Perayaan kemenangan

Raffan menghitung uang taruhan yang baru saja di berikan oleh Gerry, tersenyum puas karena jumlahnya sesuai dengan yang sudah di tetapkan.

"Perlu perayaan?" tanya Gumay yang senantiasa mengekor setelah membantu Rio mengecek motor besar yang tadi di pakai oleh Raffan.

"Seperti biasa," sahut Raffan menaikkan kedua alisnya.

Tentu setelah kemenangan dia akan kembali memberikan kesenangan untuk teman-temannya sekedar mentraktir mereka, kebiasaan yang rutin dia lakukan jika memenangkan balapan.

"Wu huuuu,, pesta kita," seru Gumay girang seraya melebarkan tawanya.

Tentu traktiran yang akan menjadi puncak acara mereka malam ini di cafe tempat biasa mereka berkumpul untuk selanjutnya mereka akan kembali ke rumah masing-masing atau mungkin sebagian ada yang akan tidur di basecamp yang senantiasa setia menghadapi kebisingan mereka ketika sudah berkumpul, ada yang bermain gitar bernyanyi juga mengobrol tak tentu arah.

Motor-motor sudah mulai menyala menandakan bahwa mereka akan pergi dari tempat itu, namun Raffan malah merasakan getaran dari dalam saku celananya yang memaksa dia untuk menahan tangan agar tidak menarik gas motor.

"Pak ustad telepon," katanya pada teman-temannya yang menoleh padanya.

Raffan mematikan motornya dan dengan serempak temannya juga mematikan mesin motor agar tidak terdengar riuh, mereka cukup sadar diri bahwa Ayahnya Raffan seorang ustad yang tidak akan senang dengan pergaulan anaknya, bahkan mereka pun kerap kali kena semprot saat datang ke rumah Raffan.

"Assalamualaikum Pak Ustad," suara Raffan menjawab telepon dari pria yang dia panggil Ayah.

"Wa'alaikumsalam," jawab Ustad Imran dengan nada kesal, dia tahu anaknya sedang melakukan apa saat ini.

"Sebentar lagi Raffan pulang," lapor Raffan sudah tahu maksud dari Ayahnya menelepon.

Ini bukan yang pertama kali dan dia menjadi sangat hafal jika sudah mendapat telepon dari Ayah maupun Ibunya, pasti mereka akan memintanya untuk segera pulang.

"Sudah tengah malam lewat Raffan!" bentak sang Ayah pada anaknya yang terkenal sering membuat masalah, anak satu-satunya yang sangat menguji dirinya dan sang istri.

"Oh ayolah Ayah, satu jam lagi. oke?" mulai mengeluarkan bujukannya pada sang Ayah yang meskipun terkenal keras namun nyatanya tetap tidak sanggup menghadapi kebengalan anak semata wayangnya ini.

"Raf."

Tampaknya Rio mulai tak sabar untuk segera merayakan kemenangan mereka terlebih lagi perutnya sudah mulai berdemo minta untuk diisi.

"Oke Pak Ustad, Raffan pergi dulu, Assalamualaikum," ucapnya cepat lalu memutuskan sambungan telepon.

"Raffan! Raffan!" Imran berseru memanggil-manggil anaknya yang dengan kurang ajarnya mematikan telepon darinya.

"Lihat saja, hanya ada dua pilihan untukmu Raffan!" ancam Imran menahan geram.

"Tidak ada pilihan lain lagi Yah, kita memang harus tegas pada Raffan, dia sudah 19 tahun sudah masuk masa dewasa bukankah kita akan sangat berdosa jika tidak mendidik anak laki-laki kita, kelak dia akan menjadi seorang imam bagi keluarganya," tutur Hayati yang sedari tadi berada di samping suaminya.

Ustad Imran mengangguk, "maka dari itu kita harus segera memberinya pilihan, kita tidak boleh mengalah terus dengan anak itu, anak satu-satunya bukan berarti kita akan memanjakannya," suara lemas sang Ustad yang memang tidak lagi muda bahkan sudah sering sakit-sakitan.

Beberapa hari yang lalu pun dia baru saja sembuh dari batuk yang terasa sangat mengganggu tenggorokan serta suaranya di tambah sakit kepala yang kadang datang tanpa kenal waktu.

"Berangkaat," suara Gumay mengeras saat Raffan sudah menyalakan kembali motornya.

Rombongan motor itu berjalan beriringan di jalanan malam yang diterangi oleh sinar bulan dan bantuan beberapa lampu jalanan yang cahayanya redup.

Motor mereka berhenti di cafe tempat biasa mereka berkumpul, cafe yang padahal sudah harus tutup sejak 30 menit yang lalu terpaksa harus tetap buka karena sebelumnya Rio sudah menghubungi sang pemilik cafe yang tak lain adalah saudaranya sendiri.

Tentu saja uang yang datang tidak boleh di tolak bukan? hingga cafe itupun rela menunggu rombongan anak muda yang akan memenuhi tempat mereka.

Menyisakan dua orang pegawai yang di janjikan mendapat upah tambahan meski sudah sangat lelah dan ingin tidur tapi nyatanya iming-iming bayaran lebih membuat mereka melupakan sejenak lelah dan kantuk yang menyerang.

Kedua pegawai pria itu gegas bangkit dari keterkantukan ketika mendengar suara-suara motor di luar cafe, menandakan yang mereka tunggu sudah datang, dan itu artinya mereka hanya memerlukan sedikit waktu lagi untuk bisa pulang ke rumah dan beristirahat.

Dan dalam sekejap cafe yang tadinya tentram itu menjadi begitu ramai serta gaduh dengan sorak-sorai dari teman-teman Raffan, dua pegawai pun menggeleng kepala serta mengurut kening bersamaan mulai pening yang sekedipan mata menyerang bertubi-tubi.

"Kayak nggak kenal mereka saja," ejek Raffan pada pegawai yang sudah sangat dia kenal.

Mereka sudah sering datang ke cafe ini tentulah pemandangan rusuh begini sudah bukan lagi hal yang aneh dan pegawai itu juga sudah mengenal mereka semua.

"Malam ini kita pesan semua yang kita inginkan, untuk sekian kalinya Raffan yang akan membayar!" seru Gerry di sambut dengan sorak senang dari teman-temannya.

Raffan menyunggingkan senyum seraya membenarkan letak gelang tali yang dia pakai, hiasan di tubuhnya bukannya di bagian tangan saja melainkan ada satu tindikan di telinga kanannya, nyatanya anak dari seorang Ustad belum tentu menuruti sifat Ayahnya.

Lihatlah penampilan Raffan, berbanding jauh dengan sang Ayah yang kerap memakai Koko serta kain sarung tidak ketinggalan dengan peci berwarna hitamnya.

Anak ini sepertinya tidak akan pernah menduga apa yang akan dia hadapi saat pulang nanti.

******

Terpopuler

Comments

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

Dasarr anak kuarang Asam 🤣🤣 ayah nya sendiri di bilang Pak Ustad 🤣🤣 Abi kek Abu kek,, ni ngak pak Ustad 🤣🤣

2023-01-04

1

Triple R

Triple R

ujian orng tua punya anak nakal

2022-10-22

0

Sunarty Narty

Sunarty Narty

😂😂😂😂😂iya bener,aq ngalami sendiri mertua guru ngaji tp anak-anaknya yg laki2 malah suka mabuk tp g sampe d luar batas.tp Alhamdulillah setelah nikah bisa berubah LBH baik lg

2022-10-01

0

lihat semua
Episodes
1 Si pembalap
2 Perayaan kemenangan
3 Seolah Maling
4 Dua Pilihan
5 Kalut
6 Masih Tidak Percaya
7 Perjalanan Panjang
8 Sah!!
9 Pertama Kali Bertemu
10 Kembali Ke Jakarta
11 Nyobain Sedikit
12 Adeefa Ranaya
13 Hanya Berdua Saja
14 Tapi Dijodohkan
15 Boleh Ikut?
16 Ingkar Janji
17 Tentang Nafkah
18 Kewajiban
19 Menyusul Si Berandal
20 Sepupu Katanya?
21 Marah
22 Anak-anak Yang Lucu
23 Jadi Kamu?
24 Perceraian
25 Sesuka Hati
26 Pertanyaan Agam
27 Polosnya Kinara
28 Memangnya Kamu Serius?
29 Deketin Sepupunya
30 Raffan Yang Aneh
31 Gue Aduin!
32 Drama Raffan
33 Jadi Ketemuannya Pindah Ke Rumah?
34 Kinara dan Raffan
35 Lo Ngambek Ya?
36 Kecewa Tak Bertepi
37 Patah Hati Kah?
38 Tangis Deefa
39 Tidak Percaya
40 Sangat Dekat
41 Kalau Begitu Biar Deefa Memilih
42 Talak
43 Kesempatan
44 Biar Deefa Disini Dulu
45 Sentuhan Menggetarkan
46 Fara Nyariin
47 Brengsek!!
48 Menikah
49 Tanggung Jawab
50 Jemput Istri
51 Raffan Dengan Tingkahnya
52 Unboxing Dimana?
53 Jangan Ceramah Terus
54 Serangan Fajar!
55 Malah Bangun!
56 Senyum Raffan
57 Bolos Lagi
58 Raffan Lagi Kerja Keras
59 Meminta Izin
60 Balapan?
61 Pulang Sana
62 Jadi Mandor!
63 Jatuh Saat Balapan
64 Malah Takut Pulang
65 Jangan Cari Masalah
66 Kecewanya Seorang Istri
67 Jangan Marah Terus
68 Teriakan Raffan
69 Pengagum Lainnya
70 Sayang Tapi Belum Cinta
71 Gelut yuk..
72 Cemburu?
73 Beli Ginian?
74 Emosi
75 Mentaati Suami
76 Merah Yang Sempurna
77 Lima Bulan Pernikahan
78 Kantor Polisi?
79 Bukan Tentang Biasa Atau Tidak
80 Aku Juga Rindu
81 Kok Malah begini?
82 Gue Pacarnya!
83 Gue Yang Lapor
84 Niat Banget!
85 Jangan Ulangi Lagi
86 Raisya Siapa?
87 Istri Sabar
88 Sudah Ada Tanda Belum?
89 Permintaan Atau Desakan?
90 Raffan Marah
91 Jalan-Jalan Di Taman
92 Salah Sasaran
93 Tak berkutik
94 Berselisih
95 Suami Yang Ngambek
96 Menjadi Lebih Dewasa
97 Rasa Cemas
98 Tamu Kecil
99 Berita Duka
100 Sebenarnya Tidak Bisa
101 Tangan Yang Bergetar
102 Kebohongan
103 Kebohongan Lagi
104 Ada Yang Aneh
105 Dia Itu Kenapa?
106 Temannya Pun Heran
107 Raffan Yang Bermasalah
108 Sekarang Apa?
109 Cabut Tuntutan Lo!
110 Teman Yang Peduli
111 Mulai Rindu
112 Tidak Mau Percaya
113 Menemui Yang Tercinta
114 Pemandangan Yang Terlihat
115 Wanita Itu Lagi
116 Raffan Jadi Anak Baik
117 Pelukan Rindu
118 Bukan Waktunya
119 Embun Pagi Yang Dingin
120 Langit Yang Ikut Bersedih
121 Mengurus Anak
122 Permintaan Sang Mertua
123 Tentang Yang Dia Tidak Tahu
124 Usaha Raffan
125 Usaha Yang Percuma?
126 Kenapa Harus Seperti Ini
127 Bagaimana Dengan Ibu?
128 Terpuruk
129 Pesan Yang Tersampaikan
130 Permintaan Deefa
131 Raffan Tidak Mau Melawan Ibu..
132 Tidak Peduli
133 Bukan Kriteria
134 Berjalan Normal Meski Ada Prahara
135 Siluman Rubah
136 Wajah Penuh Dosa
137 Sudah Saling Kenal
138 Ditentang..
139 Gelisah Sebuah Pertanda
140 Suasana Tenang
141 Mendung Membawa Badai
142 Lintah Penghisap Darah
143 Makin Tidak Mengenali
144 Aku Lelah Deef..
145 Tajamnya Mulut
146 Jauh Berbeda
147 Menjadi Lebih Murka
148 Menantu dan Mertua
149 Termasuk Kamu!
150 Kita Berakhir!
151 Harus Pergi
152 Perpisahan Menyakitkan
153 Tersapu Angin
154 Ibu Yang Bukan Lagi Ibu
Episodes

Updated 154 Episodes

1
Si pembalap
2
Perayaan kemenangan
3
Seolah Maling
4
Dua Pilihan
5
Kalut
6
Masih Tidak Percaya
7
Perjalanan Panjang
8
Sah!!
9
Pertama Kali Bertemu
10
Kembali Ke Jakarta
11
Nyobain Sedikit
12
Adeefa Ranaya
13
Hanya Berdua Saja
14
Tapi Dijodohkan
15
Boleh Ikut?
16
Ingkar Janji
17
Tentang Nafkah
18
Kewajiban
19
Menyusul Si Berandal
20
Sepupu Katanya?
21
Marah
22
Anak-anak Yang Lucu
23
Jadi Kamu?
24
Perceraian
25
Sesuka Hati
26
Pertanyaan Agam
27
Polosnya Kinara
28
Memangnya Kamu Serius?
29
Deketin Sepupunya
30
Raffan Yang Aneh
31
Gue Aduin!
32
Drama Raffan
33
Jadi Ketemuannya Pindah Ke Rumah?
34
Kinara dan Raffan
35
Lo Ngambek Ya?
36
Kecewa Tak Bertepi
37
Patah Hati Kah?
38
Tangis Deefa
39
Tidak Percaya
40
Sangat Dekat
41
Kalau Begitu Biar Deefa Memilih
42
Talak
43
Kesempatan
44
Biar Deefa Disini Dulu
45
Sentuhan Menggetarkan
46
Fara Nyariin
47
Brengsek!!
48
Menikah
49
Tanggung Jawab
50
Jemput Istri
51
Raffan Dengan Tingkahnya
52
Unboxing Dimana?
53
Jangan Ceramah Terus
54
Serangan Fajar!
55
Malah Bangun!
56
Senyum Raffan
57
Bolos Lagi
58
Raffan Lagi Kerja Keras
59
Meminta Izin
60
Balapan?
61
Pulang Sana
62
Jadi Mandor!
63
Jatuh Saat Balapan
64
Malah Takut Pulang
65
Jangan Cari Masalah
66
Kecewanya Seorang Istri
67
Jangan Marah Terus
68
Teriakan Raffan
69
Pengagum Lainnya
70
Sayang Tapi Belum Cinta
71
Gelut yuk..
72
Cemburu?
73
Beli Ginian?
74
Emosi
75
Mentaati Suami
76
Merah Yang Sempurna
77
Lima Bulan Pernikahan
78
Kantor Polisi?
79
Bukan Tentang Biasa Atau Tidak
80
Aku Juga Rindu
81
Kok Malah begini?
82
Gue Pacarnya!
83
Gue Yang Lapor
84
Niat Banget!
85
Jangan Ulangi Lagi
86
Raisya Siapa?
87
Istri Sabar
88
Sudah Ada Tanda Belum?
89
Permintaan Atau Desakan?
90
Raffan Marah
91
Jalan-Jalan Di Taman
92
Salah Sasaran
93
Tak berkutik
94
Berselisih
95
Suami Yang Ngambek
96
Menjadi Lebih Dewasa
97
Rasa Cemas
98
Tamu Kecil
99
Berita Duka
100
Sebenarnya Tidak Bisa
101
Tangan Yang Bergetar
102
Kebohongan
103
Kebohongan Lagi
104
Ada Yang Aneh
105
Dia Itu Kenapa?
106
Temannya Pun Heran
107
Raffan Yang Bermasalah
108
Sekarang Apa?
109
Cabut Tuntutan Lo!
110
Teman Yang Peduli
111
Mulai Rindu
112
Tidak Mau Percaya
113
Menemui Yang Tercinta
114
Pemandangan Yang Terlihat
115
Wanita Itu Lagi
116
Raffan Jadi Anak Baik
117
Pelukan Rindu
118
Bukan Waktunya
119
Embun Pagi Yang Dingin
120
Langit Yang Ikut Bersedih
121
Mengurus Anak
122
Permintaan Sang Mertua
123
Tentang Yang Dia Tidak Tahu
124
Usaha Raffan
125
Usaha Yang Percuma?
126
Kenapa Harus Seperti Ini
127
Bagaimana Dengan Ibu?
128
Terpuruk
129
Pesan Yang Tersampaikan
130
Permintaan Deefa
131
Raffan Tidak Mau Melawan Ibu..
132
Tidak Peduli
133
Bukan Kriteria
134
Berjalan Normal Meski Ada Prahara
135
Siluman Rubah
136
Wajah Penuh Dosa
137
Sudah Saling Kenal
138
Ditentang..
139
Gelisah Sebuah Pertanda
140
Suasana Tenang
141
Mendung Membawa Badai
142
Lintah Penghisap Darah
143
Makin Tidak Mengenali
144
Aku Lelah Deef..
145
Tajamnya Mulut
146
Jauh Berbeda
147
Menjadi Lebih Murka
148
Menantu dan Mertua
149
Termasuk Kamu!
150
Kita Berakhir!
151
Harus Pergi
152
Perpisahan Menyakitkan
153
Tersapu Angin
154
Ibu Yang Bukan Lagi Ibu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!