"Jadi dosen tamu di kampus lain," ujar Niki setelah terdiam sejenak memikirkan berbagai alasan yang masuk akal. Diam-diam ia menghela nafas lega, setelah Mamanya tidak bertanya lebih lanjut.
Namun di keesokan harinya Niki tentu tidak dapat menghindar dari pertanyaan Mamanya, selama ia masih menginap di rumah orangtuanya itu.
"Ga ke kampus?" Mama ikut duduk di samping Niki yang sedang menonton drama di televisi.
"Ga ada kelas," ujar Niki sembari berpura-pura fokus dengan adegan di layar kaca.
"Mama masih penasaran hubunganmu sama Farel."
"Penasaran gimana sih, Ma? Suami istri lah, Mama lucu deh." Niki tertawa kecil menutupi kegugupannya.
"Iya, Mama tahu. Kapan Mama sama Papa ketemu sama orangtua Farel?"
"Orangtua Farel masih di Australi, Ma. Nanti kalau sudah balik pasti diajak ketemu." Niki masih terus berpura-pura santai, entah bagaimana dari mulutnya begitu sangat lancar mengalir satu kebohongan bergulir menjadi kebohongan yang lain.
"Kalau begitu kita main ke sana aja, sekalian kalian berdua bulan madu."
"Ga bisa, Farel ngajar aku juga masih nyusun tugas akhir," sahut Niki cepat. Geraknya sudah mulai gelisah. Ia sangat paham dengan sifat Mamanya yang bagaikan detektif jika menemukan kejanggalan.
"Ijin tiga sampai empat hari tidak akan mengganggu tugas akhirmu. Mama cari tiket ya."
"Ma!" Spontan Niki menarik tangan Mamanya yang sudah akan berdiri dari kursi.
"Kenapa?"
"Jangan gitu ah!"
"Lalu bagaimana? Kalau benar pernikahanmu baik-baik saja dan normal, minimal orangtua suamimu itu telefon. Mama sama Papa juga kok bisanya dulu percaya sama kalian berdua." Mama memandang putrinya tajam, "Ceritakan sama Mama, apa yang kalian berdua sembunyikan? Orangtua Farel tidak merestui?" Suara Mama mulai melunak. Niki mulai sesenggukan saat tangan hangat Mamanya mengusap punggung serta rambutnya.
"Ada apa? Jujur sama Mama, kenapa kamu sekarang sukanya menyembunyikan sesuatu dari Mama?"
"Kalau Niki jujur, Mama juga mau jujur sama Niki?"
"Mama harus jujur apa? Mama ga pernah menyembunyikan apapun dalam keluarga." Kening Mama berkerut bingung.
"Mama yakin? Bagaimana dengan masa lalu Mama?"
"Masa lalu yang mana Niki?"
"Mama pernah merebut ... pria lain dari pasangannya?" tanya Niki hati-hati. Ia tahu pertanyaannya ini sangat berbahaya dan sangat tidak sopan untuk ditanyakan pada orangtua, tapi rasa penasaran dan sakit hatinya atas ucapan Marisa membuatnya sangat ingin tahu akan kebenaran yang sesungguhnya.
Wajah Mama memucat tiba-tiba, Niki langsung bisa tahu kebenarannnya dari reaksi spontan yang diperlihatkan Mamanya.
"Berarti benar, Ma? Siapa laki-laki itu dan siapa perempuan yang sudah Mama rebut pasangannya?" kejar Niki.
"Ngomong apa sih kamu!" Mama berdiri dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam dapur dengan langkah lebar.
"Mama minta Niki jujur, tapi Mama sendiri ga mau jujur. Itu 'kan hanya masa lalu, kenapa Mama ga mau cerita?" Niki terus mengejar Mamanya sampai di dapur.
"Kamu bilang sendiri itu masa lalu, lantas kenapa kamu ingin tahu? kamu dengar dari mana sih omong kosong seperti itu?" Mama menegak segelas air es yang diambilnya dari lemari pendingin. Pertanyaan putrinya membuatnya merasa ditarik ke masa pahit 20 tahun silam.
"Tapi apa yang Niki katakan tadi benar? Niki cuman ingin tahu kebenarannya." Niki bersikukuh.
"Kita lagi membicarakan tentang rumah tanggamu. Jangan mengalihkan pembicaraan, Niki," elak Mama.
"Aku kira kita bisa saling terbuka. Mungkin cerita dari orang lain lebih bisa aku percaya," ucap Niki lirih. Ia membalikkan badan lalu melangkah keluar dapur.
"Papa ... pria itu Papamu," ucap Mama cepat sebelum Niki menghilang dari pandanganya, "tapi itu masa lalu, Niki. Biasalah, anak muda pacaran masih bisa memilih yang lain," lanjut Mama. Niki diam masih mengamati gerak gerik Mamanya yang gugup, dan ia tahu Mamanya tidak berkata dengan jujur.
"Merebut pacar tidak bisa dikatakan perebut pria milik wanita lain. Jika pria yang direbut sudah menikah, itulah yang dinamakan pelakor," ucap Niki pelan.
"Siapa yang mengatakan itu sama kamu?" selidik Mama.
"Teman Mama yang ketemu di Mall tempo hari." Niki menunduk, ia tahu sebentar lagi kebohongannya akan terungkap.
Niki mengangkat kepalanya saat mendengar suara gelas berguling di atas meja. Nampak Mamanya sedang membersihkan air yang tumpah dari gelas minumannya. Rupanya Mamanya terkejut dengan perkataannya hingga hampir menjatuhkan gelas yang ia pegang.
Niki meninggalkan dapur saat Mamanya masih sibuk membersihkan kekacauan yang Mamanya buat sendiri. Ia masuk ke dalam kamar dan menangis di sana. Niki merasa malu dan meratapi hidup keluarganya yang bagaikan karma.
"Niki." Mama masuk ke dalam kamar dan mengusap kepalanya, "Jangan menelan mentah-mentah dengan cerita orang lain," ucap Mama pelan. Sejujurnya ia merasa malu di hadapan putrinya, tapi ia juga penasaran dengan sesuatu yang Niki sembunyikan terkait pernikahannya.
"Mama merebut Papa dari teman Mama yang ketemu di Mall kemarin?" tanya Niki lirih, kalau benar begitu adanya ia tidak bisa membayangkan balasan apa yang akan diberikan oleh istri pertama Farel.
"Bukan." Niki menghela nafas lega mendengar jawab singkat Mama, "Itu masa lalu kami Niki. Tidak ada yang perlu kamu pikirkan."
"Ma, apa Mama juga dihujat karena merebut pria milik wanita lain?" tanya Niki takut-takut.
"Kenapa kamu tanya seperti itu, Nik? Kamu bukan ...." Mama menggantung kalimatnya, ia tidak kuasa mengucapkan kata yang selama ini menjadi momok dalam kehidupan rumah tangganya.
"Aku sama seperti Mama." Kepala Niki semakin tertunduk.
"Farel sudah menikah sebelum bersama kamu?" Nada suara Mama semakin meninggi. Niki menenggelamkan kepalanya di antara kedua lututnya. Ia takut menghadapi kemarahan orangtuanya, tapi ia butuh seseorang yang mengerti akan dirinya.
"Kenapa, Niki! Apa dia yang memaksamu? Kalian sudah berbuat zinah sebelumnya?" Mama memberondongnya dengan pertanyaan bertubi. Tubuh Niki terguncang oleh tangan Mamanya yang mencengkram kedua bahunya.
"Farel ga salah, Niki yang salah. Niki yang suka duluan dan bohong di kampus kalau Niki sudah tidur sama Pak Farel," ucap Niki lirih. Mama benar-benar tercengang mendengar penuturan anak tunggalnya.
"Berarti dia terpaksa menikahi kamu?" tanya Mama Niki tak percaya. Niki tak menyangkal karena itu memang benar terjadi, "Tinggalkan dia, Niki," ucap Mama tegas.
"Niki ga mau!"
"Dia bukan milikmu, Niki. Kamu sudah menghancurkan perasaan wanita lain." Perasaan Mama Niki mulai berkecamuk antara kenangan masa lalu dan masalah yang dihadapi putrinya.
"Mama ga tahu seperti apa istrinya. Dia wanita yang kasar dan suka berlaku seenaknya sama Farel." Niki tetap bersikukuh mempertahankan prinsipnya.
"Apapun itu caramu tetap salah!"
"Lalu bagaimana dengan Mama? Menikah dengan Papa berarti salah? Mama juga sudah menyakiti hati wanita lain!"
"Situasi Mama dan kamu sekarang ini beda, Niki. Mama tidak mempertahankan Papamu di saat ia masih milik orang lain. Sekarang kamu harus minta maaf pada Farel dan istrinya."
"Aku ga mau ketemu sama Mba Marisa!" Niki berseru kencang mendengar Mamanya membela istri pertama Farel.
...❤️🤍...
Mampir juga ke karya temanku ya
Kisah Mama Niki (Ghea) ada di novel cinta jangan datang terlambat muncul mulai bab 17
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
LangitBiru
❤️❤️
2023-07-10
1
Ursula Ursula
Niki BODOH
2023-05-26
0
in Dy~Ka
cerita lama yg terkuak lagi...
mama dan anak punya nasib sama
2022-09-25
0