Selesai sholat berjamaah lalu di lanjut dengan makan malam bersama dengan para tamu yang sudah hadir, tentunya tujuan beberapa orang itu untuk memenuhi undangan dari sang pemilik pondok pesantren yang menjadi wakil dari keluarga besar terutama orang tua dari wanita bernama Adeefa Ranaya yang saat ini tengah merasakan ketegangan disertai dengan keringat dingin yang terus keluar dari tubuhnya.
Orang tua Adeefa sudah menyerahkan semua urusan tentang pernikahan sang anak pada Kiai Burhan yang memang sudah sejak kecil Adeefa tinggal di pesantren miliknya.
Orang tua Adeefa yang tinggal berdekatan dengan pesantren sangat percaya dengan Kiyai Burhan pun setelah Kiai itu mengatakan temannya yang pernah datang ingin mempersunting Adeefa untuk anak mereka, jadilah keduanya tanpa pikir panjang langsung menyetujui apa yang Kiyai Burhan katakan, sangat percaya karena mereka tahu Kiyai Burhan tidak akan membuat mereka kecewa terlebih mereka juga tahu Kiyai Burhan dan istrinya juga menyayangi Adeefa layaknya anak sendiri.
Sejak tadi dia belum di perbolehkan untuk keluar sama sekali, bahkan untuk makan bersama atau sekedar melihat calon suaminya pun wanita yang menggunakan hijab serta gamis sederhana itupun benar-benar di larang, sekarang dia berada di ruangan lain dengan ditemani oleh penghuni pesantren lainnya serta istri dari pemilik pondok pesantren yang sering dia panggil Umi karena hubungan mereka yang sudah sangat dekat.
"Umi," panggil Defa dengan suaranya yang terdengar sangat lembut dan merdu, sungguh suara seorang wanita yang rasanya tidak akan berani berbicara keras pada suaminya kelak.
"Kenapa Defa?" tanya wanita yang duduk tak jauh dari wanita berkerudung dengan penampilan sangat sederhana, tidak ada make up berlebihan di wajahnya padahal ia tahu hari ini adalah hari bahagianya.
Hari pernikahan yang dimana biasanya seorang pengantin akan didandani sangat cantik serta menggunakan pakaian bagus tapi sangat berbeda untuk dirinya, semua itu tidak ada bahkan ia sama sekali belum mengenal siapa laki-laki yang akan menjadi suaminya, seperti apa wajahnya dan bagaimana perangainya,bahkan suaranya pun dia belum mendengarnya padahal rasanya mereka hanya berbeda ruangan dan itupun masih bersebelahan, sejak tadi dia mendengar suara orang-orang berbincang, mendengar suara orang tuanya lalu suara Kiai Burhan, dan suara pria juga wanita yang ia yakini adalah suara calon mertuanya.
Lalu kemana laki-laki yang akan menjadi suaminya? apakah laki-laki itu tidak ikut? atau? ah Adeefa malah bergelut dengan pikirannya sendiri.
"Tampan, calon suamimu sangat tampan," ucap istri dari Kiai Burhan membuat Adeefa merunduk dan tersipu malu.
"Kata Umi tampan Kak Defa," ulang Salimah anak dari Kiyai Burhan dan Umi yang sejak tadi setia menemaninya.
Sedang diluar ruangan seorang pemuda yang sejak tadi membuat wanita di ruangan sebelahnya berdebar penasaran karena belum melihat wajahnya sama sekali, pun merasakan yang sama dalam hatinya dia terus saja berbicara sendiri.
"Jadi yang mana calon istri gue? yang itu? nggak mungkin! itu tua banget," menepis sendiri pertanyaannya yang terus berbicara dalam hati saat melihat pada seorang wanita yang dia tafsir berusia lebih dari 40tahun.
"Sampai detik inipun gue belum melihatnya sama sekali, benar-benar zaman Siti Nurbaya, seakan beli kucing dalam karung," terus saja hatinya mengoceh lebih lagi sekarang sudah ada petugas dari KUA yang akan mencatat pernikahannya dan tentunya penghulu.
Semua sudah siap dan itu artinya dia sudah harus mengucapkan ijab qobul tanpa tahu seperti apa wanita yang menjadi istrinya itu.
"Sudah waktunya," bisik Ustad Imran yang duduk di samping sebelah kanan Raffan.
"Astaga Ayah! Raffan saja belum melihat wanita itu, lalu kenapa tiba-tiba sudah harus mengucapkan ijab!" protes Raffan masih menjaga nada suaranya agar hanya dia Ayah serta Ibunya saja yang mendengar.
"Setelah ini kamu akan melihatnya, sudah lakukan saja apa yang Ayah katakan hanya tinggal menjabat tangan wali dari Adeefa lalu mengikuti apa yang dia katakan dan kamu akan bisa bertemu dengan istrimu," tekan sang Ustad.
"Pernikahan ini bukan main-main Ayah."
"Kamu tahu ini memang bukan main-main jadi Ayah minta kamu tidak usah bersikap seperti anak kecil!" bisik Ustad Imran.
Raffan menatap pria yang sudah duduk didepannya, pria tua berwajah ramah yang sejak tadi tersenyum padanya dan yang akhirnya dia tahu bahwa pria itu adalah Ayah dari calon istrinya.
"Ijab kabul akan segera dilakukan," bisik Umi Salamah memberitahukan semua yang berada di dalam ruangan bersamanya terutama pada wanita berwajah ayu yang terus merunduk menyembunyikan wajahnya.
Semua yang ada di dalam ruangan itu tampak menunjukkan raut wajah tegang menunggu tak sabar seorang pemuda yang akan melakukan ijab kabul untuk menjadikan seorang wanita sah sebagai istrinya.
"Sah!!"
Semua berkata kencang dan penuh semangat ketika ijab kabul sudah dilaksanakan dengan sangat lancar oleh Raffan, ketegangan yang menghiasi ruangan itu kini berganti dengan ucapan syukur tak terkira setelah mereka menjadi saksi bersatunya dua insan yang tidak saling mengenal itu.
"Alhamdulillah."
Ucap mereka bersamaan dengan seorang wanita yang kini menitikkan air mata karena statusnya sudah berubah, dia bukan lagi seorang gadis melainkan istri dari seorang pria yang sebentar lagi akan dia lihat bagaimana pria itu.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚
sabarr dunk bangg 🤭🤭 meskipun umur nya di atas muu tpi wajah nya ngak keliatan di atas mu kokk 🤭🤭
2023-01-04
0
nuri
penasaran jg... 40th🤣
2022-12-17
0
dementor
semoga samawa..
2022-11-08
1