NovelToon NovelToon

Cinta dan Dendam

Eps. 1. Perpisahan

Kehangatan dalam keluarga tidak diukur dari ukuran luas rumahnya, tapi luasnya kebahagiaan yang menempati.

Kesenangan bermula dari kebersamaan bersama orang-orang terdekat, terutama keluarga.

Kebersamaan dengan keluarga momen penting dalam menggapai rumah tangga bahagia.

The warmth in the family is not measured by the size of the house, but the breadth of happiness that occupies it.

Fun begins with being together with the closest people, especially family.

Togetherness with family is an important moment in achieving a happy household.

Keputusan yang dahulu disepakati olehnya hari ini akan dipenuhi dan tepati. Janjinya itu tidak mungkin dia langgar. Tetapi demi masa depan anak-anaknya, mereka dengan ikhlas akan membawa terbang ke Inggris sesuai dengan janjinya waktu itu.

Di dalam Istana milik Tuan Besar Edward Chen terdengar tangis haru memenuhi ruangan mewah itu. Rexi Ritchie Arfathan Lee, tidak ingin berpisah dengan Daddy dan Mommy nya. Sedangkan Raisya Annira Elshanum lebih bahagia, happy, eksaited setelah mengetahui jika mereka akan tinggal dan menetap di Negara Ratu Elizabeth.

Perpisahan mereka saat itu penuh dengan drama yang diperankan oleh Rexi. Mira dan Yuda sampai kelimpungan tidak tahu harus berbuat apa untuk meyakinkan kepada putra keduanya itu. Mira berlutut di hadapan anaknya lalu ia mengelus surau yang sedikit berombak dan kecoklatan milik putra bungsunya itu dengan penuh kasih sayang.

Mira sama dengan apa yang dirasakan oleh anaknya, tapi demi kebaikan anaknya di masa depan mereka serta menunaikan janjinya, Mira menjalankan semuanya dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang.

"Rexi putranya Mommy yang paling ganteng, insya Allah Mommy akan ke sini dua kali dalam setahun akan datang menjengukmu, Rexi juga akan kembali ke Jakarta setiap bulan puasa," Mira memeluk putranya dengan erat. Air matanya yang sudah berada di ujung pelupuk matanya dia berusaha untuk menahannya.

Dia tidak ingin terlihat lemah di depan anak-anaknya. Sedih pasti itu akan dirasakan oleh semua ibu yang akan terpisah dari buah hatinya untuk beberapa tahun.

"Moms janji?" Rexi mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari Mommynya.

"Moms janji sayang, Aisyah juga akan tinggal bersama kalian di sini."

Tuan Edward yang melihat lakon cicitnya hanya tersenyum. Beliau mengingat dirinya di masa kecilnya ada di dalam karakter Rexi. Mereka seperti bagaikan pinang dibelah dua dari segi karter, sifat dan perangainya. Mira tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia segera berbalik dan berjalan ke arah Pesawatnya yang siap berangkat kembali ke tanah air tercinta.

Air matanya perlahan menetes membasahi pipinya, hatinya sangat sedih dan pasti akan sangat merindukan kehadiran ketiga anaknya. Yuda pun mengalami hal yang sama. Kesedihan itu sangat terasa saat pesawat mereka meninggalkan London.

Hari-hari terus berlalu, Ketiga anak Yuda dan Mira cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Tuan Edward menyembunyikan identitas ketiga cicitnya, demi keamanan mereka. Dengan kehadiran ketiganya di Istananya suasana yang beberapa tahun belakangan yang sunyi sepi sekarang setiap hari ada saja ulah ketiganya.

Anak-anak mereka terbilang cepat masuk di sekolah. Seharusnya Axel seperti anak normal lainnya masih sekolah di SMA kelas X1, tapi karena kejeniusan dan IQ di atas rata-rata sehingga dia sudah mengikuti perkuliahan semester 6. Begitu pun juga dengan kedua adiknya. Anak sebayanya masih duduk di bangku SMP kelas VII, tapi mereka sudah kelas X SMA.

Hingga hari kelulusan duos kembar telah tiba. Delisha tidak habis pikir kenapa Kakeknya Sangat menentang dan melarangnya mengikuti acara kelulusan yang akan diadakan oleh teman sekolahnya. Berbagai bujukan dan rayuan Delisha sudah lakukan tapi, tetap tidak berhasil.

Seperti hari ini, Raisya berakting di depan Kakeknya. Dia merengek meminta izin untuk mengikuti acara tersebut. Dia sudah sejak pagi tadi, tidak ikut makan bersama dengan yang lainnya.

"Aisyah! Raisya kemana, kok tidak ikut sarapan?" Rexi dengan wajahnya yang keheranan lalu menatap Aishah dengan penuh selidik.

Aisyah yang ditatap seperti itu hanya terdiam dan mengarahkan pandangannya ke arah Tuan Edward. Rexi langsung paham dengan situasi yang ada.

"Kakek, apa salahnya Rexi diijinkan untuk pergi ke acara itu, setahuku temannya semuanya baik kok." Ungkap Rexi yang sesekali melanjutkan makannya.

Tangannya yang masih setia menyendok makanan ke dalam mulutnya. Mereka berbincang di Meja makan jika Maxi abangnya tidak ada jadi ia manfaatkan waktu itu.

"Sekali seumur hidup Kakek mereka melakukan acara seperti ini, kalau menurut Rexi lain kali Kakek tidak usah mengijinkannya pergi jika menginginkan hal yang sama," Rexi setelah berbicara seperti itu menundukkan kepalanya dia takut jika perkataannya menyinggung perasaan kakeknya.

Rexi tidak sanggup menatap ke arah dua mata Kakeknya yang begitu tajam bak Elang yang akan menerkam mangsanya. Tuan Edward terdiam dan merenungi semua perkataan cucunya itu.

Tuan Edward masih menikmati makanannya. Selama kedatangan mereka di Istana itu, pola makan dan apa yang dimakan oleh mereka setiap paginya tidak sama dengan kebanyakan warga kota Los Angeles yang kebanyakan makan roti setiap harinya. Bukannya mereka yang beradaptasi dengan lingkungan, tapi kakeknya lah yang mengikuti kebiasaan mereka dalam hal makan.

"Baiklah Kakek akan ijinkan kalian pergi, tapi dengan satu catatan harus jaga diri baik-baik." Tuan Edward menyelesaikan makannya segera.

Setelah berbicara seperti itu, Kakeknya meninggalkan Rexi yang tersenyum penuh kemenangan karena berhasil mendapatkan izin dari Kakeknya. Rexy segera mengirimkan pesan chat ke nomor hp adiknya. Raisya yang duduk bersila di atas ranjangnya, segera meraih hpnya setelah mendengar hpnya berdering.

Kedua matanya membulat sempurna dan berbinar bahagia. Saking bahagianya dia melompat di atas ranjang king size-nya dengan sprei motif Frozen warna biru. Gadis belia yang baru berusia 16 tahun jingkrak-jingkrak di dalam kamarnya saking senangnya karena sudah mengantongi izin dari Kakeknya.

Jam weker berdering dengan kerasnya. Sudah pukul 06.00 pagi, Raisya belum bangun juga dari mimpi indahnya, Entah apa yang terjadi dengannya, hari ini begitu malasnya untuk mengakhiri mimpi indahnya. Ia meraih jam wekernya lalu mematikan alarmnya yang sudah mengganggunya.

Deia menarik dan merapatkan selimutnya, bergelung dalam selimut tebalnya itu. Selimut yang bermotif Frozen itu berwarna biru tua. Setelah melaksanakan shalat subuh, ia kembali memutuskan untuk melanjutkan tidurnya.

Dia penasaran dengan kelanjutan mimpinya tersebut. Ia berharap dengan tertidur pulas kembali, maka mimpinya itu diputar kembali sehingga dia bisa melihat wajah dibalik topeng tersebut. Di dalam mimpinya itu Raisya bertemu dengan seorang pangeran berkuda putih, tapi wajahnya ditutupi oleh topeng sehingga ia tidak bisa melihat langsung kondisi wajah si Pria itu.

Eps. 2. Acara Kelulusan

Seorang gadis terlelap dalam tidurnya, sesekali wajahnya terlihat guratan senyuman manis. Gadis itu tersenyum melihat seorang pria bertopeng yang hadir di dalam mimpinya.

Setelah melaksanakan shalat subuh, Raisya kembali memutuskan untuk melanjutkan tidurnya. Dia penasaran dengan kelanjutan mimpinya tersebut. Ia berharap dengan tertidur pulas kembali, maka mimpinya itu diputar kembali sehingga dia bisa melihat wajah dibalik topeng tersebut.

Di dalam mimpinya itu Raisya bertemu dengan seorang pangeran berkuda putih, tapi wajahnya ditutupi oleh topeng sehingga ia tidak bisa melihat langsung kondisi wajah si Pria itu.

Tok... Tok... Tok...

"Non Raisya,, Nona Raisya bangun dong udah pagi nih," teriak Aisyah yang mengetuk pintu kamarnya.

"Apa Nona lupa kalau hari ini acara perpisahan Non Delisha di Sekolah," dia berdiri tegak di balik pintu yang masih tertutup rapat itu.

Aisyah belum menyerah, dia kembali mengetuk pintu itu dengan sedikit lebih kuat dan keras dari sebelumnya.

Tok... tok..

"Ya Allah non Raisya kok tumben yah hari ini susah amat dibangunkan, gak biasanya seperti ini," umpat Aisyah yang sudah kesal dengan tingkah Raisya yang hari ini susah dibangunkan seakan-akan hari ini hari libur saja.

Aisyah menggelengkan kepalanya, keheranan dengan sikap Delisha yang tidak biasa seperti hari-hari biasanya.

Rexi yang baru saja keluar dari kamarnya melihat Aisyah berdiri seperti patung di depan kamar adik kembarnya. Tangannya masih menempel di pintu yang terus mengetuk pintu itu. Dia sudah menggedor pintu itu dengan sekuat tenaga, tapi sang pemilik kamar sedikitpun tidak bergeming.

Rexi yang keluar dari kamarnya melihat Aisyah yang kebingungan. Kamar Rexy kebetulan jaraknya berdekatan dengan kamar adiknya hanya lima langkah saja.

"Ada apa Aisyah, apa yang terjadi dengan Raisya?" Dennis kebingungan melihat wajah Aisyah yang keheranan itu.

Raut cemas jelas nampak di wajah mereka, karena tidak pernah melihat adiknya dibangunkan. Biasanya malahan Raisya yang selalu membangunkan seisi penghuni istana itu. Dengan gaya khasnya yang ceria, aktif, suara cemprengnya selalu membuat rumah yang melebihi istana itu jadi ramai di pagi hari.

"Tolong minggir sedikit, biar aku saja yang bangunin," jelasnya.

Aisyah menuruti perkataan dari Tuan Mudanya tanpa banyak tanya. Ia pun langsung menyingkir dari depannya pintu untuk memudahkan Rexi mengetuk pintu itu.

"Sya, kalau kamu gak bangun kakak akan tanya Kakek untuk batalin acaramu bersama teman-temanmu," tangannya masih setia menggedor pintu yang cukup bising di pagi hari itu.

"Tidak biasanya Non Sya seperti ini," lirih Aisyah dengan wajah kebingungan.

"Kalau kamu tidak bangun juga, aku akan perintahkan kepada Aisyah untuk ikut bersama Kamu," ultimatum Rexi di depan pintu adiknya.

Sedangkan di dalam kamar itu, Raisya tersenyum manis ketika sudah berhadapan dengan pemuda berkuda putih itu dengan topengnya yang masih setia melekat di wajahnya. Hanya hidung mancungnya yang sangat jelas kelihatan.

Ia memegang topeng yang dipakai pria itu dan ingin membukanya, agar Ia melihat bentuk rupa pangeran itu. Tetapi tiba-tiba, menghilang bersamaan dengan telinganya menangkap suara seseorang mengetuk pintunya, Ia pun bangun dari tidurnya.

"Yah gagal lagi, padahal sedikit lagi Aku bisa melihat wajahnya pangeranku." Cicitnya Raisya yang langsung lesu.

"Kakak akan hitung mundur 5, 4, 3, 2, sa...." hitungan terakhir Rexi pintu itu terbuka.

Dia berjalan sangat cepat ke arah pintu, jika tidak ingin rencana perayaan mereka akan digagalkan oleh Kakeknya. Rexi tertawa terbahak-bahak melihat adiknya itu, jika diancam dengan menggunakan nama kakeknya. Reaksinya pasti akan tunduk seperti kerbau yang dicocok hidungnya menurut tanpa ada perlawanan apa-apa.

"Tunggu Sya yah kakak, Sya mandi dulu," ucapnya lalu menutup pintu kamarnya dengan terburu-buru.

Pintu kamar itu tertutup dengan sangat keras, karena terlalu tergesa-gesa dan tidak ingin terlambat.

Aisyah dan Rexi Richie Arfathan tersenyum melihat tingkah laku Delisha.

"Makasih banyak Aisyah," ucapnya dibarengi dengan senyuman khasnya.

Aisyah hanya tersenyum menanggapi perkataan dari Tuan Mudanya.

"Aku tunggu Kamu di meja makan, 20 menit saja dari sekarang," teriak Dennis lalu berjalan menuruni anak tangga.

Raisya masuk ke dalam kamar mandinya, dia hanya mandi kilat tanpa ada ritual mandi seperti biasa yang dia lakukan. Tidak treatment perawatan kulit dan wajah yang dia lakukan. Demi menghemat waktu yang diberikan oleh kakaknya.

Raisya sampai melupakan mencharge hpnya yang tersisa sedikit saja. Dia berlari menuruni tangga dengan tergesa-gesa, hampir saja kakinya keseleo untung dia bergerak lincah untuk menghindari hal tersebut. Dengan nafas yang ngos-ngosan, dia duduk di samping kakaknya. Rexi yang melihat adiknya sudah duduk di dekatnya segera menyodorkan piring yang sudah berisi makanan kesukaannya.

"Thanks kakakku yang paling terbaik sedunia." Balasnya sambil mengisi beberapa macam jenis makanan.

Raisya menoel pipi kakaknya, ia memperhatikan di meja makan hanya dia dan kakaknya saja, dia celingak-celinguk mencari keberadaan kakeknya.

Rexi mengerti dengan apa yang dicari oleh adiknya lalu berkata, "Kakek sudah berangkat ke Bandara katanya mau ke Jepang," ucapnya Rexy yang mengetahui apa yang dicari oleh adiknya itu.

"Oohh, kok gak pamit sama Sya sih kak? biasanya kakek selalu tanya Syaa kalau akan berangkat," dengan wajahnya yang ditekuk dan bibirnya dimonyongin.

"Gimana Kakek mau pamit sama Kamu, loh saja masih ngorok," jelasnya dengan tangannya yang sesekali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

Beberapa saat kemudian, mereka pun sudah bersiap untuk berangkat ke Sekolahnya. Hari ini Delisha tidak ingin di antar khusus oleh supir pribadinya. Dia ingin ikut nebeng bersama kakaknya.

Sekolah mereka berbeda, tapi Dennis selalu mendahulukan adiknya diantar terlebih dahulu selanjutnya gilirannya kalau mereka bersama. Mobil mereka berhenti agak jauh dari sekolah, hal itu dilakukan agar tidak ada yang mengetahui siapa mereka.

"Makasih banyak Kak," pintu itu terbuka dia turun dengan wajah yang sumringah selalu menghiasi wajahnya.

"Jangan nakal, ingat kalau sudah selesai acaranya, harus hubungi kakak atau Aisyah," perintah Rexi.

Denis mewanti-wanti adiknya dengan nasehat seperti seorang bapak kepada putrinya.

"Siap Bos," jawabnya sambil menirukan gaya seorang prajurit TNI.

Baru beberapa menit Sya duduk di dalam ruangan tersebut yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan acara. MC kemudian membuka acara dengan kata-kata sambutan yang sangat menyentuh.

Acara pun berlangsung dengan khidmat dan sangat meriah. Di wajahnya sedari tadi terpancar rona kebahagiaan, karena dinobatkan menjadi salah satu Siswi terbaik kedua di Sekolahnya tahun ini.

"Alhamdulillah Makasih banyak ya Allah," sembari mengusap wajahnya.

Setelah dari atas panggung, dia ikut duduk kembali bergabung dengan teman-temannya yang dari berbagai negara itu.

"Hey selamat yah bebs, Kamu kembali menjadi juara 2," ucap Vivian memeluk tubuh Delisha.

Vivian adalah salah satu teman baiknya Raisya selama ini.

"Kami bahagia loh dengan pencapaian prestasi Kamu bebs," timpal Cristin.

Mereka cipika-cipiki satu sama lainnya. Cristin sahabat Raisya ikut bahagia dengan apa yang diraih olehnya. Mereka sedari dahulu memang mengakui kepintaran dan kejeniusannya gadis yang berasal dari Indonesia itu.

"Makasih banyak atas dukungan kalian, tanpa kalian Aku tidak akan seperti ini," ucap Raisya selalu merendah diri.

Sedari tadi ada sepasang mata yang melihatnya dengan wajah yang penuh amarah, cemburu, dendam serta benci yang bercampur jadi satu.

"Tersenyumlah selagi Kamu masih bisa tersenyum dan tunggulah pembalasanku malam ini, bersiaplah untuk menangis darah."

Orang itu tersenyum manis, tapi penuh dengan kepalsuan dan kemunafikan. Orang itu sudah merencanakan sesuatu untuk mencelakai Delisha.

Acara berlangsung hingga siang hari. Mereka tidak ada yang pulang atau pun bubar. Karena khusus kelasnya mereka sudah merencanakan Pesta kecil-kecilan, nantinya akan diadakan di salah satu Villa milik Mutia.

Beberapa saat kemudian, mereka bersiap untuk berangkat ke salah satu Villa milik Mutiara.

"Kalian sudah siap?" tanya Mutiara yang sudah bersiap mengemudikan mobilnya.

"Yes, let's go," ucap mereka secara bersamaan.

Mobil mereka perlahan meninggalkan Sekolah menuju Villa yang ada di pinggiran Kota yang tepatnya berhadapan dengan Pantai. Perjalanan baru beberapa kilometer yang mereka tempuh, tiba-tiba ada seekor kucing hitam yang melompat ke depan mobilnya.

Mutiara segera menghentikan laju mobilnya kemudian mematikan mesin mobilnya itu. Dia kemudian berjalan turun ke arah depan mobilnya, tapi tidak menemukan keberadaan kucing itu lagi.

"Apa yang terjadi dengan kucingnya Mutiara?" tanya Raisya yang khawatir dengan kondisi kucing itu.

"Kucingnya sudah tidak ada, mungkin tadi terkejut sehingga melarikan diri dengan cepat," jawab Mutiara.

"Aku kasihan dengan kucingnya semoga kucing itu baik-baik saja," cemas Vivian.

Mutiara sudah memeriksa seluruh mobilnya dari depan hingga ke belakang, tapi hasilnya masih sama tetap kucing itu sudah kabur.

Vivian Wheeler ikut membantu mencari keberadaan kucing itu. Tapi, mereka sudah memeriksa dengan teliti hingga di sekitar area jalan dan hutan ternyata kucing itu tidak ada.

"Lupakan kucing itu, ingat hari ini Kita harus berenang-renang dan berpesta," terang Cristin yang berusaha mencairkan suasana.

"Betul apa yang dikatakan oleh Cristy oke," ucap Vivian.

"Gimana dengan anak-anak yang lain, apa mereka sudah sampai?" tanya Vivian.

"Mereka sudah sampai dan hanya menunggu kita saja," jawabnya Mutiara yang sedari tadi tersenyum penuh arti.

Raisya masih kepikiran tentang kucing itu. Dia teringat dengan perkataan Baby sitter nya dulu Mbak Marni tentang kucing tersebut.

"Non Raisya jika tiba-tiba ada kucing yang melompat mendekat ke arah kita biasanya itu pertanda kurang baik, jadi bagi yang mengalami hal itu diharapkan untuk selalu waspada."

Perkataan dari Mbak Marni hingga sekarang masih terngiang-ngiang di telinganya.

"Ya Allah semoga saja kucing itu bukan pertanda yang tidak baik."

Eps. 3. Sebuah Pertanda

Raisya masih kepikiran tentang kucing itu. Dia teringat dengan perkataan Baby sitter nya dulu Mbak Marni tentang kucing tersebut.

"Non Raisya jika tiba-tiba ada kucing yang melompat mendekat ke arah kita biasanya itu pertanda kurang baik, jadi bagi yang mengalami hal itu diharapkan untuk selalu waspada."

Perkataan dari Mbak Marni hingga sekarang masih terngiang-ngiang di telinganya.

"Ya Allah semoga saja kucing itu bukan pertanda yang tidak baik."

Di beberapa belahan dunia, diyakini bahwa kucing hitam benar-benar bisa meningkatkan kehidupan cinta di jepang misalnya, wanita lajang yang memiliki kucing hitam diyakini akan menarik lebih banyak pelamar.

Sedangkan di inggris, kucing hitam adalah hadiah pernikahan yang ideal karena mereka diyakini membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagi pengantin wanita.

Kucing hitam tidak hanya dapat memperbaiki kehidupan cinta, tetapi mereka juga dapat meningkatkan keberuntungan dan meningkatkan keuangan secara historis para pelaut membawa kucing ke atas kapal untuk berburu tikus.

Raisa masih kepikiran tentang kucing itu dan teringat dengan perkataan Baby sitter nya dulu Mbak Marni tentang kucing tersebut.

"Ya Allah jauhkanlah Kami dari segala sesuatu yang tidak baik dan segala marabahaya." Raisya membatin.

Tidak lama kemudian, mobil mereka sudah memasuki Area Villa. Suasana Villa itu cukup ramai karena sudah banyak yang datang.

"Alhamdulillah sampai juga," ujarnya dengan senyuman kebahagiaan.

Raisa merentangkan kedua tangannya dan perlahan menghirup udara segar yang berasal dari pinggir pantai. Malam itu suasana di langit begitu cerah dengan bertaburan bintang-bintang. Sinar rembulan tidak kalah dengan pamor dari bintang. Sang Dewi Malam menyinari dunia dengan sinarnya yang sangat cantik.

"Sa ini kamarmu, yang di ujung sana kamar Vivian dan yang itu kamarnya Cristin," jelas Mutiara yang menunjukkan satu persatu kamar kepada sahabatnya untuk mereka tempati.

"Makasih Mutiara," tuturnya sambil membuka pintu kamar mereka masing-masing.

"You're welcome, no problem, just relax, consider your own Villa," dengan senyuman yang selalu menghiasi wajahnya.

Mereka sudah berada di dalam kamar masing-masing. Raisa membuka jendela kamarnya dan matanya terbelalak, mulutnya menganga terkesima melihat suasana malam itu di pinggir pantai.

"Subhanallah, masya allah cantiknya." Dia mengagumi pemandangan di Luar sana yang begitu indahnya di malam ini.

"Aku juga akan minta sama Kakek Villa yang berdekatan dengan pantai, pasti asyik."

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 08.00 malam. Dia segera masuk ke dalam kamar mandi karena ingin mengganti pakaiannya dan bersiap untuk mengikuti party temannya.

Beberapa menit kemudian, dia sudah selesai dengan kostum dan gaun malam yang sebatas lututnya. Dengan topeng butterfly Valve yang menghiasi wajahnya sehingga menambah aura kecantikannya. Gaun malam sebatas lutut dan topeng yang dipakainya senada warnanya. Kecantikannya malam itu sungguh membuatnya bak putri dari negeri dongeng saja.

"Aku harus menelepon kakak, untuk mengabarkan bahwa aku sudah sampai." Tangannya merogoh tas selempangnya.

Dia mencari HPnya diantara barang-barang yang dibawanya yang cukup banyak itu.

Raisa melihat kondisi hpnya, "Ya casnya sisa dikit, apa aku cas saja terlebih dahulu atau?" Tanyanya dengan nada sendu.

Ketukan pintu membuatnya terkejut dan terlonjak kaget dari duduknya.

"Raisa, yuk kita ke Party," teriak Vivian sambil sesekali mengetuk pintu.

Delisha berdiri dari duduknya lalu berjalan ke arah pintu, "Kamu duluan, Aku akan nyusul sebentar lagi," ia hanya membuka daun pintu itu sebagian saja sehingga kepala temannya hanya kelihatan sebagian.

"Okey, jangan lama yah," Vivian dan Cristin meninggalkan Raisa sendirian.

"Aku harus charge sebentar sebelum ke sana."

Dia ingin mencharge hpnya, tapi ternyata dia lupa membawa alat charger hpnya.

"Aku lupa bawa, pasti gara-gara terlalu terburu-buru jadinya kelupaan." Ia menggelengkan kepalanya yang baru kali ini teledor.

"Nanti saja Aku pinjam charge Mutiara setelah acara, gak enak mereka sudah lama menunggu," tuturnya lalu memasukkan hpnya ke dalam tasnya.

Raisa pun berjalan ke arah pintu masuk tempat pelaksanaan pesta tersebut. Raisa dibuat shock, karena kondisi dari pesta tersebut sangat berbeda jauh dengan apa yang ada di dalam ekspektasinya dan ucapan teman-temannya.

Teman-temannya tidak ada yang mengatakan kalau mereka akan party dengan berbagai minuman beralkohol. Dia tidak akan menyentuh minuman itu sedikit pun.

Raisa memperbaiki penampilannya dan letak topeng yang dipakainya. Walaupun terkejut dengan suasana dalam pesta tersebut, dia memaklumi karena semua temannya hanya dia yang berasal dari Indonesia dengan keyakinan yang berbeda pula. Malam ini mereka mengadakan pesta topeng. Mereka memakai berbagai kostum pilihan terbaik mereka masing-masing.

Raisa risih dan jijik melihat tingkah laku beberapa temannya yang beradegan mesum di depan matanya. Bukannya sok suci tapi, seperti itulah kebiasaannya selama hidupnya. Tapi, tidak memperlihatkan secara gamblang ketidaksukaannya tersebut.

"Astagfirullah" berulang kali kata itu dia lafalkan.

Raisa segera kabur dari tempat itu, Dia tidak tahan lagi dengan bau dari alkohol yang menyeruak memenuhi seluruh ruangan itu. Ia pun berjalan ke arah pintu keluar.

"Alhamdulillah akhirnya bisa juga menjauh dari sana," dengan mengelus dadanya perlahan saking bahagianya karena terbebas dari party itu.

Tetapi langkahnya tertahan karena tangannya dicekal oleh seseorang. Dia menatap tajam ke arah pria itu. Wajahnya keheranan bercampur marah. Orang itu satu pun tidak dikenalnya. Ia berusaha untuk mengenali mereka tapi susah, karena pencahayaan yang kurang lagian mereka memakai topeng.

"Lepaskan tanganku!!" Teriak Raisa

Ketiga Pria itu mengelilingi Raisa. Mereka saling berpandangan dan tersenyum licik satu sama lainnya.

"Kalian siapa? kenapa kalian mencegah langkahku?" Tanyanya dengan tidak menyukai perbuatan pria itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!