di dalam mobil. Perjalanan yang mereka tempuh hampir satu jam dari kediaman Utama kakeknya.
"Rexi, what happened to Raisa?"
"I don't even know, but this is definitely a pretty serious problem."
Aisyah menutup mulutnya saking tidak percayanya dengan penjelasan yang diutarakan oleh Dennis.
"Ayo cepat Rexy, balap saja mobilmu."
Raut wajah mereka semakin dibuat cemas. Mereka tidak menyangka jika Raisa sekarang berada di dalam satu kamar hotel yang sangat elit dan mahal. Yang jadi pertanyaan di benak mereka, kenapa Raisa bisa berada dan sampai di Hotel tersebut. Ia tidak peduli dengan luka baru yang dialaminya dibagian telapak kakinya. Dia lalu jongkok di depan ranjang yang sudah berantakan itu.
Setangkai bunga mawar merah terinjak oleh kakinya yang berdarah itu. Raisa tersenyum licik saat melihat pecahan beling dari vas bunga yang menjadi sasaran empuk dari kemarahannya tadi. Dengan perlahan tapi, pasti dia mengambil pecah beling tersebut lalu menggores tangannya pas yang kelihatan urat nadinya.
"Aaaaaahhhhhh."
Teriakannya kembali menggema mengisi seluruh kamar VVIP itu. Untung kamar itu dilengkapi dengan peredam suara sehingga apa yang dilakukan sedari tadi olenya tidak ada seorangpun yang tahu. Termasuk pria yang berhasil menikmati dan merenggut kesuciannya.
Pria itu sudah duduk di kursi kebesarannya sambil menyaksikan dan mendengarkan materi yang dibawakan oleh bawahannya serta seluruh direksi dan jajarannya. Darah segar menetes membasahi pergelangan tangannya hingga gelang cantik yang tersematkan di pergelangan tangannya. Gelang itu berubah menjadi merah.
Darah itu semakin banyak yang keluar hingga tiba-tiba kepalanya pusing, wajahnya pucat pasi. Tubuhnya terhuyung ke belakang hingga membentur ranjang. Mobil yang dipakai oleh mereka sudah berada di depan Lobby Hotel. Mereka langsung berlari ke arah Lift.
"Raisa ada di lantai 15."
Rasa tidak sabar ingin segera sampai ke lantai tersebut terlihat begitu jelas dari wajah mereka.
Ting...
Pintu lift terbuka mereka kembali berlarian saling berburu waktu. Rexy berhenti di depan sebuah Kamar yang sesuai dengan sinyal yang diperoleh dari HP adiknya. Aisyah memutar knop pintu itu ternyata tidak terkunci sehingga mempermudah langkah dan usaha mereka. Rexi dan Aisyah terdiam saat melihat kondisi dari Delisha.
"Tidakkkkkkkk!!!"
Suara teriakan dari Rexy menggelegar bagaikan petir di siang bolong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
rusidah siti
siapa yg udah tega menclik Raisya. salah apa dia?
2022-09-30
0
Fathiah aone
next kk author
2022-08-10
0