“Niki ada dimana ?” tanya Farel. Ia cukup terkejut saat Papa Niki malah bertanya balik keberadaan istri kecilnya.
“Jangan main-main dengan saya, kamu!”
“Maass!” Mama Niki yang baru saja datang keliling mencari putrinya dari rumah teman-teman Niki, menghentikan gerakan tangan suaminya yang sudah melayang hendak menghajar untuk yang kedua kalinya.
“Kenapa kamu hentikan aku. Dia harus diberi pelajaran, Ghea!” Papa Niki mendorong tubuh Farel hingga jatuh terhempas kembali ke lantai.
“Farel tidak sepenuhnya salah,” ujar Mama Niki sembari membantu anak mantunya berdiri dan masuk ke dalam rumah.
“Dia sudah menghancurkan masa depan Niki. Kenapa kamu masih membelanya?” Papa Niki semakin kesal saat istrinya malah memperlakukan Farel dengan baik. Namun Mama Niki tidak menghiraukan ocehan suaminya, ia malah masuk ke dalam dapur dan membuatkan minuman untuk Farel.
“Kami minta maaf,” ujar Mama Niki sembari menaruh secangkir teh hangat di atas meja.
“Ngapain juga kita harus minta maaf?” Papa Niki yang sejak tadi mundar mandir antara dapur dan ruang makan mulai berjalan mendekat.
“Dengarkan dulu.” Mama Niki menarik tangan suaminya untuk duduk di sampingnya, “Ceritakan yang sebenarnya,” ucap Mama Niki pada Farel.
Farel menarik nafas dalam sebelum membuka pembicaraan. Ia mulai bercerita kisahnya dengan Niki, sejak menjadi dosen tamu hingga sampai mengucapkan akad di depan penghulu tanpa ada satupun yang ia tutupi. Hanya untuk aib Marisa, sengaja tidak ia sampaikan.
“Istrimu itu rekan kerja saya dulu,” ucap Mama Niki sedih.” Farel mengusap wajahnya kasar, ia merasa semakin terpojok. Mengapa dunia terasa sempit rasanya.
“Mengapa kamu tidak menolak dan menyanggah perkataan Niki jika benar tidak melakukan apa-apa?” Papa Niki masih tetap susah percaya jika putri kecilnya melakukan hal semacam itu.
“Awalnya saya sudah menolak dan menjaga jarak, tapi jika saya tetap bersikukuh dengan pendirian saya resiko yang akan kami tanggung jauh lebih besar, terutama untuk Niki. Permasalahan kami akan dibawa ke ranah hukum oleh pihak kampus, dan jika terbukti saya benar nama Niki akan hancur. Ia akan dikeluarkan dengan tidak hormat, dan dicap sebagai penipu oleh masyarakat. Saya berpikir akan mengikuti permintaanya hingga ia wisuda dan setelah itu kami akan berpisah, karena saya anggap rasa suka Niki hanyalah obsesi sementara," papar Farel, tapi kalimat yang mengalir dari mulutnya tentu saja tidak sejalan dengan kata hatinya.
“Kamu memperlakukan putri saya seperti barang, yang jika sudah bosan dan rusak kau buang?!” Papa Niki mulai kembali terpancing emosinya.
“Maaf, Om bukan saya bermaksud seperti itu. Selama kami menikah, saya belum menyentuh Niki. Putri Om masih suci,” ucap Farel, tapi tiba-tiba ia menelan ludahnya kasara saat teringat lembutnya bibir mungil Niki di dalam mulutnya.
“Benar, kalian berdua harus berpisah. Kami akan bertemu dengan istrimu dan meminta maaf. Saya merasa sangat bersalah tidak bisa mendidik Niki dengan baik. Saya jadi ga enak, karena saya kenal baik dengan Marisa,” ujar Mama Niki sendu.
Farel mulai bergerak gelisah mendengar penuturan ibu mertuanya. Tentu saja ia tidak rela melepaskan Niki. Istri kecilnya itu sudah membawa separuh jiwanya pergi. Belum pernah ia merasakan cinta seperti ini, walaupun dengan Marisa sekalipun.
Mungkin karena perasaan yang saling berbalas membuatnya semakin sayang dan cinta pada istri kecilnya itu.
“Sekarangpun kamu bisa menceraikan putri saya, toh pernikahan kalian berdua seharusnya tidak terjadi,” ucap Papa Niki.
“Niki di mana, Om?” Bukannya menjawab pertanyaan, Farel mengalihkan pembicaraan ke awal tujuannya datang ke rumah orangtua Niki.
“Seharusnya saya yang harus bertanya padamu. Niki sejak pagi sudah tidak ada di kamarnya. Mamanya semalam cerita, kalau dia bersikeras tidak mau berpisah denganmu, tapi karena sekarang semuanya sudah terbuka dan kamu sudah bersumpah belum menyentuh Niki, saya menyarankan kamu melepas putri saya. Perjalanan hidupnya masih panjang, saya tidak ikhlas anak saya menjadi istri kedua,” ucap Papa Niki tegas.
“Saya tidak tahu di mana Niki, Om. Kemarin ponsel saya rusak, jadi saya tidak bisa menghubungi Niki. Saya kemari karena ingin mencari dan memjemput istri saya kembali.”
“Ponsel rusak, itu alasan basi bagi pria yang menyimpan rahasia dalam keluarganya.” Papa Niki berdecih sinis. Entah untuk keberapa kalinya Farel di hadapan orangtua Niki menarik nafas meredakan gejolak di hatinya.
“Saya benar-benar tidak tahu dimana Niki,” ucap Farel lelah. Mulutnya sudah terasa asam karena darah terus mengalir dari gusinya yang pecah. Lelah batin Farel sebelumnya merasakan sakitnya di tampar dan dihajar oleh Marisa lalu sekarang di hantam oleh mertuanya. Namun, semua rasa itu tersamarkan oleh rasa khawatirnya pada istri kecilnya yang tidak diketahui keberadaannya.
“Niki biar kami yang urus, dia anak saya. Ceraikan putri saya dengan begitu kamu tidak akan terbebani lagi,” ucap Mama Niki lelah.
“Saya tidak merasa terbebani, karena Niki istri saya. Selama masih menjadi istri saya, Niki adalah tanggung jawab saya,” ucap Farel tegas.
“Maka itu lepaskan putriku!” seru Papa Niki tak sabar.
“Maaf, Om saya tak bisa,” ucap Farel pelan, “Saya mencintai Niki,” tambahnya lirih. Ia tahu sebagai pria yang sudah mempunyai istri sebelumnya, sungguh tak pantas ia berkata seperti itu dihadapan orangtua seorang gadis.
“Apa maksudmu? Kamu bilang tadi, pernikahan kalian karena perbuatan Niki dan kamu akan menceraikannya setelah wisuda. Apa bedanya dengan sekarang?” Papa Niki sudah semakin maju duduk di ujung sofa. Seperti sudah tidak sabar ingin menarik Farel dan memukulnya sekali lagi.
“Awalnya memang seperti itu, tapi sekarang saya tidak akan melepaskannya.” Farel memberanikan diri mengangkat wajahnya dan menatap langsung ke arah kedua orangtua Niki.
“Kamu sudah punya istri. Bagaimana dengan Marisa? Saya tidak mau anak saya jadi istri kedua dengan alasan apapun.” Mama Niki pun mulai terpancing emosinya.
“Saya mengerti, beri saya waktu membereskan semuanya.” Farel memandang orangtua Niki penuh harap. Hatinya sudah mantap untuk memiliki Niki seutuhnya dan melepaskan Marisa. Untuk apa menanti suatu ketidakpastian sementara ada yang menjanjikan kebahagiaan seutuhnya.
Papa dan Mama Niki saling berpandangan. Sejujurnya mereka merasa ragu dengan hubungan putrinya yang bisa dikatakan tidak jelas. Belum lagi jarak usia keduanya terpaut cukup jauh dengan latar belakang status masih mempunyai istri sah. Namun melihat sorot mata kesungguhan Farel dan keras kepala putrinya, hati kedua orangtua Niki semakin bimbang.
“Saya ga mau putri saya di cap sebagai wanita perebut suami orang.” Mama Niki mulai tersedu.
“Saya tidak merasa direbut oleh siapapun. Saya pria dewasa yang mempunyai perasaan dan kehendak yang bebas untuk menentukan pilihan. saya punya alasan kuat untuk meninggalkan Marisa, dan itu sama sekali bukan karena Niki. Pernikahan saya memang tidak sehat. Jika ada waktu panjang saya tidak keberatan membuka semuanya, tapi saat ini saya hanya ingin menemukan istri saya.”
...❤️🤍...
Mampir ke karya temanku ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
LangitBiru
❤️❤️❤️
2023-07-10
1
Mawar berduri
farel2...itu bkn cinta tp obsesi. cinta takkan sanggup menyakiti...cinta akn mengalah..cinta saling mendukung...dosen kok pikirannya dangkal..diperbudak cinta yg menyakitkan...mau aja dibodohin ats nama cinta🤦♀️😡
2023-03-06
0
Kusmiati
farel terlalu lembek kurang greget
2023-01-05
0