Boleh Ikut?

Deefa membuka pintu satu-satunya kamar di lantai atas itu sedangkan sebelahnya adalah ruang membaca, ini adalah rumah milik Ustad Imran konon katanya Raffan dilahirkan di rumah ini, bukankah hal yang tidak mustahil jika di ruang baca itu akan ada banyak buku-buku islami yang bisa ia baca nantinya disaat senggang.

Saat masuk ke dalam kamar Deefa mendapati suaminya sedang tidur, pria itu benar-benar beristirahat seperti yang sudah dia katakan tadi.

"Pulas sekali," senyum Deefa menatap wajah damai Raffan yang terlelap padahal hari masih terbilang sangat siang tapi suaminya itu seperti orang yang kekurangan tidur saja, dengkuran halusnya membuat Deefa memberanikan diri untuk menyentuh pipi sang suami.

Tentu saat pria itu sadar Deefa tidak akan bisa melakukan hal ini bukan? pria itu pasti akan mengomel terlebih lagi akan sangat pede karena merasa tampan dan Deefa sudah terpesona olehnya, ah Deefa benar-benar harus menahan diri.

Wanita berkerudung itu menarik kopernya ke arah lemari lalu berjongkok untuk mulai mengeluarkan pakaiannya dan menatanya di dalam lemari pakaian, tidak lupa pakaian suaminya juga yang tadi hanya di bawa saja oleh pria itu dan setelahnya malah dibiarkan begitu saja sedangkan dia malah memilih untuk tidur.

Semua baju sudah tersusun rapi di dalam lemari puas dengan pengaturan yang ia lakukan baju suami serta bajunya berdampingan dengan sangat rapi membuatnya tersenyum malu mengingat semalam pun ia juga tidur berdampingan dengan suami berondongnya, berondong berandal dan juga galak.

Ia sadar perbedaan usia mereka cukup lumayan 6 tahun, tapi tidak menjadikannya merasa lebih dewasa sebaliknya ia sangat menghormati sang suami meski yang ia rasakan selama dua hari ini suaminya itu sungguh masih kekanakan, ah biarlah perlahan tentu Raffan akan merubah sifat serta sikapnya itu.

Selesai dengan baju-baju Deefa pun keluar dari kamar sangat hati-hati ketika harus menutup pintu tidak ingin membuat suaminya terbangun, mungkin ia baru akan membangunkannya saat waktu adzan nanti.

Kakinya melangkah meniti anak tangga satu demi satu sambil matanya berkeliling melihat adakah hal lain yang bisa ia kerjakan atau sekedar merapikan rumah yang sebetulnya sudah dirapikan oleh orang suruhan mertuanya.

Hingga akhirnya Deefa memutuskan untuk beralih menuju taman belakang melihat masih ada sedikit rumput liar yang tumbuh di tempat menjemur, lalu berinisiatif untuk membersihkannya.

Tepat saat Deefa tengah mencuci tangan setelah menyelesaikan pekerjaannya di halaman belakang suara adzan berkumandang.

"Sudah ashar," ucapnya lalu segera mengelap tangannya hingga kering.

Wanita itu menaiki tangga ke kamar untuk membangunkan suaminya.

"Mas sudah ashar," Deefa membungkuk di depan Raffan yang benar-benar masih pulas, memang harus tenaga ekstra untuk membuat Raffan bangun dari tidurnya sampai akhirnya Deefa memilih untuk menepuk halus pipi sang suami, bukankah ia juga sedikit mencuri kesempatan? biarkan saja karena bagaimanapun pria galak itu suaminya.

"Hhhmmm, apa sih Deef?!" suara Raffan yang serak terdengar hingga Deefa sedikit menjauh.

"Sudah ashar," Deefa mengingatkan Raffan yang malah membelakanginya.

"10 menit lagi," tawar Raffan.

"Nggak ada, sholat tidak boleh di tunda-tunda apalagi hanya untuk tidur, lagian Mas Raffan juga tidurnya sudah kelamaan khawatir malah jadi pusing," Deefa mengingatkan yang memang sudah berjam-jam suaminya itu tidur tanpa ia ganggu, lalu sekarang malah masih saja meminta waktu.

"Mas," panggil Deefa saat Raffan tidak bersuara.

"Iya! bawel!" ketus Raffan seraya memutar tubuhnya dan menatap Deefa dengan mata yang masih mengantuk.

"Mau imamin Deefa?"

"Nggak! sholat sendiri-sendiri aja," menjawab galak.

"Ya sudah Deefa sholat lebih dulu setelah itu Deefa mau masak," ujar Deefa melenggang ke kamar mandi.

Sebenarnya ada rasa kecewa saat Raffan menolak untuk sholat berjamaah, tapi mau bagaimana lagi jika tidak mau tidak baik juga kalau di paksa, untuk saat ini ia harus sabar sambil sedikit-sedikit memberitahu Raffan.

"Ustadzah ini ternyata lebih bawel dari ustadzah Hayati," menggerutu sambil membawa-bawa Ibunya.

Deefa keluar dari kamar mandi dan langsung memakai mukenanya lalu menggelar sajadah, ia sholat dengan sangat khusyuk sampai ia tidak menyadari kalau Raffan sudah kembali memejamkan matanya sambil duduk bersandar di tempat tidur.

Selesai sholat Deefa justru menarik napas berat, astaga suaminya tidur lagi?

"Mas Raffan," meski gemas tapi suara Deefa tetap saja tidak bisa meninggi, wanita ini menjadi contoh istri yang sangat penuh kasih.

"Iyaaaa," sahut Raffan yang telinganya dia pasang dengan baik meski kedua matanya terpejam.

"Sholat," tutur Deefa.

"Siap Ibu Deefa yang terhormat," sahut Raffan dengan gaya ngeselinnya seraya beranjak turun lalu dengan malas melenggang ke kamar mandi membiarkan pintunya terbuka bahkan menutup pintu saja seperti malas.

"Cieee mau ngintip tuh," ledek Raffan ketika mendapati Deefa menatap ke arahnya.

Sungguh suami konyol saat istrinya tengah gemas karena kelakuannya dia malah sempat-sempatnya melakukan hal gak jelas.

Saat wajah Deefa sudah memerah dia dengan santainya menutup pintu kamar mandi, sepertinya pria itu memang sangat menyebalkan.

Deefa menarik napas lalu melipat mukenanya dan sekarang ia harus mulai menyiapkan makanan untuk mereka makan.

Tadi Deefa sudah memeriksa isi kulkas yang ternyata sudah berisi penuh dengan beragam sayuran serta tambakan ikan dan ayam, mertuanya benar-benar sangat memperhatikan apa yang ia butuhkan sebagai seorang istri di tengah lingkungan baru yang belum mengenal situasi perumahan tempat ia tinggal dimana saja warung-warung sayur berada untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka berdua.

Raffan yang sudah selesai sholat pun segera mencari pakaiannya, mencari kopernya yang ternyata sudah tersimpan rapi di pojokan dekat lemari pakaian.

Buk!

Memeriksa koper dengan cara menendangnya untuk mengetahui koper itu berat atau ringan.

"Pasti sudah dia rapihkan," tebak Raffan mendapatkan kopernya yang sudah ringan karena begitu mudah bergeser.

"Ternyata menikah tidak ada ruginya," mengangguk-anggukkan kepalanya seraya membuka lemari.

Memilih-milih pakaian sambil bersiul mulai menikmati hari pertamanya di rumah ini.

Raffan yang sudah rapi dengan kaos serta celana kebanggaannya di tambah lagi jaket kesayangan yang tersampir di bahunya, berjalan riang di tangga dengan kunci mobil di tangan, sudah bisa dipastikan bahwa dia akan pergi, akan tetapi langkahnya menjadi lambat saat mencium bau masakan yang dalam sekejap membuat perutnya berbunyi.

Oh ya dia belum makan lagi setelah makan pagi tadi di rumah orang tuanya.

"Mau kemana?"

Suara Deefa yang entah dari kapan sudah berada di tangga bawah menyadarkan Raffan yang sedang menghayati harumnya masakan dari arah dapur.

Raffan sempat tak berkedip kala mendapati Deefa yang tidak lagi mengenakan kerudung serta gamis, wanita itu kini hanya memakai daster rumahan sepanjang mata kaki dan lengan sebatas siku dan rambutnya yang hitam panjang sebatas punggung lalu masih tampak basah? membuat Raffan menelan salivanya.

"Mas mau kemana?" Deefa mengulang pertanyaan yang belum terjawab.

Raffan sadar segera menggelengkan kepala dari segala pikiran macam yang terbersit, "kenapa tidak pakai kerudung?" malah menanyakan hal lain dan pertanyaan yang terkesan aneh untuk mereka sebagai suami istri.

Istrinya halal untuk dia lihat sampai kebagian dalamnya tapi pertanyaan itu malah terlontar dengan cepat, toh Deefa pun sudah mengunci depan berjaga-jaga kalau saja ada tamu yang datang.

"Ada yang aneh?"

"Aneh lah, di depan gue kok nggak pakai kerudung," sahut Raffan seraya turun melewati sang istri yang mengernyit heran.

"Kita kan suami istri.."

Raffan menghentikan langkahnya lalu menoleh pada Deefa, "iya kah? sial gue lupa," sepertinya Raffan mengalami kepikunan dini hingga lupa pada istrinya sendiri padahal tadi saat di kamar dia sempat berkata bahwa menikah tidak ada ruginya.

"Mas belum jawab pertanyaan Deefa," mengingatkan akan pertanyaannya.

"Nganterin mobil sekalian ngambil motor, Lo masak apa?" langkah Raffan memutar ke dapur.

"Sayur lodeh sama ayam balado," jawab Deefa mengambilkan piring untuk sang suami yang sudah duduk di depan meja makan.

"Setelah antar mobil mau kemana?" bertanya sambil tangannya menyendokkan nasi beserta lauknya keatas piring.

"Ke tempat teman, dikit aja," katanya saat Deefa tengah mengambilkan sayur.

Deefa pun teringat pada perkataan Ibu mertuanya, "Deefa boleh ikut?"

"Tak boleh!" sahut Raffan dengan gaya seperti film kartun di tv.

Ah imut sekaligus menyebalkan karena melarang Deefa untuk ikut, padahal ia sudah diberikan amanah oleh mertuanya untuk tidak membiarkan Raffan pergi jika bukan urusan kuliah dan bahkan ibu mertuanya memintanya untuk mengikuti suaminya ini.

"Tapi bagaimana jika Deefa mau ikut."

Ini pertanyaan atau pernyataan yang sedang Deefa lontarkan? apakah amanah dari ibu mertuanya diartikan sebagai sebuah misi rahasia?

"Mulai menjadi istri yang posesif ya," cibir Raffan menatap curiga pada wanita yang menyeruakkan aroma sabun dari tubuhnya.

Ah! Adeefa benar-benar menggoda jiwa-jiwa seorang suami yang membutuhkan nafkah batin.

"Bukan begitu Deefa hanya.." mementahkan semua pikiran nakal Raffan yang sejak tadi intens melihat dirinya mengabaikan makanan yang tak terasa hanya tinggal satu suapan saja.

"Hanya?" Raffan menanti dengan mata yang memicing.

Bukan menjawab Deefa malah menggigit bibirnya.

Ah sungguh sial Deefa membuat Raffan menghentakkan napasnya sendiri karena tingkah lakunya yang seperti sedang menggoda.

"Untung gue nggak punya pacar!" gumam Raffan, setidaknya dia tidak mengkhianati siapapun bukan? ya tidak akan ada yang merasa terkhianati jika kalau-kalau dia lepas kendali nantinya.

Tunggu saja sekuat apa dia bisa bertahan tinggal satu atap dengan wanita yang sudah tidak lagi merasa canggung untuk tidak memakai pakaian tertutupnya, wanita yang halal baginya itu tentu tidak akan menolak jika suatu saat dia meminta haknya bukan?

Lebih lagi ketika Raffan selalu mendapati binar mata Deefa yang dipenuhi dengan gelombang cinta sejak kejadian di mobil saat mereka akan kembali ke Jakarta.

"Aku merasa takut."

"Huahhaha," pengakuan Deefa sontak membuat tawa Raffan menggema tak tertahan.

"Kamu takut? oh yang benar saja seorang ustadzah yang ahli ibadah seperti mu bisa merasakan takut," Raffan masih menyisakan lengkungan di bibirnya.

"Sudahlah jangan banyak alasan, gue tahu Lo ini cuma mau nahan gue untuk tidak pergi kan? akal bulus!" dengus Raffan lalu mengambil minum dan menenggak setengahnya.

"Mas Raffan," Deefa masih belum menyerah kini malah mengikuti Raffan yang akan menuju pintu.

"Gue cuma sebentar Deefa, janji jam 9 malam gue sudah di rumah."

Terpaksa mengumbar janji agar bisa keluar dan bertemu dengan teman-temannya.

"Mas Raffan sudah berjanji jadi jangan ingkar," ucap Deefa secara langsung menuntut Raffan untuk memenuhi janjinya.

"Lihat saja nanti."

Nah kan perkataannya berubah lagi dasar laki-laki tidak punya pendirian!

Mata Deefa membelalak namun saat ia baru saja akan menahan suaminya, pria itu malah sudah membuka pintu membuatnya bersembunyi karena tidak mengenakan kerudungnya tidak mungkin Deefa keluar tanpa menutup auratnya meski hanya sebatas pintu saja.

Sedangkan Raffan sudah berlari dengan cepat menuju mobil dan langsung menjalankan mobil itu sambil tersenyum penuh kemenangan.

\*\*\*\*\*\*\*\*

Terpopuler

Comments

mudahlia

mudahlia

bojo semprul

2024-02-08

0

Triple R

Triple R

goda pake lingeri kali ya

2022-10-25

1

Sunarty Narty

Sunarty Narty

kepengen bgt ada cowok yg suka ma deefa,biar tau rasa raffan.baru Dy sadar nanti

2022-10-01

0

lihat semua
Episodes
1 Si pembalap
2 Perayaan kemenangan
3 Seolah Maling
4 Dua Pilihan
5 Kalut
6 Masih Tidak Percaya
7 Perjalanan Panjang
8 Sah!!
9 Pertama Kali Bertemu
10 Kembali Ke Jakarta
11 Nyobain Sedikit
12 Adeefa Ranaya
13 Hanya Berdua Saja
14 Tapi Dijodohkan
15 Boleh Ikut?
16 Ingkar Janji
17 Tentang Nafkah
18 Kewajiban
19 Menyusul Si Berandal
20 Sepupu Katanya?
21 Marah
22 Anak-anak Yang Lucu
23 Jadi Kamu?
24 Perceraian
25 Sesuka Hati
26 Pertanyaan Agam
27 Polosnya Kinara
28 Memangnya Kamu Serius?
29 Deketin Sepupunya
30 Raffan Yang Aneh
31 Gue Aduin!
32 Drama Raffan
33 Jadi Ketemuannya Pindah Ke Rumah?
34 Kinara dan Raffan
35 Lo Ngambek Ya?
36 Kecewa Tak Bertepi
37 Patah Hati Kah?
38 Tangis Deefa
39 Tidak Percaya
40 Sangat Dekat
41 Kalau Begitu Biar Deefa Memilih
42 Talak
43 Kesempatan
44 Biar Deefa Disini Dulu
45 Sentuhan Menggetarkan
46 Fara Nyariin
47 Brengsek!!
48 Menikah
49 Tanggung Jawab
50 Jemput Istri
51 Raffan Dengan Tingkahnya
52 Unboxing Dimana?
53 Jangan Ceramah Terus
54 Serangan Fajar!
55 Malah Bangun!
56 Senyum Raffan
57 Bolos Lagi
58 Raffan Lagi Kerja Keras
59 Meminta Izin
60 Balapan?
61 Pulang Sana
62 Jadi Mandor!
63 Jatuh Saat Balapan
64 Malah Takut Pulang
65 Jangan Cari Masalah
66 Kecewanya Seorang Istri
67 Jangan Marah Terus
68 Teriakan Raffan
69 Pengagum Lainnya
70 Sayang Tapi Belum Cinta
71 Gelut yuk..
72 Cemburu?
73 Beli Ginian?
74 Emosi
75 Mentaati Suami
76 Merah Yang Sempurna
77 Lima Bulan Pernikahan
78 Kantor Polisi?
79 Bukan Tentang Biasa Atau Tidak
80 Aku Juga Rindu
81 Kok Malah begini?
82 Gue Pacarnya!
83 Gue Yang Lapor
84 Niat Banget!
85 Jangan Ulangi Lagi
86 Raisya Siapa?
87 Istri Sabar
88 Sudah Ada Tanda Belum?
89 Permintaan Atau Desakan?
90 Raffan Marah
91 Jalan-Jalan Di Taman
92 Salah Sasaran
93 Tak berkutik
94 Berselisih
95 Suami Yang Ngambek
96 Menjadi Lebih Dewasa
97 Rasa Cemas
98 Tamu Kecil
99 Berita Duka
100 Sebenarnya Tidak Bisa
101 Tangan Yang Bergetar
102 Kebohongan
103 Kebohongan Lagi
104 Ada Yang Aneh
105 Dia Itu Kenapa?
106 Temannya Pun Heran
107 Raffan Yang Bermasalah
108 Sekarang Apa?
109 Cabut Tuntutan Lo!
110 Teman Yang Peduli
111 Mulai Rindu
112 Tidak Mau Percaya
113 Menemui Yang Tercinta
114 Pemandangan Yang Terlihat
115 Wanita Itu Lagi
116 Raffan Jadi Anak Baik
117 Pelukan Rindu
118 Bukan Waktunya
119 Embun Pagi Yang Dingin
120 Langit Yang Ikut Bersedih
121 Mengurus Anak
122 Permintaan Sang Mertua
123 Tentang Yang Dia Tidak Tahu
124 Usaha Raffan
125 Usaha Yang Percuma?
126 Kenapa Harus Seperti Ini
127 Bagaimana Dengan Ibu?
128 Terpuruk
129 Pesan Yang Tersampaikan
130 Permintaan Deefa
131 Raffan Tidak Mau Melawan Ibu..
132 Tidak Peduli
133 Bukan Kriteria
134 Berjalan Normal Meski Ada Prahara
135 Siluman Rubah
136 Wajah Penuh Dosa
137 Sudah Saling Kenal
138 Ditentang..
139 Gelisah Sebuah Pertanda
140 Suasana Tenang
141 Mendung Membawa Badai
142 Lintah Penghisap Darah
143 Makin Tidak Mengenali
144 Aku Lelah Deef..
145 Tajamnya Mulut
146 Jauh Berbeda
147 Menjadi Lebih Murka
148 Menantu dan Mertua
149 Termasuk Kamu!
150 Kita Berakhir!
151 Harus Pergi
152 Perpisahan Menyakitkan
153 Tersapu Angin
154 Ibu Yang Bukan Lagi Ibu
Episodes

Updated 154 Episodes

1
Si pembalap
2
Perayaan kemenangan
3
Seolah Maling
4
Dua Pilihan
5
Kalut
6
Masih Tidak Percaya
7
Perjalanan Panjang
8
Sah!!
9
Pertama Kali Bertemu
10
Kembali Ke Jakarta
11
Nyobain Sedikit
12
Adeefa Ranaya
13
Hanya Berdua Saja
14
Tapi Dijodohkan
15
Boleh Ikut?
16
Ingkar Janji
17
Tentang Nafkah
18
Kewajiban
19
Menyusul Si Berandal
20
Sepupu Katanya?
21
Marah
22
Anak-anak Yang Lucu
23
Jadi Kamu?
24
Perceraian
25
Sesuka Hati
26
Pertanyaan Agam
27
Polosnya Kinara
28
Memangnya Kamu Serius?
29
Deketin Sepupunya
30
Raffan Yang Aneh
31
Gue Aduin!
32
Drama Raffan
33
Jadi Ketemuannya Pindah Ke Rumah?
34
Kinara dan Raffan
35
Lo Ngambek Ya?
36
Kecewa Tak Bertepi
37
Patah Hati Kah?
38
Tangis Deefa
39
Tidak Percaya
40
Sangat Dekat
41
Kalau Begitu Biar Deefa Memilih
42
Talak
43
Kesempatan
44
Biar Deefa Disini Dulu
45
Sentuhan Menggetarkan
46
Fara Nyariin
47
Brengsek!!
48
Menikah
49
Tanggung Jawab
50
Jemput Istri
51
Raffan Dengan Tingkahnya
52
Unboxing Dimana?
53
Jangan Ceramah Terus
54
Serangan Fajar!
55
Malah Bangun!
56
Senyum Raffan
57
Bolos Lagi
58
Raffan Lagi Kerja Keras
59
Meminta Izin
60
Balapan?
61
Pulang Sana
62
Jadi Mandor!
63
Jatuh Saat Balapan
64
Malah Takut Pulang
65
Jangan Cari Masalah
66
Kecewanya Seorang Istri
67
Jangan Marah Terus
68
Teriakan Raffan
69
Pengagum Lainnya
70
Sayang Tapi Belum Cinta
71
Gelut yuk..
72
Cemburu?
73
Beli Ginian?
74
Emosi
75
Mentaati Suami
76
Merah Yang Sempurna
77
Lima Bulan Pernikahan
78
Kantor Polisi?
79
Bukan Tentang Biasa Atau Tidak
80
Aku Juga Rindu
81
Kok Malah begini?
82
Gue Pacarnya!
83
Gue Yang Lapor
84
Niat Banget!
85
Jangan Ulangi Lagi
86
Raisya Siapa?
87
Istri Sabar
88
Sudah Ada Tanda Belum?
89
Permintaan Atau Desakan?
90
Raffan Marah
91
Jalan-Jalan Di Taman
92
Salah Sasaran
93
Tak berkutik
94
Berselisih
95
Suami Yang Ngambek
96
Menjadi Lebih Dewasa
97
Rasa Cemas
98
Tamu Kecil
99
Berita Duka
100
Sebenarnya Tidak Bisa
101
Tangan Yang Bergetar
102
Kebohongan
103
Kebohongan Lagi
104
Ada Yang Aneh
105
Dia Itu Kenapa?
106
Temannya Pun Heran
107
Raffan Yang Bermasalah
108
Sekarang Apa?
109
Cabut Tuntutan Lo!
110
Teman Yang Peduli
111
Mulai Rindu
112
Tidak Mau Percaya
113
Menemui Yang Tercinta
114
Pemandangan Yang Terlihat
115
Wanita Itu Lagi
116
Raffan Jadi Anak Baik
117
Pelukan Rindu
118
Bukan Waktunya
119
Embun Pagi Yang Dingin
120
Langit Yang Ikut Bersedih
121
Mengurus Anak
122
Permintaan Sang Mertua
123
Tentang Yang Dia Tidak Tahu
124
Usaha Raffan
125
Usaha Yang Percuma?
126
Kenapa Harus Seperti Ini
127
Bagaimana Dengan Ibu?
128
Terpuruk
129
Pesan Yang Tersampaikan
130
Permintaan Deefa
131
Raffan Tidak Mau Melawan Ibu..
132
Tidak Peduli
133
Bukan Kriteria
134
Berjalan Normal Meski Ada Prahara
135
Siluman Rubah
136
Wajah Penuh Dosa
137
Sudah Saling Kenal
138
Ditentang..
139
Gelisah Sebuah Pertanda
140
Suasana Tenang
141
Mendung Membawa Badai
142
Lintah Penghisap Darah
143
Makin Tidak Mengenali
144
Aku Lelah Deef..
145
Tajamnya Mulut
146
Jauh Berbeda
147
Menjadi Lebih Murka
148
Menantu dan Mertua
149
Termasuk Kamu!
150
Kita Berakhir!
151
Harus Pergi
152
Perpisahan Menyakitkan
153
Tersapu Angin
154
Ibu Yang Bukan Lagi Ibu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!