"Yanti?"
"Kok malah kaget, pacar kamu ya?" teman kampus Niki berusaha melihat wajah Farel yang langsung memalingkan wajah, saat mengetahui ada mahasiswa lainnya di dalam cafe.
"Pak, ada Yanti." Niki yang tidak paham situasi malah mencolek pundak Farel. Ia merasa bangga bisa mengajak jalan dosen yang menjadi buah bibir di kampusnya. Sebaliknya Farel merasa semakin kesal dengan tingkah laku Niki.
"Pak?" Yanti semakin penasaran dengan sosok yang membelakanginya.
"Eh, ada kalian." Farel terpaksa menunjukan wajahnya.
Begitu berbalik ia terkejut, ternyata tidak hanya satu mahasiswa yang mengenalnya ada di sana, tapi ada dua lagi berdiri di belakang Yanti. Farel semakin lemas lagi, saat Niki melambaikan tangan ke arah meja di pojok ruangan. Di sana duduk sekelompok mahasiswa lainnya.
"Pak Farel?" Mata Yanti dan kedua teman di belakangnya seketika membulat, "Bapak jalan hanya berdua dengan Niki?" tanya Yanti tak percaya.
"Rencananya sa---"
"Kita habis nonton film Ivanna, serem loh. Kalian sudah nonton belum?" Niki memotong perkataan Farel. Ia takut kebohongannya tidak mengajak teman-teman lainnya untuk nonton bersama terbongkar.
"Nonton berdua?" Yanti mengabaikan pertanyaan Niki, ia masih belum percaya dosen muda mereka jalan berdua dengan salah satu Mahasiwinya.
"Sebenarnya bu----"
"Pak, makanannya sudah siap. Kita duduk di sana yuk." Niki kembali memotong penjelasan Farel. Ia mengarahkan dosennya itu ke tempat duduk yang jauh dari teman-temannya.
"Kita makan duluan ya, gengs. Takut kemalaman," ucap Niki sembari berjalan meninggalkan Yanti dan teman lainnya yang masih melongo.
"Niki, kamu harus menjelaskan sama teman-temanmu," ucap Farel setelah mereka duduk menikmati makanannya masing-masing.
"Menjelaskan apa, Pak?"
"Menjelaskan kalau saya tidak ada apa-apa dengan kamu. Mereka dari tadi lihat kesini terus, saya jadi ga enak. Apa ga lebih baik kita duduk bergabung dengan mereka dari pada hanya berdua bisa menimbulkan fitnah." Dari sudut matanya Farel bisa melihat, teman-teman Niki sedang memperhatikan mereka berdua dengan penasaran.
"Kita memang tidak ada apa-apa 'kan, Pak." Ucapan Niki membuat wajah Farel merah padam, "Saya ga mau duduk sama mereka, karena di sana ada Tomi, dia ngejar-ngejar saya, Pak. Saya ga suka." Niki tidak sepenuhnya berbohong, di antara teman-temannya itu ada pria yang mengejarnya meski sudah berkali-kali ia tolak.
"Sebaiknya kamu cepat habiskan makananmu, kita segera pulang," ucap Farel tegas. Ia semakin tidak nyaman karena tiap gerak geriknya serasa dipantau oleh sekumpulan mahasiswanya.
Walau keberatan dan masih belum puas berduaan dengan dosennya itu, Niki tetap menurut saat Farel memaksanya untuk segera pulang.
Sampai di rumah Niki, Papa dan Mamanya sudah berdiri di depan teras dengan wajah khawatir. Farel sebagai pria yang bertanggung jawab dan juga tenaga pengajar, ikut turun mengantar Niki sampai di depan orangtuanya.
"Kenapa sampai malam sekali sih, Niki?" Mamanya yang pertama kali menegur begitu keduanya sampai di depan mereka. Sedangkan Papa Niki, menatap lurus ke arah pria yang mengantar anak gadisnya pulang.
"Filmnya panjang dan kita dapat jam tayang yang terakhir," ucap Niki membela diri.
"Maaf, kami kemalaman," ucap Farel sopan.
"Namamu siapa?" Papa Niki mengamati Farel dari atas sampai bawah.
"Nama saya Farel Artama. Saya Dosen Niki di kampus."
"Dosen?" ucap Papa dan Mama Niki bersamaan.
"Hehehe, sudah malam. Pak Farel besok ada jadwal mengajar pagi 'kan, Pak? Da da, Pak terima kasih sudah diantar, sampai ketemu besok." Niki menggiring dosennya sampai di depan pagar.
"Niki, saya belum pamit sama orangtuamu," protes Farel.
"Nanti saya pamitkan." Terpaksa dari jauh Farel membungkukan badan dan tersenyum ke arah kedua orangtua Niki.
"Kamu jalan berdua sama dosenmu?" kejar Papa Niki setelah mereka semua masuk ke dalam rumah.
"Ganteng ya, Pa." Niki tidak menjawab, ia malah tersenyum lebar sembari membayangkan saat di bioskop berdua.
"Papa tidak melarang kamu punya hubungan dengan siapapun, tapi kalau dengan dosen di saat kamu masih belajar di kampus itu Papa ga setuju. Banyak yang akan curiga dengan hasil ujianmu. Sebentar lagi kamu sudah selesai, sabarlah dulu kalau kamu benar punya hubungan dengan dia."
"Ya, Papa sayang tenang aja." Pesan Papanya bagaikan angin lewat di telinga Niki yang sedang berbunga-bunga.
Seperti pepatah lebih mudah membendung sungai dari pada menghentikan gosip, begitulah berita tentang kedekatan Niki dan Farel yang tersiar di seantero kampus Biru.
Berita tentang Niki dan Farel yang hanya makan dan nonton bioskop berdua saja, berkembang menjadi cerita tentang hubungan terlarang antara dosen dan mahasiswi di area kampus.
Farel yang semakin gerah dengan berita yang beredar, mulai menjaga jarak dengan Niki. Namun tanggungjawabnya sebagai dosen pembimbing tidak bisa begitu saja ia abaikan.
"Selamat siang, Pak." Kepala Niki menyembul dari pintu ruang Farel yang sedikit terbuka. Merasa sudah dekat dan akrab, Niki semakin berani menemui Farel walaupun tanpa alasan.
"Ada apa, Niki?" tanya Farel. Ada nada tak suka di suaranya. Ia baru saja disindir oleh teman sesama dosen tentang kedekatannya dengan mahasiswi bimbingannya.
"Mau konsultasi," ujar Niki dengan nada genit.
"Jadwal bimbinganmu dengan saya minggu depan. Kalau kamu masih merasa kurang, kamu bisa tanyakan pada Bu Anna, beliau juga termasuk dosen pembimbing untuk materi yang kamu pilih." Farel berkata dengan cepat tanpa mau melihat ke arah Niki.
"Tapi saya mau sama Bapak." Niki bersikukuh.
"Maaf saya ga bisa. Mahasiswa yang harus saya bimbing tidak hanya kamu," ucap Farel tegas. Niki mengkerucutkan bibirnya kesal karena merasa ditolak.
Tindakan yang dilakukan Farel tidak mengurangi berita yang beredar, bahkan bumbu-bumbu penyedap pun banyak ditaburkan di dalam kisah mereka.
Dada Niki berdegub saat berjalan ke ruangan Ibu Andin, Dekan fakultasnya. Ia lebih terkejut lagi saat dipersilahkan masuk, ada Farel juga di sana. Suasana di dalam ruangan terasa mencekam di dukung dengan wajah suram dari petinggi kampusnya.
"Duduk, Niki," titah Bu Andin. Niki sekilas melirik ke arah Farel, aura wajah pria itu sangat gelap. Hampir seminggu Farel tidak membalas dan membaca pesan singkatnya, meski itu tentang tugas akhirnya.
"Saya ingin mendengar dari kamu, tentang berita di luar sana. Apa benar kamu dan Pak Farel ada hubungan spesial?"
"Hu-hubungan spesial bagaimana yang Ibu maksud?" Niki kembali melirik Farel yang ternyata sedang menatapnya tajam.
"Saya yakin kamu tahu maksud saya."
"Pak Farel dosen pembimbing saya," ujar Niki diplomatis.
"Benar 'kan kata saya. Saya tidak ada hubungan apa-apa dengan dia. Berita di luar hanya gosip karena melihat kami sering bertemu, padahal hanya untuk membicarakan tugas. Tidak mungkin saya punya hubungan dengan mahasiswi, karena saya sudah menikah dan saya sangat mencintai istri saya." timpal Farel sembari menunjukkan cincin di jari manisnya.
Niki meremas tas di pelukannya mendengar kata cinta yang ditujukan Farel untuk istrinya.
"Dua kali," ucap Niki tanpa diminta.
"Apa yang dua kali?" tanya Bu Andin. Semua mata tertuju kearahnya.
"Saya dan Pak Farel sudah dua kali tidur bersama," ucap Niki lugas.
...❤️🤍...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Ursula Ursula
cinta bodoh
2023-05-25
1
Elisabeth Ratna Susanti
top 👍
2023-05-22
0
Sukma Wati
ampun nih gadis gak tanggung-tanggung dgn niatnya jd pelakor
2023-01-05
2