Pertama Kali Bertemu

Lantunan doa mulai di panjatkan oleh sang Kiai yang suaranya terdengar sangat merdu dan mendayu masuk ke dalam telinga, semua orang memanjatkan doa untuk pernikahan yang baru saja terlaksana.

Puja dan puji mengalun syahdu di ruangan itu, ruangan lain dari pondok sehingga tidak akan mengganggu para santri yang sedang mengaji bersama.

"Deefa ayo keluar temui suamimu," perintah sang Kiai setelah menyelesaikan doanya.

Wanita yang namanya di panggil itu tersentak kaget, dalam sekejap jantungnya yang tadi sudah mulai tenang malah kembali bergemuruh dengan cepat, sungguh Deefa merasa jantungnya seakan memberontak padanya.

Umi dan juga Salimah pun membantu Deefa untuk bangun dari duduknya namun Deefa menginterupsi dengan suaranya yang sangat pelan seperti sedang berbisik.

"Kaki Deefa lemas Umi," adu Deefa merasakan kakinya lemas mendadak bagaikan tak bertulang.

"Kamu hanya gugup Deefa, baca doa lalu tenangkan dirimu," saran Salimah memperhatikan kedua kaki temannya yang kini sudah melepas status gadisnya dengan seorang pemuda dari Jakarta.

Deefa mengangguk lalu mulutnya mengucapkan doa yang membuat ia jadi tenang dengan begitu dengan cepat, karena hanya Allah lah tempatnya memohon untuk semua yang tengah ia rasakan dan akan hadapi.

"Bismillahirrahmanirrahim."

Ketiganya kompak mengucap bismillah sebelum melangkah keluar dari ruangan tempat mereka berada sejak tadi.

"Tenang Deefa," kata Umi ketika merasakan tangan Deefa memegang tangannya dengan sangat erat, ia tahu saat ini Deefa sangat gugup untuk bertemu dengan pria yang beberapa menit lalu mengucap ijab kabul dengan lantang dan lancar.

"Bu," panggil Raffan kepada Hayati yang duduk di sebelahnya.

"Sebentar lagi, sabar," tutur Hayati.

Raffan mendengus dengan lirikan matanya yang kesal, mungkin Ibunya pikir dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan istrinya padahal pada kenyataannya adalah dia sudah sangat tidak tahan untuk buang air kecil, sejak tadi dia sudah sangat kebelet namun terpaksa dia tahan karena merasa tidak enak dengan para orang-orang di sekitarnya yang jelas usianya jauh lebih tua diatasnya, dia merasa tidak sopan jika harus memotong pembicaraan mereka hanya untuk sekedar meminta ijin ke toilet.

Yah meskipun dia terkadang juga bertindak tidak sopan terhadap orang tuanya sendiri.

Dan saat tiga orang wanita itu keluar, Raffan malah semakin tidak bisa diam dia sudah sangat tidak bisa lagi untuk menahan air yang semakin lama memaksa ingin keluar jika terus dia tahan bisa-bisa basah sudah celananya dan membuatnya malu seumur hidup.

"Bu Raffan sudah tidak tahan! Raffan mau ke toilet!" kata Raffan keras membuat semua mata melihat padanya tidak terkecuali dengan Adeefa yang baru akan duduk di dekat orang tuanya.

"Di belakang, Danu tolong antar kan," titah Kiai Burhan sambil menahan senyumnya.

Rasanya baru kali ini dia melihat seorang pria yang baru saja menikah malah kebelet untuk buang air ketimbang kebelet masuk kamar setelah memiliki istri.

Sepeninggalnya Raffan semua yang ada di ruangan itu masing-masing menahan senyum simpulnya tidak mau tertawa kencang takut yang mereka tertawakan mendengarnya.

"Selamat ya nak sekarang kamu sudah menjadi seorang istri, berbakti pada suamimu beritahu dia jika dia melakukan kesalahan dan sebaliknya kamu pun jangan sampai lalai akan tugas mu menjadi istri, jadilah istri yang solehah yang menjadi pakaian bagi suamimu, kalian harus saling melengkapi saling mendukung baik suka maupun duka dan yang utama jangan pernah sekalipun meninggalkan kewajiban mu sebagai seorang muslim, Emak doakan rumah tangga kamu sakinah mawadah warahmah," nasihat wanita yang di panggil Emak oleh Deefa.

"Aamiin, doakan Deefa terus ya Mak, juga Bapak, Deefa mohon restu," sahut Deefa dengan air mata yang membasahi pipinya.

Wanita itu tampak berusaha menahan sedih namun tetap tidak bisa, karena dia tahu sebentar lagi ia akan jauh dari orang tuanya, jauh dari pondok pesantren yang sudah dengan baik membesarkan dirinya, karena tentunya suaminya akan membawanya ke Jakarta dan ia sebagai seorang istri harus mengikuti kemana suaminya pergi.

Saat Deefa dan Ibunya berpelukan Raffan datang dengan wajah yang jauh lebih tenang tentunya karena apa yang tadi dia tahan sudah dia keluarkan, itu menjadi hal yang paling melegakan untuk saat ini meski tidak di pungkiri tadi pun dia cukup tegang ketika harus melakukan ijab kabul.

Ah semuanya berjalan dengan sangat cepat sungguh tidak ada dalam kamusnya jika di usia 19 tahun dia sudah mempunyai seorang istri, lalu yang mana istrinya?

Raffan tampak melihat satu persatu wajah ketiga wanita yang tadi keluar berbarengan dengan saat dia pergi ke kamar mandi.

Mata Raffan memicing tertuju pada Umi istri dari Kiai laku menggumam, "wajahnya terlalu dewasa untuk usia 25 tahun." lalu mengalihkan pandangannya pada Salimah yang duduk dekat dengan Umi dan Kiai Burhan, "kayaknya yang ini, ini bukan sih?" tampak ragu namun kini matanya hanya melihat Salimah yang menunduk karena Raffan yang terus menatapnya, bahkan Raffan tidak sadar bahwa ada satu wanita lagi yang sedang berpelukan dengan pria yang tadi menjabat tangannya.

"Ah nggak tahu lah," kata Raffan yang akhirnya tak peduli terus duduk saja di samping Ibu dan Ayahnya yang entah kenapa malah tidak juga mengatakan apapun padanya.

Kiai Burhan serta Ayahnya dan yang lain asik berbincang, sepertinya mereka tidak menyadari kalau Raffan sudah kembali dari kamar mandi.

Akhirnya Salimah mencolek Uminya untuk memberitahu perihal Raffan yang sudah kembali, Uminya pun tersenyum lalu mengangguk lalu berbicara pada suaminya.

"Abah, itu Raffan sudah datang," kata Umi pada Kiai Burhan yang langsung menghentikan pembicaraannya.

Kiai Burhan pun mulai saling memperkenalkan Deefa dan juga Raffan, memberitahu keduanya bahwa inilah pasangan mereka.

"Deefa mendekat lah pada suamimu," kata Kiai Burhan pada Deefa yang tertunduk dengan pipi bersemu merah.

Sekarang apa yang Raffan lakukan? pemuda itu mengernyit bingung wanita yang tadi dia kira sebagai istrinya nyatanya bukanlah istrinya, oh tuhan dia sudah salah menebak!

Raffan pun mengalihkan pandangannya pada wanita bergamis putih sederhana yang bergeser ke depannya, wanita yang katanya istrinya itu duduk di depannya dengan wajah yang terus saja menunduk.

"Cium tangan suami kamu Deefa," perintah sang Kiai yang langsung dituruti oleh Deefa.

Raffan terlihat kaku, tentu karena ini pertama kalinya tangannya dicium oleh wanita yang tidak ada tali persaudaraan dengannya, biasanya adik-adik sepupunya itupun hanya satu tahun sekali ketika lebaran saat mereka bertemu, selebihnya tidak ada karena rumah mereka memang berjauhan.

"Manis juga," katanya dalam hati kala tak sengaja Deefa mengangkat wajahnya bertatap mata dengannya lalu setelahnya dengan cepat wanita itu menundukkan wajahnya.

Sepasang suami itu meminta restu pada semua tetua memohon doa untuk kelanggengan rumah tangga.

Kelanggengan rumah tangga? apakah akan langgeng jika salah satu diantaranya masih dalam keraguan? masih belum percaya dengan pilihan yang bahkan dia pilih sendiri.

******

Terpopuler

Comments

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

Legaaaaa sudah pipis 🤣🤣🙈🙈

2023-01-04

0

Sunarty Narty

Sunarty Narty

y Allah,hanya engkau yg mampu membolak-balik hati seseorang

2022-10-01

0

Masfaah Emah

Masfaah Emah

hahahaha Raffan"ada -ada saja d kira kebelet masuk kamar tidur ga tau nya pengen k kamar mandi mu pipis

2022-08-24

0

lihat semua
Episodes
1 Si pembalap
2 Perayaan kemenangan
3 Seolah Maling
4 Dua Pilihan
5 Kalut
6 Masih Tidak Percaya
7 Perjalanan Panjang
8 Sah!!
9 Pertama Kali Bertemu
10 Kembali Ke Jakarta
11 Nyobain Sedikit
12 Adeefa Ranaya
13 Hanya Berdua Saja
14 Tapi Dijodohkan
15 Boleh Ikut?
16 Ingkar Janji
17 Tentang Nafkah
18 Kewajiban
19 Menyusul Si Berandal
20 Sepupu Katanya?
21 Marah
22 Anak-anak Yang Lucu
23 Jadi Kamu?
24 Perceraian
25 Sesuka Hati
26 Pertanyaan Agam
27 Polosnya Kinara
28 Memangnya Kamu Serius?
29 Deketin Sepupunya
30 Raffan Yang Aneh
31 Gue Aduin!
32 Drama Raffan
33 Jadi Ketemuannya Pindah Ke Rumah?
34 Kinara dan Raffan
35 Lo Ngambek Ya?
36 Kecewa Tak Bertepi
37 Patah Hati Kah?
38 Tangis Deefa
39 Tidak Percaya
40 Sangat Dekat
41 Kalau Begitu Biar Deefa Memilih
42 Talak
43 Kesempatan
44 Biar Deefa Disini Dulu
45 Sentuhan Menggetarkan
46 Fara Nyariin
47 Brengsek!!
48 Menikah
49 Tanggung Jawab
50 Jemput Istri
51 Raffan Dengan Tingkahnya
52 Unboxing Dimana?
53 Jangan Ceramah Terus
54 Serangan Fajar!
55 Malah Bangun!
56 Senyum Raffan
57 Bolos Lagi
58 Raffan Lagi Kerja Keras
59 Meminta Izin
60 Balapan?
61 Pulang Sana
62 Jadi Mandor!
63 Jatuh Saat Balapan
64 Malah Takut Pulang
65 Jangan Cari Masalah
66 Kecewanya Seorang Istri
67 Jangan Marah Terus
68 Teriakan Raffan
69 Pengagum Lainnya
70 Sayang Tapi Belum Cinta
71 Gelut yuk..
72 Cemburu?
73 Beli Ginian?
74 Emosi
75 Mentaati Suami
76 Merah Yang Sempurna
77 Lima Bulan Pernikahan
78 Kantor Polisi?
79 Bukan Tentang Biasa Atau Tidak
80 Aku Juga Rindu
81 Kok Malah begini?
82 Gue Pacarnya!
83 Gue Yang Lapor
84 Niat Banget!
85 Jangan Ulangi Lagi
86 Raisya Siapa?
87 Istri Sabar
88 Sudah Ada Tanda Belum?
89 Permintaan Atau Desakan?
90 Raffan Marah
91 Jalan-Jalan Di Taman
92 Salah Sasaran
93 Tak berkutik
94 Berselisih
95 Suami Yang Ngambek
96 Menjadi Lebih Dewasa
97 Rasa Cemas
98 Tamu Kecil
99 Berita Duka
100 Sebenarnya Tidak Bisa
101 Tangan Yang Bergetar
102 Kebohongan
103 Kebohongan Lagi
104 Ada Yang Aneh
105 Dia Itu Kenapa?
106 Temannya Pun Heran
107 Raffan Yang Bermasalah
108 Sekarang Apa?
109 Cabut Tuntutan Lo!
110 Teman Yang Peduli
111 Mulai Rindu
112 Tidak Mau Percaya
113 Menemui Yang Tercinta
114 Pemandangan Yang Terlihat
115 Wanita Itu Lagi
116 Raffan Jadi Anak Baik
117 Pelukan Rindu
118 Bukan Waktunya
119 Embun Pagi Yang Dingin
120 Langit Yang Ikut Bersedih
121 Mengurus Anak
122 Permintaan Sang Mertua
123 Tentang Yang Dia Tidak Tahu
124 Usaha Raffan
125 Usaha Yang Percuma?
126 Kenapa Harus Seperti Ini
127 Bagaimana Dengan Ibu?
128 Terpuruk
129 Pesan Yang Tersampaikan
130 Permintaan Deefa
131 Raffan Tidak Mau Melawan Ibu..
132 Tidak Peduli
133 Bukan Kriteria
134 Berjalan Normal Meski Ada Prahara
135 Siluman Rubah
136 Wajah Penuh Dosa
137 Sudah Saling Kenal
138 Ditentang..
139 Gelisah Sebuah Pertanda
140 Suasana Tenang
141 Mendung Membawa Badai
142 Lintah Penghisap Darah
143 Makin Tidak Mengenali
144 Aku Lelah Deef..
145 Tajamnya Mulut
146 Jauh Berbeda
147 Menjadi Lebih Murka
148 Menantu dan Mertua
149 Termasuk Kamu!
150 Kita Berakhir!
151 Harus Pergi
152 Perpisahan Menyakitkan
153 Tersapu Angin
154 Ibu Yang Bukan Lagi Ibu
Episodes

Updated 154 Episodes

1
Si pembalap
2
Perayaan kemenangan
3
Seolah Maling
4
Dua Pilihan
5
Kalut
6
Masih Tidak Percaya
7
Perjalanan Panjang
8
Sah!!
9
Pertama Kali Bertemu
10
Kembali Ke Jakarta
11
Nyobain Sedikit
12
Adeefa Ranaya
13
Hanya Berdua Saja
14
Tapi Dijodohkan
15
Boleh Ikut?
16
Ingkar Janji
17
Tentang Nafkah
18
Kewajiban
19
Menyusul Si Berandal
20
Sepupu Katanya?
21
Marah
22
Anak-anak Yang Lucu
23
Jadi Kamu?
24
Perceraian
25
Sesuka Hati
26
Pertanyaan Agam
27
Polosnya Kinara
28
Memangnya Kamu Serius?
29
Deketin Sepupunya
30
Raffan Yang Aneh
31
Gue Aduin!
32
Drama Raffan
33
Jadi Ketemuannya Pindah Ke Rumah?
34
Kinara dan Raffan
35
Lo Ngambek Ya?
36
Kecewa Tak Bertepi
37
Patah Hati Kah?
38
Tangis Deefa
39
Tidak Percaya
40
Sangat Dekat
41
Kalau Begitu Biar Deefa Memilih
42
Talak
43
Kesempatan
44
Biar Deefa Disini Dulu
45
Sentuhan Menggetarkan
46
Fara Nyariin
47
Brengsek!!
48
Menikah
49
Tanggung Jawab
50
Jemput Istri
51
Raffan Dengan Tingkahnya
52
Unboxing Dimana?
53
Jangan Ceramah Terus
54
Serangan Fajar!
55
Malah Bangun!
56
Senyum Raffan
57
Bolos Lagi
58
Raffan Lagi Kerja Keras
59
Meminta Izin
60
Balapan?
61
Pulang Sana
62
Jadi Mandor!
63
Jatuh Saat Balapan
64
Malah Takut Pulang
65
Jangan Cari Masalah
66
Kecewanya Seorang Istri
67
Jangan Marah Terus
68
Teriakan Raffan
69
Pengagum Lainnya
70
Sayang Tapi Belum Cinta
71
Gelut yuk..
72
Cemburu?
73
Beli Ginian?
74
Emosi
75
Mentaati Suami
76
Merah Yang Sempurna
77
Lima Bulan Pernikahan
78
Kantor Polisi?
79
Bukan Tentang Biasa Atau Tidak
80
Aku Juga Rindu
81
Kok Malah begini?
82
Gue Pacarnya!
83
Gue Yang Lapor
84
Niat Banget!
85
Jangan Ulangi Lagi
86
Raisya Siapa?
87
Istri Sabar
88
Sudah Ada Tanda Belum?
89
Permintaan Atau Desakan?
90
Raffan Marah
91
Jalan-Jalan Di Taman
92
Salah Sasaran
93
Tak berkutik
94
Berselisih
95
Suami Yang Ngambek
96
Menjadi Lebih Dewasa
97
Rasa Cemas
98
Tamu Kecil
99
Berita Duka
100
Sebenarnya Tidak Bisa
101
Tangan Yang Bergetar
102
Kebohongan
103
Kebohongan Lagi
104
Ada Yang Aneh
105
Dia Itu Kenapa?
106
Temannya Pun Heran
107
Raffan Yang Bermasalah
108
Sekarang Apa?
109
Cabut Tuntutan Lo!
110
Teman Yang Peduli
111
Mulai Rindu
112
Tidak Mau Percaya
113
Menemui Yang Tercinta
114
Pemandangan Yang Terlihat
115
Wanita Itu Lagi
116
Raffan Jadi Anak Baik
117
Pelukan Rindu
118
Bukan Waktunya
119
Embun Pagi Yang Dingin
120
Langit Yang Ikut Bersedih
121
Mengurus Anak
122
Permintaan Sang Mertua
123
Tentang Yang Dia Tidak Tahu
124
Usaha Raffan
125
Usaha Yang Percuma?
126
Kenapa Harus Seperti Ini
127
Bagaimana Dengan Ibu?
128
Terpuruk
129
Pesan Yang Tersampaikan
130
Permintaan Deefa
131
Raffan Tidak Mau Melawan Ibu..
132
Tidak Peduli
133
Bukan Kriteria
134
Berjalan Normal Meski Ada Prahara
135
Siluman Rubah
136
Wajah Penuh Dosa
137
Sudah Saling Kenal
138
Ditentang..
139
Gelisah Sebuah Pertanda
140
Suasana Tenang
141
Mendung Membawa Badai
142
Lintah Penghisap Darah
143
Makin Tidak Mengenali
144
Aku Lelah Deef..
145
Tajamnya Mulut
146
Jauh Berbeda
147
Menjadi Lebih Murka
148
Menantu dan Mertua
149
Termasuk Kamu!
150
Kita Berakhir!
151
Harus Pergi
152
Perpisahan Menyakitkan
153
Tersapu Angin
154
Ibu Yang Bukan Lagi Ibu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!