Selesai makan malam Raffan tampak berbicara dengan Ayah dan Ibunya sedangkan Deefa yang sudah selesai merapikan bekas makan mereka semua memilih untuk masuk ke dalam kamar.
Ini malam pertama mereka bukan? ah tidak ini malam kedua setelah pernikahan dan mereka belum sempat melakukan malam pertama karena Raffan yang langsung mengajak kembali ke Jakarta, seharusnya malam ini?
Deefa tampak cemas dan duduknya pun menjadi sangat tidak tenang, mereka memang di jodohkan akan tetapi salah satu kewajibannya sebagai istri tetap harus ia laksanakan.
Ah, memikirkan malam pertama benar-benar membuat wanita berusia 25 tahun itu gugup, diusia sepertinya tentu ia sudah sangat dewasa untuk mengetahui apa yang harus di lakukan pasangan suami istri.
Ia yang tidak pernah bergaul dengan laki-laki seumurannya apalagi berpacaran terang saja membuat ia mengeluarkan keringat dingin membayangkan ada laki-laki yang untuk pertama kalinya berada sangat dekat dengannya.
Membayangkannya saja Deefa merasa tak sanggup sampai ia memejamkan matanya dan ketika ia mendengar suara pintu di buka kegugupannya makin menjadi.
Raffan melenggang tenang masuk ke dalam kamar, pria ini tidak sadar atau memang berpura-pura tidak sadar kalau ada wanita yang tengah menunggunya dengan jantung yang berdebar, sehingga pria ini dengan kurang ajarnya meloncat ke atas tempat tidur hingga membuat tubuh Deefa ikut terlonjak karenanya.
Raffan tersenyum meledek ketika Deefa menatapnya, "gue mau tidur, nggak ada sofa di kamar ini kalau tahan dingin silahkan tidur di bawah, kalau nggak tahan dingin tinggal tidur di sebelah gue, kasur masih luas," celetuk Raffan seraya membungkus tubuhnya ke dalam selimut.
"Tidak ingin beribadah dulu kah atau biarkan aku mendapat pahala," ucap Deefa dengan suara yang sangat pelan tapi jaraknya yang tidak jauh dengan Raffan membuat pria itu mendengarnya.
"Tadi udah sholat, kan kata lu kalau udah sholat boleh tidur lagian pahala lu kan pastinya udah banyak," sahut Raffan seenaknya.
Sepertinya pria itu tidak mengerti dengan maksud ibadah yang Deefa utarakan hingga dengan tanpa rasa bersalahnya menjawab enteng.
*****
"Seharusnya kalian tinggal saja disini dulu bersama Ayah dan Ibu, kenapa buru-buru sekali pindah," protes Hayati di pagi hari ketika Raffan dan Adeefa sibuk merapikan apa saja yang akan mereka bawa.
Tadi malam setelah makan malam Raffan sudah mengutarakan rencananya untuk pindah dan menghuni rumah yang sudah Ayahnya janjikan.
Kenapa buru-buru? ya karena Raffan ingin bisa bebas keluar rumah dan melakukan hobinya seperti biasa tanpa perlu mendengar ceramahan dari Ustadz Imran serta istrinya yang akan terus nyerocos tanpa henti, jika tetap disini tentunya dia akan di keroyok lagi dan sekarang pun sudah bertambah satu orang yang akan sangat bawel terhadapnya.
Raffan tidak menjamin telinganya tidak akan panas jika ketiga orang itu bergabung memberikan tausiyah dadakan.
"Bapak ustadz sudah mengijinkan untuk Raffan tinggal di rumah yang di Jaksel jika sudah menikah, itu perjanjiannya jadi Ibu tidak usah menahan Raffan untuk tinggal lebih lama disini," tegas Raffan mengingatkan apa yang sudah mereka bicarakan tempo hari saat dia diharuskan menikah.
"Bukan begitu Pak Ustadz?" toleh Raffan pada sang Ayah yang sejak tadi juga bersama mereka.
Ustad Imran hanya menarik napas panjang lalu mengangguk dengan todongan pertanyaan sang anak, yah memang sebelumnya dia sudah memberi ijin Raffan membawa istrinya untuk tinggal terpisah, meski sebenarnya dia pun belum cukup percaya dengan anaknya itu.
Apa yang bisa di percaya dari seorang berandal jalanan yang sering berada di lintasan liar? rasanya dia sebagai Ayahnya pun sangat ragu.
"Lagian Ibu juga sudah setuju jadi sekarang jangan kayak gini, jangan bikin Raffan merasa bersalah karena meninggalkan Ibu," berbicara pada sang Ibu.
"Ya sudah tapi sering-seringlah kalian datang ke sini," Hayati tak mau lagi berdebat dengan anaknya apalagi saat mendengarkan perkataan anaknya tadi.
Sebagai seorang Ibu dia tidak boleh memberatkan anaknya apalagi anaknya itu sudah memiliki tanggung jawab, akan lebih baik jika ia mendoakan agar rumah tangga yang baru berumur dua hari itu tidak ada masalah.
"Nah ini baru Ibu Raffan tersayang," mengacungkan jempolnya dengan cengiran yang lebar.
Sedangkan Deefa hanya mendengarkan saja sambil sibuk memasukkan pakaian suaminya ke dalam koper.
Raffan dan Ayahnya sibuk membawa koper keluar rumah, bolak-balik karena ada beberapa perabotan dapur yang juga harus mereka bawa.
"Nanti kalau ada yang masih kurang bilang sama Ibu," ujar Hayati pada sang menantu ketika mereka sudah berada di depan teras rumah.
"Loh Raffan!" seru Ustad Imran membuat Hayati dan Deefa menoleh pada orang yang namanya di sebut olehnya.
"Apa Pak Ustad?" tanya Raffan pada Ayahnya yang tadi memanggil namanya dengan keras.
"Ngapain malah keluarin motor?!" bertanya dengan mata yang membesar.
"Lah emangnya Raffan harus jalan kaki?" sahut Raffan.
"Jadi kamu mau naik motor?" Hayati yang heran pun ikut bertanya.
"Iya Ibuku sayang," menjawab dengan nada yang begitu tengil.
"Lalu barang-barang serta istrimu mau kamu taruh dimana?!" sahut Hayati mengerutkan keningnya.
"Naik mobil lah, kan ada sopir Raffan ikutin dari belakang," dengan enaknya menjawab.
"Nggak ada! kalian berdua naik mobil motor tinggal disini!" larang Hayati dan suaminya berbarengan.
"Mulai sekarang kamu naik mobil saja," sambung Hayati.
"Nggak ada, Raffan mau naik motor aja nanti malam Raffan kesini ambil motor, ogah banget naik mobil nanti ayam kampus pada nempel lagi," seloroh Raffan kembali menurunkan standar motornya dan meninggalkannya.
Ustad Imran menggelengkan kepalanya merasa pening dengan kelakuan Raffan yang masih belum berubah, sabar Pak Ustad! baru juga menikah masa sudah langsung berubah.
Deefa pun berpamitan pada mertuanya namun tak di sangka saat berpelukan dengan Ibu mertuanya, wanita itu berbisik, "jangan kasih Raffan keluar malam, atau kalau dia memaksa kamu ikut saja jangan lepas dia, Ibu titip Raffan sama kamu," ucap Hayati yang tanpa menyadari ada sepasang mata yang memicing padanya, mencurigakan pembicaraan rahasia antara mertua dan menantu.
\*\*\*\*\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
nuri
🤣🤣
kebayang btpa pusingnya ngadepin mas raffan tiap hr. sbr p ustadz 🙏
2022-12-17
1
Marliana simbolon
😂😂😂 betul" ujian ya pak ustad
2022-12-09
0
Triple R
wkwkwkwkw
2022-10-24
1