Niki memandang kecewa ke arah mobil hitam yang sudah menjauh dari depot. Tiga kenalan barunya juga sudah kembali ke tempat kerjanya karena dikejar waktu istirahat yang hampir habis.
Dengan hati yang patah, ia kembali ke apartement. Di dalam apartement sejak pulang hingga menjelang malam, Niki kerap kali memeriksa ponselnya berharap Farel mengiriminya pesan atau menghubunginya.
Seminggu sudah pernikahan Niki dan Farel terjalin tanpa ada kemajuan yang berarti. Status suami istri antara Niki dan Farel tidak serta merta membuat Farel berlaku bak seorang suami, baik itu luar atau di dalam kampus.
Niki masih tinggal seorang diri dalam apartement yang dibeli Farel khusus untuknya. Jangankan datang, menghubunginya saja tidak. Sebuah nada panggilan masuk di ponselnya, Niki yang hampir tertidur langsung menyambar ponsel di atas meja.
"Oh ... hallo, Ma." Niki terlambat menyembunyikan nada kecewa dalam suaranya saat mengetahui bukan Farel yang menghubunginya.
"Kok lemas, gimana kabarmu, Sayang?"
"Baik, Ma." Niki berusaha tersenyum agar Mamanya tidak curiga.
"Mama kangen, kamu belum kirim alamat apartement tempat kamu tinggal."
"Ah, iya. Niki lupa. Habis ini Niki kirim lewat pesan."
"Ya ga apa-apa Mama maklum." Tawa menggoda Mama di seberang sana membuat Niki ingin menangis dan mengadu kalau ia sedang tak baik-baik saja.
Ia merasa kehidupannya semakin berantakan setelah menikah. Hidup dalam kepura-puraan di depan teman dan keluarganya sebagai istri seorang dosen yang bahagia, membuatnya lelah. Niki berdiri diantara memperjuangkan rasa cinta ataukah kalah dengan rasa lelah.
Sementara itu di rumah Farel, Marisa mempertanyakan keberadaan kartu debit yang biasa ia gunakan untuk berbelanja kebutuhan fashionnya.
"Bilang saja kamu sudah bosan memberi aku uang!" sembur Marisa seraya melempar dompet Farel.
"Aku lupa taruh di mana, Sayang."
"Sudah berapa kali aku bilang, jangan panggil aku dengan sebutan itu. Aku ga suka!"
"Maaf. Kamu butuh berapa aku masih ada uang cash." Farel mengambil tiga ikat lembaran merah dari dalam laci. Ia memang tidak suka dengan hal berbau kredit. Farel lebih suka menyimpan hasil kerjanya dalam bentuk tunai atau investasi usaha.
"Kamu kasih aku hanya segini?" Marisa mengacungkan ikatan lembaran uang di depan wajah suaminya.
"Kamu butuh untuk apa sih?" Farel masih mencoba untuk bersabar.
"Ada acara ulang tahun teman di Labuhan Bajo, aku butuh pakaian renang baru dan beberapa gaun pesta."
"Kamu mau pergi lagi?"
"Kenapa?" Marisa menantang mata Farel.
"Ada dia?"
Jelas Marisa tahu siapa yang dimaksudkan oleh suaminya. Ia hanya diam tak memberikan reaksi apapun. Sejak awal pernikahan mereka, Farel sudah tahu bagaimana cinta matinya ia pada Galih walaupun pria itu meninggalkannya dan menikah dengan pilihan orangtuanya.
"Sampai kapan, Cha? sampai kapan kamu ikhlas dengan kenyataan kalau dia sudah menikah dan punya anak?"
"Tidak perlu kamu tegaskan, aku juga sudah tahu dia sudah menikah bahkan punya anak. Dia juga tidak mempermasalahkan itu kok, kami saling menerima keadaan masing-masing. Cinta tak harus saling bersama, tapi kami masih bisa saling berbagi rasa." Farel ternganga dengan penjelasan Marisa yang begitu gamblang tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Kamu tidak memikirkan perasaanku?" Farel tahu ia terdengar sangat menyedihkan dengan pertanyaan bodohnya.
"Aku tidak pernah memaksamu untuk menikahi aku. Kamu sendiri sejak awal tahu, kalau aku mencintai Galih dan mengatakan kalau kamu menerimaku apa adanya." Marisa sangat percaya diri jika Farel sangat mencintainya. Apapun yang ia lakukan, suaminya itu tidak akan keberatan.
"Okelah jika itu aku, bagaimana dengan istri Galih. Kamu wanita, tidakkah kamu merasa kasihan? mereka punya anak, Echa."
"Lalu kenapa? jangan sok suci deh. Galih juga bilang kalau dia tidak bahagia dengan pernikahannya dan akan segera bercerai," ucap Marisa ringan.
"Lalu kalau mereka bercerai kamu akan menikah dengan dia?"
"Menurutmu?"
"Aku tidak percaya Galih menikah karena dipaksa oleh orangtuanya. Jika ia tidak cinta dengan istrinya dari dulu dia sudah menceraikan istrinya dan bukan punya anak, bahkan istrinya sekarang hamil kedua. Kamu sedang dimanfaatkan, Echa!"
"Berhenti menjelekan Galih. Apapun yang kamu katakan tentang dia tidak akan memudarkan perasaanku padanya. Aku pergi." Marisa mengambil dan memasukan tiga ikat lembaran uang berwarna merah dan langsung pergi begitu saja.
Farel duduk di dapur memandangi piring serta lauk yang masih belum tersentuh. Untuk kesekian kalinya, ia menikmati makan malam yang menyedihkan. Farel menghela nafas panjang saat ponselnya berdering dan nama istri kecilnya muncul di sana.
"Halo, ada apa, Niki?" sapa Farel pelan.
"Mama mau datang nanti malam," ucap Niki. Ia menggantung maksud tujuan menelepon suaminya. Ia takut berharap terlalu tinggi pada Farel yang jelas tidak menginginkannya.
"Aku kesana sekarang." Niki tersenyum lebar mendengar suaminya itu akan datang menemuinya.
Farel langsung membawa semua lauk di atas meja untuk di makan bersama Niki di apartement. Sebelum sampai, ia sempatkan membeli lauk tambahan dan buah-buahan untuk dibawa ke apartement.
Sementara itu, Niki membersihkan setiap sudut apartementnya dan menyemprotkan pewangi ruangan. Setelah itu ia mandi dan berdandan dengan sangat cantik. Di depan cermin ia mematut dirinya sembari membatin, 'Aku merasa seperti jadi wanita simpanan'
Begitu bunyi bel pintu apartment terdengar, Niki langsung berlari kecil keluar kamar. Sebelum membuka pintu, ia mengatur nafasnya agar debar jantungnya mereda.
"Hai," sapa Niki.
"Mamamu belum datang?" Bukannya menjawab sapaan istrinya, Farel langsung masuk ke dalam lalu mencari Ibu mertuanya.
"Belum ... aku ga bohong Mama bilang mau datang kok," sambung Niki cepat saat melihat lirikan Farel yang menyelidik.
"Ini untuk makan malam."
"Pak Farel tahu aja aku belum siapkan makan malam." Niki meraih tas berisi kotak makanan dan buah dari tangan Farel.
"Iya aku tahu karena kamu pasti sudah kenyang makan soto tadi siang," sindir Farel.
"Ah, itu kan makan siang. Mama pasti nanti datang bawa makan juga."
"Jangan bikin malu seolah aku tidak bisa memberi kamu makan. Kamu sudah menikah, belajarlah memasak."
"Aku masak untuk siapa?" Niki bergumam lirih tapi cukup bagi Farel untuk mendengarnya.
"Aku akan beberapa kali kesini," ucap Farel pelan.
"Benar? seminggu sekali juga ga apa-apa, setidaknya aku ga merasa jadi janda." Niki tertawa geli seolah itu lucu baginya. Namun bagi Farel, kalimat itu seakan mengoyak tabir rencananya ke depan.
"Niki, kita tidak bisa seperti ini terus."
"Maksudnya?" Niki menghentikan kegiatannya mengatur meja makan.
"Aku tidak bisa terus-terusan menyembunyikanmu dari Marisa." Bibir Niki mengembangkan senyuman, ia mengira Farel akan mengenalkan dirinya pada Marisa dengan begitu posisinya diakui.
"Sampai sekarang juga saya belum dikenalin ke keluarga Bapak, capek juga sembunyi-sembunyi." Besar harapan Niki dapat dikenalkan Farel keluarga besarnya.
"Syukurlah kalau kamu bisa mengerti. Selepas kamu wisuda, kita berpisah."
Ucapan yang ringan keluar dari mulut Farel membuat Niki terkesiap tak percaya.
"Kenapa?"
"Bukannya kamu juga sudah lelah dengan situasi seperti ini?"
"Iyaa, tapi bukan seperti itu yang saya mau. Saya kira Bapak sebagai dosen lebih dewasa dan terdidik untuk menghargai sebuah janji pernikahan. Bagi saya, pernikahan bukan mainan. Saya benar-benar cinta dan berharap Bapak membalas perasaan saya, tidak bisakah Bapak melihat ketulusan saya? Katakan sama saya, apa yang harus saya lakukan agar Bapak bisa memandang saya sebagai istri bukan mahasiswi. Apakah saya harus berpenampilan seperti Mba Marisa? saya bisa kok merubah penampilan saya seperti yang Bapak mau." Niki sudah tidak bisa menahan emosinya lagi. Ia menumpahkan semuanya di depan Farel dengan bersimbah air mata.
...❤️🤍...
Mampir juga ke karya temanku ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Ursula Ursula
yang salah dari awal Niki sudah tahu orang sudah nikah tapi ngotot, Memalukan kalau ada perempuan seperti Niki ini didunia nyata......seolah Dunia terbalik
2023-05-25
1
Teh icha
ceraikan aja lah Marisa!
2022-09-26
0
in Dy~Ka
jadi jengkel sama farel di bab ini kok ga bisa tegas sih jadi laki, itu si Caca merica juga gitu pingin nimpuk pake sendal jepit rasane
2022-09-17
0