Aisyah memutar knop pintu itu ternyata tidak terkunci sehingga mempermudah langkah dan usaha mereka.
Denis dan Aisyah terdiam saat melihat kondisi dari Delisha.
"Tidakkkkkkkk!!!"
Suara teriakan dari Rexi menggelegar bagaikan petir di siang bolong.
Mereka berlarian ke arah Raisa saat melihat kondisi Raisa yang sudah tidak sadarkan diri, yang sudah terbaring lemah di atas ranjang dengan tangannya yang penuh darah segar. Kakinya yang berselonjor di atas lantai bagian kanan juga dipenuhi tetesan darah.
"Raisa!! hey bangun dek, apa yang terjadi padamu?" Rexi memukul pipi adiknya agar segera tersadar dari pingsannya.
Air matanya perlahan menetes membasahi pipinya. Dia sangat sedih dan menyesal melihat kondisi adiknya. Di saat kemarin pagi mereka berpisah wajahnya Raisa selalu memancarkan rona bahagia.
"Ayo Sya, bangun lah dek, ini Kakak sudah datang," dia terus menggoyang tubuh adiknya yang sudah tidak sadarkan diri lagi.
Aisyah merobek kain sprei untuk mengikat pergelangan tangannya Raisa yang sedari tadi mengeluarkan darah. Aisyah melakukan hal itu agar bertujuan untuk mencegah pendarahan yang lebih banyak lagi di lukanya Raisa.
"Tuan Muda sebaiknya kita segera bawa Non Raisa dari sini, kondisinya sangat parah ditakutkan nantinya tambah parah," Aisyah berusaha untuk mengingatkan Rexy untuk segera bertindak secepatnya sebelum terlambat.
"Tolong bereskan semua kekacauan yang terjadi di sini dan jangan biarkan masalah ini tercium hingga ke luar," titahnya lalu memasangkan kembali topengnya Raisa.
Rexi memakai masker untuk menutupi wajahnya, untungnya memang wajib kemanapun dengan memakai masker wajah.
Air matanya sesekali menetes, saking sedihnya melihat adik kesayangannya dalam kondisi yang memprihatinkan. Selimut tebal dia tarik untuk melindungi tubuh adiknya. Dia menggendong tubuh adiknya dan berjalan tergesa-gesa hingga keluar dari Hotel laknat itu.
"Kaa-kak, to-long Raisa," racau Raisa saat dalam gendongan kakaknya.
"Iya dek, sabar Kakak sudah datang, kita akan ke Rumah Sakit untuk mengobati lukamu," jawabnya dengan sesekali mengelap air mata itu di wajahnya.
Rexi semakin mempercepat langkahnya hingga ke tempat mobilnya terparkir. Raut wajahnya kadang berubah-ubah dari amarah yang membuncah silih berganti dengan rasa khawatirnya melihat adiknya.
Ia membaringkan tubuh adiknya dengan sangat hati-hati lalu bergegas mengemudikan mobilnya. Hari itu kondisi jalan cukup padat dan ramai sehingga membuat dia mengerang dan mengumpat dengan kasar serta kesal dengan keadaan tersebut.
"Haaaa!! Kenapa harus macet segala lagi?" Umpatnya dengan memukul setir mobilnya hingga berulang kali saking marahnya dengan pengendara lainnya yang tidak tahu aturan.
Rexi sesekali menoleh ke arah adiknya di di jok belakang. Penyesalan terus datang menghantuinya.
"Maafkan Kakak, ini semua gara-gara Kakak yang tidak menjagamu dengan baik."
Klakson mobil saling bersahutan di jalan raya. Mereka sama-sama ingin berjalan lebih cepat dari yang lainnya sehingga menimbulkan kemacetan ditambah lagi adanya kecelakaan lalu lintas yang tidak jauh dari tempatnya berada.
"Sepertinya aku harus memutar, kalau seperti ini terus kapan sampainya."
Rexi segera memutar setir mobilnya menuju arah jalan lain. Denis memacu kuda besinya dengan sekuat tenaga. Bahkan sudah seperti pembalap liar saja di atas lintasan.
Aisyah memerintahkan anak buahnya untuk membersihkan sisa-sisa kekacauan, kemudian dia ke bagian resepsionis hotel untuk bernegosiasi dengan pegawai di sana. Kebetulan yang berjaga sekarang sudah berganti sift sehingga langkahnya sedikit terhambat.
Aisyah sudah mengantongi nama-nama pegawai Hotel yang bekerja di saat pertama kali Raisa dan pria itu datang. Setelah itu, dia berjalan ke ruangan cctv untuk mengecek langsung semua rekaman buktinya.
"Kamu pasti mengenal Saya bukan?" ucapnya saat duduk di hadapan tiga orang yang bertugas sebagai pihak yang mengelola keamanan lewat Cctv.
Aisyah melempar tiga buah amplop ke hadapan mereka. Pegawai tersebut mengerti dengan apa yang diinginkan oleh Aishah. Mereka segera bekerja sesuai dengan yang diinginkan oleh Aisyah, tapi apa yang diinginkan oleh Aisyah ternyata tidak berhasil.
Aisyah hanya mendapatkan gambar punggung pria yang berjalan tergesa-gesa menggendong tubuh Delisha hanya itu saja.
"Maafkan Kami Nona, hanya ini yang Kami bisa berikan dan beberapa rekaman selanjutnya sudah terhapus dan tidak lagi selain ini," jelasnya yang menundukkan kepalanya karena merasa tidak enak sudah diberikan upah yang banyak tapi, tidak bisa membantu banyak.
"Tidak apa-apa," dia memukul pelan pundak salah satunya lalu berjalan ke arah luar.
Salah satu pria itu berlari mengejar Aisyah yang sudah berjalan meninggalkan mereka.
"Nona!!"
Aisyah menolehkan kepalanya ke arah belakang, langkahnya terhenti sesaat menunggu kedatangan pria jangkung yang sudah ngos-ngosan berlari ke arahnya.
"Ini," pria itu menyodorkan sebuah kotak kecil yang berbentuk flashdisk yang kemungkinannya berisi petunjuk.
"Makasih."
Aisyah segera memasukkan bukti tersebut kedalam saku bajunya.
Siapa yang tidak mengenal Aisyah Akyurek, seorang perempuan yang tangguh dan kuat dan sudah terkenal kebengisannya di dunia bisnis serta kemampuannya mengalahkan lawannya di arena adu kekuatan.
Aisyah meninggalkan Hotel dan bergegas mengejar Dennis.
Hanya butuh beberapa menit saja, mereka sudah sampai di RS tujuan yang terdekat.
Dennis menggendong tubuh adik kembarnya hingga masuk ke dalam ruangan ICU. Tim Dokter segera menangani kondisi Raisa.
"Ya Allah selamatkan lah adikku, jangan biarkan sesuatu terjadi padanya,"
Rexi duduk dan menumpukan tangannya di atas ke dua pahanya. Sesekali mengusap wajahnya dengan gusar. Kadang mengusap wajahnya dengan tidak tenang.
Aisyah berlari ke arah Rexy, dia memeluk tubuh tuan mudanya yang sudah seperti anak kandungnya sendiri. Sejak bayi ia sudah mengasuh dan merawat mereka sepenuh hatinya. Kedekatan mereka seperti seorang Ibu dan anak. Aisyah memeluk tubuh Rexy, tak segan untuk menumpahkan air matanya di dalam pelukan Aisyah.
"Tenanglah Tuan Muda, insya Allah Nona Muda baik-baik saja, yakinlah sama Allah," dia mengelus punggung lebar itu dengan penuh kelembutan walaupun dalam hatinya juga merasakan kekhawatiran akan nasibnya Raisa.
"Aisyah rahasiakan masalah ini dari siapapun terutama Kakek dan Daddy dan Mommy, Aku tidak ingin membuat mereka menjadi sedih."
Aisyah menatap sekilas ke arah Rexy dan mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti.
"Aku yakin ada seorang Pria yang sudah menghancurkan masa depan adikku, Pasti Kamu sudah melihat beberapa bukti yang menunjuk ke arah itu kan? jadi aku tidak ingin membuat Raisa tambah hancur setelah mengetahui kenyataan tersebut."
"Baiklah kalau itu sudah jadi keputusanmu, aku akan mengikuti dan menjalankan sesuai perintahmu."
"Tapi, apa Kamu sudah mengamankan dan membereskan semua bukti yang ada di Hotel?" wajahnya menyiratkan kecemasan dan ketakutan yang menderanya.
"Kalau masalah itu Alhamdulillah sudah beres Tuan Muda, kalau di Villa sementara anak buahku menjalankan misinya di sana, tapi belum ada laporan apa pun dari mereka," terangnya.
Mereka kembali terdiam dan merenungi segala cobaan yang menerpa kehidupan adiknya. Anak gadis sekaligus cucu tunggal perempuan di dalam keluarganya.
"Suatu nanti jika Aku tahu siapa sosok orang yang melakukan hal ini, aku pastikan hidupnya menderita hingga kematian enggan menjemputnya."
Denis mengepalkan tangannya saking kuatnya, hingga urat-urat tangannya menonjol, kedua bola matanya memerah hingga jakunnya naik turun.
................
Tetap Dukung Benci dan Dendam dengan:
Cara Like setiap Babnya
Rate bintang lima
Gift Poin atau Koin Seikhlasnya
Favoritkan agar selalu mendapatkan Notifikasi Updatenya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
FarAh kHan
Raisa wonder woman yah
2022-08-28
0
Aida faquita
lanjut
2022-08-10
0