Usai sarapan bersama Salma pamit ke sekolah untuk mengajar, sedangkan Arsyad tidak ke kantor karena di hari sabtu dan minggu kantor Arsyad libur. Di hari sabtu Salma hanya mengajar sampai jam 10 pagi, itu pun hanya diisi dengan kegiatan menyanyi dan mewarnai saja.
Zahira dan Darren masih berada di rumah ibu mertuanya, rencananya Darren akan mengajak Zahira kerumah orangtuanya yang ada di Semarang. Namun Zahira menolak, akan ada baiknya jika Zahira membahas masalah rumah tangganya bersama kedua orangtuanya agar ibunya tidak lagi menduga-duga.
Darren akhirnya memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu yang penting mengenai dirinya juga Zahira. Darren menemui ayah mertuanya yang sedang duduk santai di teras sambil menikmati kopi hitamnya dan koran di tangannya.
"Ayah bisakah Darren bicara sesuatu yang menuruti Darren ini sangat penting? tanya Darren pada ayah mertuanya sedikit ragu.
"Ada hal penting apa Darren? tanya Arsyad serius.
"Ini mengenai masalah hubungan Darren juga Zahira, Yah," ucap Darren takut. Zahira pun berjalan mendekati ayahnya memegang erat telapak tangan Arsyad.
"Ayah sebaiknya kita bicarakan ini di dalam saja, Yah bersama ibu," pinta Zahira memohon.
"Ya, sudah kita masuk ke dalam," ucap Arsyad pasrah. Atikah menatap wajah sendu Zahira, tiba-tiba saja perasaannya jadi semakin tidak enak.
Mereka duduk dengan wajah datar dan dingin, dengan tatap mata yang saling melempar pandang satu sama lain. Aura kecemasan semakin terlihat, Zahira nampak pucat dengan keringat dingin yang mengaliri pelipisnya terlihat dari jilbabnya yang sudah basah disisi kanan dan kirinya.
"Ayah, ibu Darren sangat-sangat meminta maaf, pada Ayah juga ibu atas pernyataan Darren. Yang akan menyakiti hati dan perasaan Zahira. Ayah dan ibu pasti sangat kecewa, Darren kesini untuk meminta restu dari Zahira untuk menikahi wanita pilihan ibu."
Zahira sontak memejamkan matanya dengan air mata yang lolos begitu saja, ucapan Darren sangat mengejutkan hingga membuat dada Atikah terasa nyeri dan sesak. Hingga tidak mampu berkata-kata, Arsyad yang shok mencoba menetralkan amarah juga aliran darahnya yang mendadak terasa panas.
"Darren sebelum Kau mengatakan ini semua apa Kau berpikir akan perasaan Zahira. Dia istrimu Darren masih bernyawa belum meninggal." ucap Atikah ibu mertuanya berapi-api.
"Ibu!" ucap Zahira lirih dengan wajah basahnya dengan air mata yang tak hentinya luruh. Arsyad mengepalkan kedua tangannya menahan marah yang akan meledak dengan darah yang terasa mendidih.
Darren hanya mampu menundukkan kepalanya, merasa berat akan menghadapi kenyataan pahit diantara dua pilihan. Antara Zahira dan keinginannya ibunya yang sakit karena menginginkan seorang cucu.
"Darren minta maaf, tapi ini semua bukan keinginan Darren. Dan ini sangat berat Darren hadapi sendiri, keinginan Ibu untuk memiliki cucu sangat besar. Ibu menaruh harapan besarnya, karena Darren anak tunggal. Ibu sakit dan kesehatannya sangat menurun ibu ingin memiliki cucu di akhir hidupnya."
"Darren seharusnya Kamu bisa memberi pengertian pada ibumu, jika jodoh, maut adalah hak tuhan. Apa lagi masalah keturunan semua Allah yang menentukan, jika tuhan belum menghendaki sekuat apa pun manusia berusaha Allah tetap akan menundanya." jelas Arsyad yang bersusah payah menahan amarahnya.
Tiba-tiba saja pandangan Zahira menjadi kabur dan gelap karena tidak tahan dengan ucapan Darren. Zahira ingin beranjak dari duduknya dan pergi ke kamar, namun tubuhnya seketika lemah bagai tak bertulang. Zahira pun terjatuh dan pingsan dengan sigap Darren meraih tubuh ringkih istrinya.
"Zahira!" teriak Atikah dan Arsyad bersamaan.
"Kakak!" teriak Salma setengah berlari mendekati Zahira yang sudah tidak sadarkan diri di pelukan suaminya. Darren segera menggendong tubuh istrinya ke dalam kamar. Atikah sangat khawatir akan keadaan putrinya, menghadapi masalah rumah tangganya yang rumit
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments