"Aku sudah bertemu dengan istrinya." Suara Marisa semakin lirih. Hatinya semakin terluka dan kosong. Ia merasa tidak diinginkan oleh dua pria yang dulu sangat memujanya.
"Kamu yakin? Atau itu hanya akal-akalannya dia saja?"
"Entalah."
"Aku akan bicara sama Farel. Kamu jangan khawatir, ingat kandunganmu." Galih mengusap perut dan mengecup rambutnya. Inilah yang membuat ia semakin sulit untuk lepas dari jerat pesona Galih. Sebesar apapun kesalahan yang pria itu lakukan, ia selalu dapat memaafkannya, "Nanti malam, ajak Farel bertemu denganku." Keduanya mengakhiri pertemuan itu dengan cumbuan panas di dalam mobil Galih.
Sorenya saat Farel baru saja pulang dan sedang membuka sepatunya, Marisa mendekati suaminya dengan hati-hati. Setelah sikap dingin Farel, ia semakin takut bertindak seenaknya lagi pada suaminya.
"Farel, nanti malam ada waktu? Galih ingin bertemu."
"Mau apa dia?" Farel memicingkan matanya. Dulu memang mereka bersahabat erat, namun setelah Marisa menerima pinangannya tapi masih berhubungan dengan Galih secara terang-terangan, ia menganggap sahabatnya itu tak lebih seperti bajingan.
"Mungkin kangen ngumpul lagi." Marisa tersenyum kecil saat Farel menganggukkan kepala walau terlihat enggan.
Malamnya Farel dan Marisa sudah sampai di sebuah Mall tempat yang sudah ditetapkan oleh Galih. Ternyata Galih tidak datang seorang diri, ia membawa Delilah yang sedang mengandung dan anaknya pertamanya yang masih berusia satu tahun.
Marisa sempat terkejut, tapi ia dengan cepat menyembunyikan raut wajah kecewanya. Sedangkan Galih menyambut kedatangan mereka seolah tanpa merasa bersalah. Farel melirik ke arah istrinya, ia tahu Marisa sedang merasa sedih dan cemburu bercampur menjadi satu.
"Lama ga ketemu." Galih memeluk sahabatnya dan menepuk-nepuk punggungnya seolah hubungan mereka baik-baik saja. Farel hanya menanggapi dengan senyuman tipis. Andaikan tidak ada Delilah dan putrinya, mungkin ia akan membalik meja yang penuh dengan makanan.
"Aku dengar kamu sekarang mengajar ya?" Galih melirik sekilas pada Marisa. Sebelumnya Marisa sudah memberitahu jika istri kedua Farel adalah mahasiswi di kampusnya.
Farel kembali mengangguk dan tersenyum tipis, ia benar-benar merasa muak duduk berhadapan dengan Galih. Ia merasa kasihan melihat Delilah yang tampak bahagia dengan kehamilannya, tanpa tahu betapa busuk suaminya.
"Sepertinya, Mas Farel sudah pingin punya bayi?" celetuk Delilah saat mendapati mata Farel terarah ke perutnya.
"Pasti dong, Sayang. Semua pasangan yang menikah pasti menginginkan adanya keturunan dari pernikahan mereka." Galih mengusap perut buncit istrinya.
Farel yang melihat itu merasa muak luar biasa, sedangkan tangan Marisa terus meremas rok panjangnya.
"Sayang, katanya kamu mau cari perlengkapan bayi? Marisa mungkin bisa menemanimu jalan, aku ingin berbincang dengan sahabat terbaiku ini." Galih memberi kode pada Marisa dengan gerakan alisnya.
"Kita jalan-jalan yuk." Marisa menggandeng putri pertama Galih.
"Hati-hati ya, Sayang." Hampir saja Marisa menjawab, karena Galih juga memanggilnya dengan sebutan yang sama.
Sepeninggal Marisa dan Delilah, ketegangan di meja makan tercipta.
"Apa yang mau kau bicarakan denganku? Aku yakin bukan untuk berbicara tentang masa pertemanan kita." Farel mengangkat sudut bibirnya sinis.
"Marisa hamil," ucap Galih tanpa basa basi. Wajah ramah yang ditunjukkan tadi sudah hilang entah kemana. Farel nampak tidak begitu terkejut, ia sudah sangat paham apa yang dilakukan Marisa dan Galih jika mereka berlibur hanya berdua.
"Kamu mau meminta agar aku mengembalikan Marisa?" Farel terkekeh sinis, ia merasa geli sekaligus geram karena pernikahan dianggap mainan.
"Bukan. Aku minta kamu menjaga Marisa."
"Hah? Yang dia kandung itu sudah jelas anakmu. Aku di atas kertas memang suaminya, tapi di atas ranjang kamu yang ambil peranan." Farel susah payah mengatur emosinya agar suaranya tidak terdengar oleh pengunjung yang lain.
"Aku tahu, sekali lagi aku minta tolong padamu. Jaga Marisa dan anakku," ucap Galih tanpa beban.
"Gila! Kenapa tak kau jaga sendiri? Nikahi saja dia."
"Kamu sudah berubah, Farel. Dulu kamu begitu bahagia saat bisa menikah dengan Marisa. Apa benar kamu sudah menikah lagi?"
"Aku dulu memang sangat bahagia, tapi bukan berarti aku menikah dengan Marisa tapi dia tetap menjalin hubungan dengan kamu! Pernikahan macam apa itu!" Farel mengabaikan pertanyaan Galih tentang pernikahannya yang kedua, karena baginya masalah ini tidak ada sangkut pautnya dengan Niki.
"Siapa perempuan itu," desak Galih, ia pun mengabaikan ucapan tajam Farel.
"Bukan urusanmu!"
"Berarti benar kamu sudah menikah lagi. Aku harap, kamu tidak meninggalkan Marisa, ia membutuhkanmu."
"Dia butuh kamu, bukan aku."
Sementara keduanya sedang berdebat, di sisi lainnya dalam Mall yang sama, ada Niki dan Mamanya sedang duduk di sebuah kedai donat ternama.
"Apa benar dugaan, Mama tadi?" Mama memandang tajam putrinya yang tampak gelisah.
"Jawab Mama, Niki. Mengapa di dalam kamar mandi dan kamar di apartement yang kamu tinggali, tidak ada satupun barang milik suamimu?" kejar Mama
Sewaktu berkunjung ke apartment, Mama mulai curiga karena di dalam kamar mandi hanya ada perlengkapan mandi milik wanita, sikat gigi pun hanya ada satu. Merasa belum yakin, Mama berpura-pura sakit dan minta berbaring di dalam kamar. Tanpa sepengetahuan Niki dan Farel, Mama membuka semua lemari dan hasilnya sama. Tidak ada selembar pun baju milik Farel di dalam lemari.
"Barang Farel masih sedikit, Ma. Ada kok di dalam koper, mungkin Mama ga lihat," ucap Niki dengan kepala tertunduk. Ia tidak biasa berbohong di depan orangtuanya.
"Perasaan Mama mengatakan ada yang tidak beres. Kalau sampai benar apa yang Mama duga, kamu harus pulang kembali ke rumah."
"Bu Ghea?" Ketegangan mereka teralihkan saat ada yang memanggil Mama Niki. Kedai donat yang terbuka, memungkinkan pejalan kaki yang melintas dapat melihat siapapun yang ada di dalamnya.
Niki membeku saat melihat siapa yang memanggil nama Mamanya, tapi tak hanya dia sang pemanggil pun tampak terkejut saat menyadari siapa yang bersama mantan atasannya.
"Marisa, apa kabar?" Mama Niki tampak akrab memeluk kawan lamanya. Marisa balas memeluk, tapi matanya menyelidik ke arah Niki.
"Baik. Kamu bagaimana?" sahut Marisa basa-basi. Matanya masih menatap tajam Niki yang terus menunduk.
"Seperti yang kamu lihat, ibu rumah tangga yang bahagia," kelakar Mama Niki.
"Lagi santai rupanya, ini siapa?"
"Kenalkan ini putri satu-satunya." Mama Niki mencolek lengan putrinya agar memberi salam pada Marisa.
"Marisa," ucap Marisa dengan senyum penuh arti.
"Niki," sahut Niki pelan.
"Pemalu sekali rupanya anakmu," sindir Marisa, "Ini anakmu dengan yang dulu itu 'kan?" tanya Marisa seolah baru ingat, padahal ia sedang mengolok kejadian 20tahun yang lalu. Mama Niki tersenyum tipis, ia tampak tidak nyaman dengan nada bicara Marisa.
...❤️🤍...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
kalea rizuky
bentar mama niki nikah umur brp kokk temenan sama Marisa berarti Marisa tua bgt donk
2024-10-05
0
LangitBiru
Emang bermasalah otak si galih dam marisa
2023-07-10
1
in Dy~Ka
galih nitipnya ga tanggung2, paket lengkap mintanya
2022-09-25
0