"Terus saya sama siapa?" Niki mulai panik saat akan ditinggal di apartement yang baginya sangat asing.
"Kamu tinggal di sini sendiri, berani 'kan? Ini untuk kebutuhanmu sehari-hari, kamu bisa belanja di mini market di bawah. Kalau kurang, kabari saya saja." Farel menaruh sebuah kartu debit di atas meja lalu berbalik menuju pintu keluar.
"Pak! saya ga mau sendiri, saya takut."Niki sedang tidak berbohong ia benar-benar takut ditinggal sendiri.
"Maaf, Niki saya harus pulang dari tadi istri menanyakan saya ada di mana." Farel menunjukan pesan singkat dari Marisa.
"Saya juga istri Bapak sekarang!" Niki mulai merajuk.
Farel mengacak rambutnya kesal. Tentu ia tidak lupa sudah mengucapkan janji pernikahan di depan orangtua Niki. Pernikahan mereka meski terkesan memaksa, tapi sah secara agama dan sekarang gadis di depannya ini juga menjadi tanggung jawabnya secara penuh.
"Tolong mengerti saya, Niki. Saya sudah mengikuti permintaan gilamu untuk menikah dan kita sudah sepakat, istri saya jangan sampai tahu tentang pernikahan ini. Kali ini saya minta kamu menurut." Farel berkata dengan tegas.
Niki mengeratkan genggaman tangannya pada tali tas yang menggantung di pundaknya. Rasa cemburu mulai merambati hatinya begitu Farel mengatakan istriku, tapi bukan untuknya melainkan wanita yang lain.
Melihat Niki tidak membalas perkataannya, Farel keluar dari kamar apartement Niki dan segera menuju ke rumahnya. Marisa baru sore tadi datang dari Singapura setelah berlibur bersama teman-temannya. Namun Farel sangat tahu, di antara teman yang disebutkan Marisa ada Galih mantan terindah istrinya yang juga sudah menikah dan bahkan memiliki anak.
"Hai, Sayang. Jam berapa sampai?" Begitu turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah, Farel langsung menghampiri Marisa yang duduk di sofa ruang tamu.
"Kemana aja kamu?" Tangan Farel yang akan melingkar di bahu Marisa ditepisnya dengan kasar.
"Ngumpul sama teman," sahut Farel pelan.
"Kamu tahu, aku ga suka kalau pulang di rumah ga ada orang." Marisa berjalan ke arah dapur meninggalkan Farel yang masih berusaha tersenyum.
"Iya, maaf. Aku bawakan sate yang kamu suka. Kita makan sama-sama yuk." Farel membuka bungkus sate yang tadi ia beli sebelum sampai di rumah.
"Aku sudah makan." Marisa melirik sekilas ke arah piring yang disediakan Farel untuknya lalu masuk ke dalam kamar.
Farel menatap kosong dua piring sate beserta lontong yang belum tersentuh di atas meja. Masih teringat saat ia berdebat dengan pembeli lainnya, meminta agar pesanannya didahulukan hanya demi melihat istrinya menyantap sate kesukaannya.
Istri. Tiba-tiba Farel teringat jika ia mempunyai istri selain Marisa. Istri kecil yang ia tinggalkan sendiri di sebuah apartement di malam pertama mereka. Farel kembali meremas rambutnya, ia merasa menjadi pria yang breng sek, meninggalkan seorang wanita muda seorang diri di tempat asing. Bahkan ia sebagai suami tidak menanyakan apakah istri kecilnya itu ingin makan sesuatu.
Farel mengirim pesan ke nomer ponsel Niki, berharap istri kecilnya itu segera menjawab. Sementara itu sepeninggal Farel, Niki menangis meratapi kebodohannya sendiri. Angannya sebagai cinderella yang menikah dengan pria idamannya musnah di malam pertama. Ia berpikir telah berhasil memiliki Farel, tapi ia lupa kehidupan pernikahan tidak berhenti pada saat mengucapkan janji. Namun itu adalah awal dari segalanya.
Niki menggigit roti berisi coklat sisa dari acara pernikahaannya tadi pagi yang sempat ia masukan ke dalam tas. Rasanya mulai hambar bercampur air mata, tapi rasa lapar perutnya memaksa untuk menelannya.
Niki mengambil ponsel yang berdenting dari dalam tasnya. Kontak ponsel bernama suamiku mengirim pesan menanyakan apakah ia sudah makan. Niki tersenyum miris sambil mengirim foto roti yang sudah tinggal setengah. Maaf. Satu kata balasan yang ia terima membuat air matanya kembali mengalir.
Semangat, Niki. Ini yang kamu mau, kamu harus kuat. Yakinlah suatu saat Farel akan membalas perasaan cintamu. Niki menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.
Esok paginya Niki ke kampus berjalan kaki. Benar kata Farel, apartement yang dipilih sangat dekat dengan kampus.
"Hai, Niki jalan kaki sendiri? mana suaminya?" Sapaan pertama di pagi hari dengan statusnya sebagai istri dosen. Sayangnya sapaan itu terdengar tidak ramah, bahkan terkesan mengejeknya.
"Suami aku capek, maklum malam pertama," sahut Niki tak acuh sembari mengibaskan rambutnya. Ia terus berjalan tak memberi kesempatan mulut-mulut sinis mempengaruhi perasaannya pagi ini.
Masuk ke dalam kelas, ia langsung di sambut dengan banyaknya pertanyaan. Belum pan tatnya menyentuh bangku, teman-temannya sudah berkerumun di sekelilingnya.
"Niki, benar beritanya kamu nikah sama Pak Farel?"
"Kok bisa, Nik. Cerita dong."
"Sudah kenal berapa lama?"
"Kok mendadak sih, hamidun ya?"
"Dengar ya bestie, aku dan Farelku tersayang jatuh cinta pada pandangan pertama. Yaaah, namanya sudah cinta ya pingin cepat dihalalkan dong ya. Hamidun? ga lah, kalau mendadak iya, maklum beliau ga sabar ingin memiliki aku," bual Niki.
Tak satupun mahasiswa di kampusnya yang tahu jika Farel sudah mempunyai istri sebelumnya, karena dosen baru dan penampilannya yang tergolong masih terlihat sangat muda.
"Selamat pagi." Suara berat yang ia rindukan terdengar di ambang pintu.
Bisik-bisik mulai terdengar, beberapa teman Niki malah dengan berani menggoda sepasang pengantin baru itu. Mereka sedang menunggu saat-saat kemesraan yang akan dipamerkan Niki dan Farel.
"Sudah selesai ributnya? bisa saya mulai kelas ini?" Tak seperti biasanya, Farel mengajar tanpa senyum. Suaranya yang datar dan dingin membuat teman-teman Niki bertanya dalam hati. Sampai jam mata kuliah selesai, Farel masih menghindari kontak mata dengan Niki.
Niki mengetuk pintu ruangan Farel, dari dalam terdengar suaminya itu sedang berbincang dengan nada lembut.
"Kamu mau makan soto daging di jalan revolusi? nanti aku lewatkan."
"Permisi, Pak." Niki membuka pintu dan menyembulkan kepalanya sedikit. Telapak tangan Farel mengisyaratkan agar Niki menunggu ia selesai telepon.
"Ya udah, aku jemput kamu kita makan sama-sama di sana."
"Love you, Sayang." Farel selalu berusaha mengakhiri percakapannya dengan kalimat yang sama meski wanita di seberang sana tidak pernah membalasnya.
"Ada apa, Niki?" tanya Farel tanpa rasa bersalah.
"Istri Bapak ya? Baru nyadar, saya belum tahu namanya." Niki mencoba tersenyum.
"Marisa," sahut Farel singkat.
"Pingin kenalan."
"Jangan macam-macam kamu," ucap Farel tegas.
"Cuman kepingin, ga boleh juga ga apa-apa. Pasti cantik, Bapak sepertinya cinta sekali ya?" tanya Niki tanpa berusaha menutupi rasa cemburunya.
"Cantik. Sangat cantik."
"Cantik mana sama aku?"
Farel menghentikan jarinya di depan laptop. Ia mengalihkan pandangannya ke arah gadis muda yang ada di depannya.
...❤️🤍...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Ursula Ursula
Gak suka saja pemeran ceweknya Mrahan
2023-05-25
1
moerni🍉🍉
kaget lo..aku...
ga nyangka...sampai bikin fitnah gini...sampai akhirnya nikah juga...
wow...alur cerita yg beda. ..sama cerita kak Aveei yg lain...
2022-12-12
0
Teh icha
niki niki, kamu tuh terkesan memaksa. meski memang lebih baik Farel smaa kamu, tapi gak gitu caranya. main fitnah, kaya ngejebak gitu, terkesan murahan..
galau mau ngedukung farel sama siapa... hm
2022-09-26
0