"Marisa?" Mata mama Niki membulat mendengar nama orang yang sangat dikenalnya disebut, "Marisa teman Mama yang kamu maksud?"
"Iya." Niki kembali menunduk dalam.
"Kamu menikahi suaminya teman Mama? Farel itu suami Marisa?" Nada suara Mama mulai meninggi. Mama pun sudah tidak duduk di samping Niki. Ia berdiri sembari memegang dadanya. Niki pun semakin tak sanggup menatap wajah Mamanya, ia menunduk semakin dalam.
Plak! Spontan tangan Mama Niki menampar pipi putrinya.
"Maa!" Niki menjerit seraya memegang pipinya yang terasa semakin panas. Ia sangat terkejut dan tak menyangka mamanya yang sejak ia kecil selalu memanjakannya seperti putri, tega menamparnya.
"Mama tidak membesarkanmu sebagai perusak rumah tangga orang. Masa depanmu masih panjang, kenapa kamu memilih suami orang untuk menjadi pendamping. Apa mata hatimu sudah buta!"
"Niki cinta sama Farel, Maa." Niki menangis sembari memegang pipinya yang terasa semakin panas. Namun rasa sakit di pipinya tidak bisa mengalahkan sakit di hatinya.
"Tinggalkan dia, Niki. Mama tidak bisa terima kamu jadi istri kedua. Apapun alasanmu, kalian harus segera berpisah," ucap Mama tegas.
"Niki ga mau!"
"Tinggalkan dia. Jangan menjadi perempuan yang hina dengan merebut pria milik wanita lain! Lihatlah sekelilingmu, masih banyak pria yang sebaya dan pantas menjadi pasanganmu. Bukannya Farel yang sudah memiliki istri!" jerit Mama semakin tak bisa mengontrol emosinya.
"Kalau ada yang harus meninggalkan Farel itu bukan aku, tapi Mba Marisa. Dia tidak mencintai Farel, Ma!"
"Tahu apa kamu soal cinta. Keputusan Mama sudah bulat, kalian harus berpisah."
"Niki ga mau! Mama tidak bisa memaksa, Niki sudah besar. Kalau Mama masih memaksa, mengapa Mama tidak mengembalikan Papa pada wanita yang sudah Mama rebut?"
"Kurangajar!" Plak!
Sekali lagi tangan Mama melayang dan menampar pipi putri satu-satunya. Kali ini tamparannya jauh lebih keras, karena emosi yang hampir tidak terkontrol.
Mama tercengang melihat wajah Niki yang memerah akibat perbuatan tangannya. Telapak tangannya bergetar dan panas. Masih terasa di kulitnya, kerasnya ia menampar pipi putrinya. Mama perlahan mundur ke arah pintu, tak sampai hati ia memandang tatapan kosong Niki.
Niki sudah tidak menangis lagi di tamparan kedua. Hatinya hancur, saat ia membutuhkan sandaran dan pelukan dalam permasalahannya yang carut marut, ia malah mendapat perlakuan yang semakin menyakitkan dari orang yang diharapkannya dapat meringankan beban di hatinya.
"Keputusan Mama sudah tidak bisa ditawar lagi, besok kita bertemu Marisa dan suaminya. Kamu harus meminta maaf karena kekacauan yang telah kamu buat. Setelah itu, Farel harus mengucapkan talak untukmu," ucap Mama lirih. Setelah itu Mama langsung keluar dari kamar meninggalkan Niki yang diam mematung.
Cukup lama Niki diam sembari memegang kedua pipinya yang merah dan panas. Ia mulai memikirkan kata-kata Mamanya, apakah benar ia harus melupakan cintanya dan melepas suaminya?
Seketika air matanya mengalir deras membasahi pipi. Rasa panas yang menjalar di pipinya perlahan mereda terkena tetesan air matanya.
Kenapa tidak ada yang mau mengerti perasaanku? Mencintai milik wanita lain aku tahu itu salah, tapi kenapa rasa ini ada? Tuhan, tolong cabut rasa ini. Periiihh!
Niki meremas baju di dadanya. Rasa panas dan sakit dipipinya, turun merambat ke dadanya. Ia membenarkan perkataan Mamanya, tapi hatinya menolak melepaskan Farel. Semua berawal dari rasa kagum dan kegilaannya mengucapkan perkaataan bohong, dan sekarang perasaannya semakin dalam setelah Farel mengucapkan sumpah pernikahan dan menciumnya dengan penuh cinta.
Niki bangkit dari atas ranjang, ia mengambil ponselnya yang berdenting di atas nakas. Pesan masuk dari suaminya menerbitkan senyuman di wajahnya yang kusut.
Namun senyuman itu berubah menjadi tangisan saat membaca pesan yang nampak di layar ponselnya. Bola matanya terus berputar-putar pada kata yang bertuliskan maaf, talak dan sejak saat ini bukan menjadi suami istri.
Niki mencoba membalas pesan dan menghubungi Farel, tapi tidak ada satupun yang masuk. Ia duduk termenung di lantai bersandarkan ranjang. Sudah tak ada lagi air mata yang menetes dipipinya. Matanya menerawang kosong ke langit-langit kamar.
Semua teman menjauhi dan memandangnya jijik, Mamanya tidak setuju dengan pilihan jalan hidupnya bahkan sampai menamparnya dan sekarang, pria yang ia perjuangkan meninggalkannya.
"Mungkin ini balasan yang harus aku terima. Bodohnya bisa jatuh cinta pada dia!" Niki mengusap bibirnya kasar.
Saat jari tangannya menyentuh bibir, Niki kembali menangis. Ingatannya melayang saat Farel berulang kali mengecup dan menciumnya dengan penuh perasaan. Saat itulah ia merasakan kalau cintanya berbalas, dijadikan yang keduapun ia tetap ikhlas asalkan Farel yang menjadi suaminya.
Tangan Niki merambat naik ke pipinya, air matanya semakin mengalir saat mengingat telapak tangan Mamanya yang panas dan perih masih terasa melekat di sana.
"Kalau tidak ada yang menginginkan aku, untuk apa aku bertahan?"
Niki berdiri dan langsung memasukan beberapa lembar pakaian sekedarnya ke dalam tas. Saat matahari belum terbit sepenuhnya, Niki berjalan mengendap keluar rumah. Langkah kakinya membawa Niki ke stasiun kereta dengan tas ransel di punggungnya. Mau kemana ia juga tidak tahu. Ia hanya ingin menjauh dari semua yang menyakiti hatinya.
Di kampus, Farel kecewa saat tidak mendapati istri kecilnya di dalam kelas. Setengah pikirannya berada di luar kampus, mencari dan menduga-duga keadaan Niki sekarang.
Kemarin sepanjang hari ia dibuat jengkel karena ponselnya hilang entah kemana dan baru ditemukan terjatuh di bawah mobil yang sudah lama terparkir di garasi.
Saat akan menghubungi istri kecilnya itu nomernya sudah tidak bisa dihubungi dan semua pesan yang ia simpan sudah terhapus.
Begitu selesai mengisi kelas di kampus, Farel langsung melesat pulang ke apartment. Namun sekali lagi ia harus menelan kekecewaan karena tidak mendapati istri kecilnya di sana. Farel langsung memutar kemudinya ke arah rumah orangtua Niki.
"Selamat siang." Senyum lebar yang ia siapkan saat pintu rumah terbuka, menghilang saat wajah garang Papa Niki muncul di balik pintu.
Bugh! Papa Niki menghantam Farel tepat di rahangnya.
"Serakah!" seru Papa Niki. Telunjuknya terarah tepat di depan wajah Farel, "Kembalikan anak saya, dia tidak pantas untuk kamu!"
Farel jatuh terjengkang dengan darah mengalir dari sela-sela bibirnya. Ia masih duduk di lantai teras dengan mulut terbuka ternganga tak percaya. Sebelumnya disambut ramah dan sekarang disambut dengan pukulan keras.
"Ada apa?" tanyanya bingung.
"Dosen macam kamu sudah menikah tapi masih menginginkan mahasiswimu. Niki saya kuliahkan bukan untuk menjadi simpananmu!"
Farel tertunduk dengan masih duduk di lantai. Ia sekarang mengerti jika status pernikahannya sudah diketahui oleh orangtua Niki.
"Katakan dimana kamu sembunyikan anakku!" Papa Niki menarik kerah baju Farel hingga pria itu berdiri dari duduknya.
...❤️🤍...
Mampir ke karya temanku ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
kalea rizuky
wong niki aja gatel pelakor meski bener jalan nya salah woyyyy
2024-10-05
0
Yulianst
maap sebelum nya mau nayak aku g baca kisa mama si Niki langsung baca yg ini itu aku mau nanyak umur di marisa dan mama si Niki itu berapa y kok bisa sebaya dan umur si farel berapa?
2023-07-29
2
memei
semoga orang tua farel tau kelakuan Marisa dan tau itu Marisa hamil bukan anak farel ..yakin lgsg di tendang Marisa dari keluarga farel,mana mau punya cucu bukan darah daging anaknya
2022-09-02
1