Jam sudah menunjuk pada angka 21:25 lewat itu artinya Raffan sudah terlambat 25 menit dari janjinya yang akan pulang jam 21:00, jelas Raffan sudah ingkar janji pria itu bisa menepati janjinya sendiri saat akan pergi tadi, bahkan pria itu tega mengelabui istrinya.
Deefa sudah bergerak gelisah mondar-mandir di depan pintu yang tertutup, kali ini wanita itu memakai daster lengan panjang di tambah dengan kerudung besar yang menutupi sampai kebagian pergelangan tangannya, meski begitu ia tetap saja tidak berani untuk membuka pintu ada rasa takut yang entah kenapa mengerubungi hatinya meski ia tahu dan yakin ada pemilik semesta yang akan menjaganya.
Jelas bukan hantu yang ia takutkan melainkan manusia yang terkadang sifatnya melebihi hantu paling jahat sekalipun.
"Kenapa belum pulang juga," menggumam cemas dengan tangan yang saling meremas.
Saat ini Deefa seolah seorang ibu yang sangat mengkhawatirkan anaknya yang tak kunjung pulang karena keasikan bermain.
"Astaghfirullah Mas Raffan," semakin tak bisa mengendalikan perasaannya.
Sedangkan di tempat lain pria yang sejak tadi namanya terus di sebut oleh wanita berkerudung itu malah sedang bersenang-senang dengan teman-temannya, berkumpul di basecamp yang adalah rumah Gerry salah satu teman Raffan.
Gerry yang orang tuanya sibuk berbisnis mengijinkan salah satu rumahnya untuk dijadikan tempat berkumpul teman-teman anaknya, dengan alasan itu jauh lebih baik ketimbang anaknya nongkrong tak jelas rimba nya.
"Gue dengar-dengar gebetan lu bakal balik dari Amrik, beneran?" tanya Rio pada Raffan yang langsung menghentikan obrolannya dengan Gumay.
"Hah? gebetan?" yang di tanya malah menunjukan raut wajah bodoh.
"Wah abis dari luar kota mendadak pikun nih anak," cibir Rio mendapati Raffan yang seperti lupa tentang wanita yang tengah berlibur di luar negeri, walau lebih tepatnya mengunjungi neneknya yang sedang sakit.
Bola mata Raffan berputar melirik ke setiap arah, itu dia lakukan karena dia sedang mencoba untuk mengingat wanita yang sedang dibicarakan oleh temannya.
Plak!
Raffan menepuk keningnya sendiri baru sadar dia memang tidak mempunyai pacar tapi dia mempunyai wanita yang sejak beberapa bulan lalu doa dekati, Faranisa Drajat salah satu mahasiswi cantik di kampus mereka.
"Cincin apaan tuh?!" serbu Gumay yang tak sengaja menangkap ada satu cincin di jari manis temannya.
Raffan tergagap lalu secepat kilat memberi jawaban, "ya cincin gue lah, dari dulu juga gue pakai cincin!" sahut Raffan dengan nada suara yang sedikit terdengar tak biasa.
"Apa iya?" Rio mengetuk-ngetuk dagunya meragukan pengakuan Raffan, padahal dari dulu aksesoris yang Raffan pakai hanya seputar gelang tali berwarna hitam dengan jumlah 3 serta baru-baru ini ada anting di telinga kanannya, Rio tahu itu karena dia juga bersama dengan Raffan saat temannya itu melakukan tindik.
Rasa penasaran mereka teralihkan ketika terdengar suara dering panggilan benda di dalam kantong celana Raffan.
"Pa Ustad tuh pasti," tebak Gumay yang sepertinya hafal siapa yang akan menghubungi Raffan jika pria itu terlalu lama berada di luar rumah.
Raffan mengeluarkan benda yang masih setia bersuara itu lalu dahinya mengerut saat melihat sebaris nomor yang tidak bernama dan pastinya tidak dia ketahui, sedikit ragu untuk menjawab tapi suara dering itu tidak mau berhenti juga.
"Gue jawab dulu," kata Raffan pada teman-temannya lalu beranjak menjauh.
"Siapa nih?!" Raffan langsung menyerang dengan pertanyaan.
"Mas dimana? ini sudah jam berapa tadi janjinya pulang jam berapa?" suara kalem nan lembut dari seberang sana sudah membuat Raffan tahu siapa pemilik suara itu.
"Tahu dari mana nomor gue?" tanya Raffan karena dia ingat benar tidak pernah atau belum memberikan nomor teleponnya pada wanita yang sekarang mempertanyakan dirinya.
"Ibu, Deefa minta sama Ibu karena Mas Raffan sudah ingkar janji," sahut Deefa dengan suara yang tetap tidak memakai intonasi tinggi untuk mengingatkan suaminya padahal pria itu sudah berbohong.
Raffan melihat jam pada handphonenya lalu menjawab, "baru telat 25 menit Deef," sahut Raffan mendesis.
"Mas Raffan sudah janji dan janji adalah hutang, dosa kalau tidak ditepati," suara Deefa tidak berniat memberi ceramah hanya sekedar mengingatkan kalau-kalau Raffan lupa.
"Deefa istriku yang menyebalkan jangan mulai ceramah bisa?!" dengus Raffan telinganya merasa gatal meskipun Deefa berbicara dengan suara yang tetap lembu bersahaja hanya memang Raffan nya saja yang tak tahu diri.
"Kalau begitu Mas pulang sekarang atau.."
"Atau apa?!" tanya Raffan sengit sangat jelas perkataan yang Deefa putus tadi adalah sebuah ancaman yang Raffan tidak tahu apa.
"Deefa akan menyusul Mas Raffan sekarang," ancam Deefa.
Mata Raffan membalalak kaget tapi sesaat kemudian berubah menjadi tenang kembali, "memangnya Lo tahu gue ada dimana sekarang?!" tanya Raffan.
"Deefa tahu." menjawab singkat.
"Tahu dari mana?" kali ini mulai gelisah.
"Ibu, Deefa tanya sama ibu," sahut Deefa dengan senyum tertahan.
"Baru dua hari dan kalian sudah menjadi komplotan!" seru Raffan kesal mengacak rambutnya.
"Jadi Mas Raffan mau pulang atau Deefa yang.." menahan ucapannya.
"Gue pulang!" sentak Raffan emosi lalu mematikan handphone dengan kasar.
Di rumahnya Deefa tersenyum manis seraya memilih untuk duduk di sofa menunggu suami berandal nya pulang ke rumah.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
AAs Aryanto
semoga istri nya tahan banting ya thor.. gak tega wanita soleha disakitin.
2023-06-22
0
Elizabeth Zulfa
berandalan takut istri 🤔🤔🤔😂😂😂
2022-12-17
0
nuri
hrsnya judulnya berandal takut istri 😁😁
2022-12-17
0