Mobil berwarna putih yang tadi melintas di jalan raya sudah mulai memasuki komplek perumahan di kawasan Jakarta Selatan, masih banyak pohon besar di kiri kanan jalannya membuat udara menjadi lebih sejuk di bandingkan dengan jalanan yang menuju rumah Ustad Imran dan istrinya.
Raffan melirik wanita di sampingnya yang tengah menikmati udara sejuk alami yang menerpa wajahnya karena kaca mobil yang wanita itu turunkan.
Tidak apa-apa membuka kaca karena mereka sudah tak lagi melintasi jalan besar, hanya tinggal sebentar lagi dan mereka akan sampai.
"Kenapa mau di jodohkan?" tanya Raffan tiba-tiba setelah sejak tadi mereka hanya saling diam.
Pertanyaan dari Raffan itu membuat Deefa mengerjapkan kedua matanya yang memiliki tatapan lembut, Deefa harus menjawab apa? karena ia pun tidak memiliki alasan kenapa menerima perjodohan yang datang padanya secara mendadak, meski awalnya ia sedikit ragu namun Umi meyakinkannya bahwa lelaki yang dijodohkan dengannya adalah keturunan seorang Ustadz yang sangat di kenal oleh Kiai Burhan dan juga Umi.
Bukankah semua wanita ingin mendapatkan suami yang baik serta Sholeh? dan itu juga yang menjadi impian dari Adeefa Ranaya di usianya yang ke 20 tahun selalu mengatakan pada Umi bahwa ia hanya ingin menikah dengan laki-laki dari keturunan yang baik, semua wanita pun menginginkan hal itu.
Hingga akhirnya tawaran menikah pun datang di saat ia berusia 25tahun, "anak seorang Ustad dari Jakarta" begitu yang Umi katakan padanya saat itu hingga ia meminta waktu untuk berpikir tentunya ia juga sholat istikharah untuk meminta petunjuk serta jawaban dari Allah, dan saat Allah memberikan petunjuknya Deefa pun menepis rasa ragu yang sempat mampir di hatinya hingga ia mengatakan "iya" pada saat keluarga dan juga Kiai Burhan menanyakan kembali perihal pinangan dari seorang Ustad untuk anaknya tanpa memberitahu seperti apa laki-laki yang akan menikah dengannya.
"Karena mungkin memang sudah jodohnya," sahut Deefa.
"Jawaban macam apa itu!" dengus Raffan memutar bola matanya mendengar jawaban dari wanita di sampingnya.
Deefa mengulas senyum yang luar biasa manis membuat Raffan sedikit tergoda dengan lengkungan bibir yang lumayan penuh itu, ah rasanya pikiran untuk mencoba sedikit saja kembali terbersit di dalam kepalanya.
Nyatanya obrolan mereka hanya sebatas itu saja karena sebentar kemudian mobil sudah berada di depan pagar sebuah rumah minimalis, sangat sesuai untuk pasangan muda seperti mereka yang belum memiliki anak.
"Biar Deefa yang buka pagarnya," Deefa menawarkan diri karena ia rasa Raffan tidak mungkin turun dari mobil karena akan merepotkan untuk pria itu, turun dari mobil membuka pagar yang di gembok lalu masuk kembali ke mobil.
"Baguslah ternyata cukup mempunyai inisiatif," kata Raffan seraya mengambil kumpulan kunci dari dalam kantong celananya.
Setelah mendapatkan kunci Deefa pun turun dari mobil, memilih-milih kunci sampai akhirnya menemukan kunci yang pas dan membuka pagar lebar-lebar agar mobil bisa masuk.
"Lama banget, memangnya nggak bisa bedain bentuk kunci pagar," kata Raffan kesal, sepertinya pria ini memang sedikit sensitif layaknya seorang gadis remaja, sering kali marah hanya karena hal kecil.
Setidaknya itu yang Deefa ketahui tentang sifat suaminya sejak dua hari menikah.
"Maaf," meminta maaf ketika mobil melintas di depannya.
Deefa kembali menutup pagar baru kemudian ia menuju suaminya yang sedang menurunkan barang-barang mereka.
Keduanya masuk ke dalam rumah yang sebelumnya sudah di bersihkan lebih dulu oleh orang suruhan Ibunya, rumah itu kosong lumayan lama jadi tentunya akan banyak kotoran serta debu.
"Disini ada dua kamar, di situ satu," menunjuk satu ruangan yang pintunya tertutup tidak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini, "dan satu kamar lagi ada di atas, lo di kamar itu dan gue di atas," Raffan mulai mengatur.
"Kenapa harus beda kamar?" tanya Deefa heran.
Kenapa suaminya itu membedakan kamar mereka? apa suami istri di Jakarta tidur terpisah? ah, Deefa tidak sekonyol itu untuk berpikiran tak masuk akal begini, di kota manapun serta negara manapun pasangan suami istri akan tidur di kamar serta ranjang yang sama! lalu Raffan? apa yang tadi pria itu katakan apakah ia tidak salah dengar?
"Kenapa harus tidur satu kamar?" Raffan malah balik bertanya dengan pertanyaan tak masuk akalnya.
"Karena kita suami istri," sahut Deefa yakin seraya menatap pria di depannya.
"Tapi dijodohkan," desis Raffan sinis.
"Walaupun dijodohkan tetap saja kita pasangan yang sah di mata agama serta negara, agama manapun.."
"Sudahlah! kita tidur satu kamar!" putus Raffan akhirnya, dia memotong ucapan Deefa.
"Begitu lebih baik," sahut Deefa.
"Begitu lebih baik, ha ha ha," malah menirukan ucapan Deefa dengan suara terkesan nyinyir lalu tertawa meledek.
Raffan mengangkut barang miliknya lalu membiarkan istrinya melakukan apapun.
"Baru juga hari pertama dan dia sudah mau mulai ceramah," dengus Raffan seraya menaiki tangga.
Sedangkan Deefa menyimpan kopernya lebih dulu di sudut ruangan, rencananya ia akan melihat kondisi dapur dulu baru kemudian memindahkan koper ke kamar mereka, bahkan suaminya itu masa bodoh dengan koper miliknya.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Masfaah Emah
Raffan sekarang aja pengen pisah kamar,liat aja nanti kmu ga bakalan mau jauh dari Deefa 🙊
2022-08-24
0
PermataBenua
Deva kdu banyak2 sabar
2022-08-22
0
Senaya
Bagus Deffa, aku suka gayamu.... jangan kasih kendor....
2022-08-22
0