Niki menoleh ke arah kanan dan kirinya, mengharap seseorang datang dan menolongnya. Namun keberuntungan rupanya sedang tidak berpihak padanya, Marisa dan dua kawannya itu, semakin mendesak tubuhnya ke arah tembok.
"Tanyakan saja sama suami Mba, saya ini siapanya dia?" tantang Niki.
"Aku ga percaya suamiku berselingkuh, apalagi dengan model seperti kamu. Kamu pasti sudah menipu dan menjebaknya," tuduh Marisa. Niki hanya diam karena apa yang dikatakan Marisa memang ada benarnya. Farel tidak pernah berpaling dari istrinya, tapi ia lah yang memaksa agar Farel membagi hati untuknya.
"Terserah." Niki berusaha santai mengambil barang belanjaannya yang tercecer di jalanan.
"Semua ini belanja menggunakan uang suamiku, kamu tidak berhak memilikinya." Marisa merampas tas belanjaan dari tangan Niki, "Aku akan cari tahu siapa kamu, dan jangan bermimpi bisa mendapatkan cinta dari suamiku." Marisa memandangnya dengan sinis.
"Ambil saja, aku bisa beli sendiri," ucap Niki tak acuh. Ia malas kalau bertengkar hanya karena berebut makanan ringan dan kebutuhan wanita.
Marisa dan kedua temannya meninggalkan Niki di pinggir jalan. Setelah mobil Marisa tidak lagi nampak, Niki segera masuk ke dalam apartement. Ia harus bersiap menghadapi kemarahan Farel, setelah istri pertamanya tahu tentang hubungan mereka.
"Apa setelah ini aku langsung diceraikan?" Niki menggigit kukunya panik. Ia memilih mematikan ponselnya karena belum siap menghadapi kemarahan Farel.
Sementara itu di rumah Farel, Marisa melempar tas belanjaan Niki ke atas ranjang. Farel yang sedang duduk bersandar sembari membaca buku, terlonjak kaget melihat makanan kecil dan perlengkapan kebutuhan wanita berhamburan di atas ranjang.
"Apa ini? kamu habis belanja?"
"Bukan aku yang belanja, tapi ja langmu!"
Awalnya Farel tidak paham dengan tuduhan Marisa, namun begitu melihat isi tas belanja yang kebanyakan makanan ringan khas anak remaja, ia mulai mengerti siapa yang istrinya sebut ja lang.
"Apa maksudmu?" Farel masih berusaha nampak tenang.
"Masih berpura-pura? apa perlu aku seret perempuan itu kedepanmu?"
"Perempuan yang mana?" Farel masih bersikukuh.
"Aku kira kamu pria yang baik. Aku kira kamu akan setia, tapi ternyata sama brengseknya!" Marisa melemparkan ponselnya yang menampilkan sebuah video saat ia berdebat dengan Niki. Salah satu temannya sempat mengambil video saat Marisa melabrak Niki. Mata Farel terbelalak, sekarang ia sudah tidak bisa berkelit lagi
"Dasar bajingan!" Marisa melempar sepatu yang dikenakannya ke wajah suaminya.
"Echa!" seru Farel terkejut dengan perlakuan istrinya. Selama pernikahan mereka walaupun tanpa cinta, istrinya itu tidak pernah berlaku kurang ajar padanya. Mulutnya memang kerap kali menyakiti dan tangannya hanya sebatas memukul dan pernah menamparnya, tapi melemparnya dengan sepatu tepat di bagian wajah, baginya ini sudah kelewatan.
"Apa! kamu ga terima aku sebut pria bajingan? kamu lebih dari bajingan, karena kamu laki-laki yang munafik!" Marisa semakin histeris.
"Lalu bagaimana denganmu! berkacalah, wanita seperti apa dirimu. Apa kamu sudah menjadi istri yang baik selama kita menikah?" Farel kali ini tidak mau mengalah dan hanya diam. Kesabarannya mulai habis sejak alas kaki istrinya mengenai wajahnya. Harga dirinya sebagai lelaki seakan terinjak.
"Ada apa denganmu? apa yang dilakukan perempuan ja lang itu sampai kamu berubah?" Marisa memicingkan mata sinis.
"Jangan sebut dia ja lang dia istriku." Kalimat itu lolos begitu saja dari mulutnya.
"A-apa? kamu bilang apa?" Marisa maju dan mendorong dada suaminya dengan keras.
"Kamu sudah dengar, dia istriku." Mata Farel masih tertuju ke arah layar ponsel Marisa yang masih berputar. Ia merasa kasihan pada istri kecilnya yang terpojok oleh tiga wanita bertubuh tinggi.
"Ba-bagaimana bisa Farel!" Marisa semakin histeris. Ia mulai memukul dada Farel membabi buta. Farel menahan tangan Marisa saat tangan istrinya itu hendak menamparnya untuk kesekian kalinya.
"Cukup, Echa! sekarang kamu tahu bagaimana rasanya dikhianati? Aku sudah cukup lama bersabar dengan perbuatanmu. Aku sudah tidak punya muka lagi di depan orangtuaku. Kamu terang-terangan berselingkuh dengan dia!" Farel mencengkram erat pergelangan tangan Marisa.
"Kamu tahu aku mencintai dia, lalu kenapa sekarang kamu marah? apa karena perempuan itu?"
"Bukan. Dia tidak tahu apa-apa tentang kita, jangan libatkan dia dalam permasalahan rumah tangga kita. Ini semua tentang kamu."
"Kamu jangan memutarbalikan cerita, sekarang jelas-jelas kamu berselingkuh dari aku. Kamu menikah lagi! dasar brengsek!" Marisa kembali menandang dan memukul suaminya dengan keras.
"Pukul saja sampai kamu puas." Farel membiarkan tubuhnya jadi pelampiasan amarah istrinya.
"Aku ga terima, kalau sampai kamu masih berhubungan dengan dia. Aku akan buat perhitungan dengannya." Marisa mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah Farel, setelah itu ia langsung menyambar tas dan ponselnya lalu pergi dari rumah.
Farel mengacak-acak rambutnya. Ia tidak menyangka akan secepat ini pernikahan keduanya diketahui oleh istrinya. Memang ia menikah dengan Niki karena terpaksa, tapi rasa tanggungjawabnya sebagai seorang suami, tidak bisa ia abaikan begitu saja. Apalagi melihat begitu besarnya rasa cinta istri kecilnya itu pada dirinya, membuat hatinya luluh.
Farel mengemas kembali semua belanjaan Niki ke dalam tas. Ia mencoba menghubungi istri kecilnya itu, tapi hanya suara operator yang menjawab. Ia benar-benar khawatir sekarang dengan kondisi Niki, setelah dilabrak oleh Marisa dan kedua temannya.
Farel langsung menyambar kunci mobil dan meluncur menuju ke arah apartement tempat tinggal Niki. Sepanjang perjalanan, ia terus berusaha mencoba menghubungi istri kecilnya itu.
Sampai di apartement, panggilan Farel masih belum dijawab. Farel menekan bel pintu berkali-kali seakan tidak sabar menunggu pintu di buka.
"Bapak?" Niki sempat terkejut melihat Farel di depan pintu kamarnya selarut ini.
"Kamu tidak apa-apa? apa yang dia lakukan sama kamu? mana yang sakit?" Farel menangkup pipi Niki dengan kedua tangannya. Ia membolak-balikan kepala Niki, mencari sekiranya ada luka di wajah mungil itu.
"Saya ga apa-apa, Pak. Justru Bapak yang luka." Niki menyentuh rahang Farel yang berdarah seperti terkena goresan kuku yang tajam.
"Auchh." Farel meringis kesakitan. Ia baru sadar kalau banyak luka di wajahnya.
"Bapak bertengkar ya sama Mba Marisa." Niki menunduk takut.
"Syukurlah kamu ga apa-apa." Farel memeluk erat istri kecilnya. Niki terkesiap dengan gerakan tiba-tiba Farel. Ia tidak menyangka Farel akan memeluknya. Malah ia sempat berpikir, suaminya itu akan marah besar dan mencacinya.
Ini pelukan kedua setelah pernikahan mereka. Farel semakin berani dan ringan mekakukan kontak fisik dengan Niki, terlebih ia merasa harus melindungi Niki sebagai istrinya.
"Saya ga apa-apa, Pak." Niki kembali menegaskan. Perlahan ia melepaskan pelukan suaminya. Bukan karena tidak suka, tapi degub jantungnya semakin berantakan.
"Ini punyamu. Maaf mungkin sebagian sudah remuk. Kamu nanti beli lagi ya." Farel menyerahkan tas belanja ke tangan Niki.
"Kartu Bapak sekarang ada di Mba Marisa. Ga usah diambil lagi, saya masih punya uang kalau hanya sekedar belanja makanan kecil."
"Jangan. Kebutuhanmu sekecil apapun, itu tanggungjawabku." Farel mengusap kepala Niki dengan lembut.
...❤️🤍...
Mampir juga kesini yuk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Mawar berduri
ampunnnnn aku...kok ada laki2 sebodoh farel hanya krn cinta mati rela di KDRT 🤬🤦♀️
2023-03-06
1
Mawar berduri
wanita jalang. membagi tubuhnya dgn selingkuhannya wlo sdh mantan & mengkhianatin suami yg tulus mencingainya. lbh baik niki...wlo dia penggoda tp cintanya tulus pd farel
2023-03-06
0
Zidan Ibrahim
kok ak seneng ya liat marisa ngamuk" gitu dan salut sma niki...smangat thor💪🤭🙏
2023-02-11
0