Akhirnya mereka sampai juga di Jakarta, security berlari untuk membuka pintu pagar ketika mengetahui mobil majikannya sudah ada di depan pagar.
"Mau ke mana Raffan?" tanya sang Ayah yang mendapati anaknya ngeloyor masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan apapun.
"Tidur Ayah, Raffan ngantuk," sahut Raffan tanpa menoleh, matanya benar-benar masih sangat mengantuk padahal sepanjang perjalanan dia lebih banyak tidur.
"Ajak Deefa sekalian, karena bukan cuma kamu saja yang butuh istirahat," seru Ustad Imran sebelum Raffan menjauh.
Raffan menggaruk belakang kepalanya lalu melihat pada Deefa yang tengah menarik kopernya, "ayo," katanya.
"Bawakan koper istrimu, tunjukkan tanggung jawab mu sebagai suami mulai dari hal-hal kecil!" tegas sang Ayah menyoroti tingkah anaknya yang baru sehari saja sudah lupa bahwa statusnya sudah beristri.
"Cepat masuk, semakin lama disini akan semakin panjang ceramah yang terdengar," dengus Raffan mengangkat koper milik istrinya lalu membawanya masuk dengan langkah yang cepat.
Adeefa setia mengikutinya dari belakang sambil sesekali tersenyum kala mendengar mulut suaminya tak bisa diam, mengoceh sepanjang langkah menuju kamar yang berada di lantai atas, keduanya hanya berbeda dua tangga hingga Deefa bisa mendengar dan juga melihat dengan jelas bagaimana bentuk tubuh suaminya dari belakang.
Deg deg!
Jantungnya pun berdebar kencang ketika Raffan sudah masuk ke dalam kamar dengan membawa kopernya, ia masih tidak menyangka sudah memiliki suami dan.. mulai malam ini akan ada orang lain yang tidur dengannya.
"Ngapain diam disitu?"
Suara Raffan mengagetkan Deefa yang sedang berdiri mematung di depan pintu, pikirannya saat ini benar-benar menerawang kemana-mana membuatnya jadi lebih sering melamun, ah tidak! tepatnya sejak tangan Raffan menggenggam tangannya kala berada di dalam mobil, diam-diam Deefa memegang tangannya tempat dimana tangan Raffan berada.
Deefa menggeleng lalu melangkah masuk dengan langkahnya yang begitu lemah lembut, terkadang Raffan merasa Deefa ini terlalu lama untuk dia yang tidak sabaran.
"Gue mau tidur terserah elu mau ngapain," ketus Raffan lalu melompat ke atas tempat tidur dan berguling dengan penuh penghayatan seakan sudah sangat lama dia tidak bertemu dengan tempat tidurnya itu hingga membuat dia sangat merindukannya.
"Sebentar lagi isya apa tidak sebaiknya sholat dulu baru tidur," saran Deefa mengundang tatapan tak senang seorang Raffan Alawi.
"Kayaknya gue emang harus segera pindah dari rumah ini!" celetuk Raffan.
"Kenapa?" Deefa terlihat heran, ia sedang membicarakan sholat isya lalu Raffan malah mengatakan hal yang lain, bukankah itu tidak nyambung?
"Karena kalau tetap disini akan ada Ustad dan dua Ustadzah yang akan terus memberikan ceramah, satu ustad dan satu ustadzah saja sudah bikin kepala gue pusing lalu harus di tambah satu ustadzah lagi? oh bisa tujuh keliling pusingnya tak sembuh!" terang Raffan membuat kening Deefa mengerut dengan jawabannya.
"Pusing gue! besok kita pindah!" katanya tegas lalu menutup tubuhnya dengan selimut masa bodoh dengan Deefa yang tetap berdiri melihat padanya sambil menggelengkan kepala.
"Astaghfirullah, sabar Deefa," mengurut dadanya.
Sekarang ia sadar bahwa seorang guru mengaji yang pintar dalam agama dan pastinya tidak perlu lagi meragukan soal ibadahnya belum tentu memiliki keturunan yang Sholeh, lihatlah apa yang ia saksikan saat ini.
Suaminya adalah anak dari seorang Ustadz dan berteman dengan orang-orang baik seperti para kiai serta ulama namun sifat suaminya berbeda jauh dengan sang Ayah, haruskah Deefa menyesal karena menikah dengan pria seperti Raffan? jawabnya tidak! karena ia merasa bahwa sejak ia masih dalam kandungan Allah sudah menentukan takdirnya dan ia percaya Allah tidak akan memberikan hal yang buruk untuknya.
Deefa menuju kopernya, membukanya untuk mengambil pakaian ganti karena tubuhnya terasa lengket setelah menempuh perjalanan panjang ia ingin mandi lebih dulu baru kemudian sholat isya.
Deefa tidak perlu kesulitan untuk mencari kamar mandi, karena di dalam kamar itu juga ada kamar mandi.
Tubuhnya merasa langsung segar begitu air menyiraminya, tidak perlu waktu lama untuk mandi karena yang ia butuhkan hanya menyegarkan tubuhnya saja, lagipula berlama-lama di dalam kamar mandi juga tidak boleh.
Tepat saat ia baru keluar dari kamar mandi suara adzan isya baru saja selesai berkumandang Deefa pun segera menggelar sajadahnya lalu memakai mukena.
Ia sholat di samping tempat tidur dimana suaminya sedang berpura-pura tidur.
Nyatanya Raffan tidak benar-benar tidur dia hanya merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata yang kadang bergerak.
"Berasa di sholatin gue," celetuknya seraya duduk, menguap beberapa kali lalu turun dari tempat tidur melenggang ke kamar mandi dengan membawa handuknya.
Deefa yang baru selesai sholat tak menyangka ketika melihat Raffan tengah menggelar sajadah di dekatnya.
Deefa mengulum senyumnya ketika Raffan mulai membaca bacaan sholat, ternyata suaminya tidak seburuk yang ia pikirkan meski bicaranya sedikit kasar tapi untuk sholat hatinya bisa tergerak dengan sendirinya.
Deefa menunggu sampai Raffan selesai sholat lalu segera mengulurkan tangan begitu Raffan menyelesaikan sholatnya untuk mencium tangan suaminya.
Meski sedikit kaku dan canggung namun Raffan membiarkan Deefa mencium punggung tangannya.
Selesai sholat Raffan malah sibuk dengan handphonenya, terkadang tersenyum terkadang mengomel bahkan mengeluarkan makian yang entah untuk siapa.
"Mas."
Suara yang begitu lemah lembut kembali menyapa telinganya dengan panggilan yang berulang kali dia tolak.
"Jangan panggil Mas ngerti nggak sih Deefaaaa!" menjadi gemas dengan wajah polos di dekat pintu.
"Deefa nggak tahu mau panggil apa, sedangkan memanggil nama pada suami sendiri sangat tidak sopan," terang Deefa tentang kenapa ia yang masih terus memanggil Mas padahal Raffan sudah memintanya memanggil dengan nama saja.
"Tau ah!" akhirnya Raffan menyerah.
"Makan malam sudah siap, Ayah sama Ibu minta Mas buat turun."
Dengan tarikan napasnya Raffan meletakkan handphone di atas meja lalu berjalan melewati Deefa keluar dari kamar menikmati makan malam yang mungkin hasil masakan istri dan Ibunya sebab dari selesai sholat isya tadi istrinya itu berada di dapur.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
mudahlia
wkwkwkwkwk makanya dang bangun
2024-02-07
0
Elizabeth Zulfa
lucu nich si raffan.. dah 19th tp msih kek ank kcil ,pdhl laki loh dia 😁😁
2022-12-17
0
nuri
nih yg lucu reffan pa authornya ya? drtd bikin ngakak aja.
suka deh crita kek gni,sesuai tealita ya...religi & ugal2n nyampur
2022-12-17
1