Rita baru saja akan menelpon Ruli, putranya. Namun ponselnya lebih dulu berdering tertera nama Ruli di layar ponselnya.
~ Hallo, sayang mama tahu kamu pasti menghubungi mama.
~Iya, Ma. Sore nanti Ruli setuju ke rum noah Om Arsyad.
~ Benar begitu, sayang! Mama senang dengarnya. Ya sudah, mama kasih tahu papa dulu. Bye Ruli sayang.
Rita mengakhiri panggilan telpon putranya dan segera menghubungi suaminya di sekolah. Malik ArranSyah dalah Kepala Sekolah Tunas Mandiri, Sekolah Menengah Atas yang di dirikan oleh keluarga besar Malik sendiri.
Setelah berkeliling beberapa ruang kelas, dan memberi nasehat serta arahan pada kelas yang kosong guru. Karena guru mata pelajaran tersebut cuti izin sakit, dan Malik meminta para siswa membuka buku pelajaran sesuai jadwal.
"Oke, semuanya. Kalian bisa buka materinya sekarang. Ingat! Jangan, buat ke gaduhan! ujarnya tegas. Sebagai kepala sekolah. Malik melangkah keluar di langkah keduanya terhenti setelah mendengar ponselnya bergetar di saku seragam dinasnya.
"Rita!" gumam Malik menatap layar ponselnya.
~ Ya, Ma. Ada masalah apa?
~ Pah, barusan Ruli telpon mama. Dia bilang nanti sore dia siap ke rumah Pak Arsyad.
~ Yang benar itu, Mah? Serius?
Malik mengakhiri panggilan telpon dari istrinya, dan lebih memilih pulang ke rumah untuk membahas itu semua. Belum sampai satu meter melangkah sudah terdengar suara bising bersorak ria dari arah kelas yang baru saja di hampirinya. Malik hanya menoleh tanpa lagi kembali ke kelas, menurutnya urusannya jauh lebih penting.
*
Setibanya di rumah Malik bertanya pada Rita memastikan, jika ucapannya di telpon itu benar. Mendengar suara langkah kaki yang saling berbenturan antara sepatu dan lantai. Rita pun segera menemui suaminya.
"Mah, benar begitu, apa yang Ruli sampaikan ke mama? tanya Malik sekali lagi.
"Iya, benar Pah. Mama nggak salah denger." jawab mama Rita antusias.
Malik pun menelpon keluarga sahabatnya, Arsyad. Memberitahu untuk menyambut kedatangannya sore nanti. Tanpa harus bersusah payah Malik sudah merpersiapkan semuanya sebelum, tinggal menunggu bel di rumah berdering. Barang pesanan akan datang seliweran.
Ting....."
Bel pertama berbunyi, jasa pengantar barang membawa macam-macam barang hantaran lengkap. Malik membuka pintu depan dan cukup memberi tanda tangannya sebagai bukti syah.
Ting....."
Bel ke dua berbunyi, kurir dari ekpedisi lain datang membawa parsel buah. Dan aneka kue kering yang terbungkus rapih dengan pita merah yang indah. Yang terakhir parsel dengan kotak khusus, sebuah paket perhiasan lengkap. Yang menjadi Toko emas langganan keluarga Malik. Setelah menerima tanda bukti, serta mengambil foto penerina barang. Kurir itu pun pergi setelah menerima uang tip.
Sedangkan Rita hanya memandang heran, pada semua barang yang sudah memenuhi lantai ruang tamu.
"Ini semua papa yang pesan sendiri?" tanya Rita bingung.
"Benar, Mah!" jawab Malik santai.
"Ko, nggak, libatin mama, sih...Pah? tanya Rita lagi kini dengan nada kesalnya.
" Bukan begitu, Mah! Iya, papa minta karna nggak libatin mama dalam hal ini. Mama tahu sendiri Ruli kasih keputusan mendadak kan, Ma? Jadi papa pesan semuanya tadi, saat perjalanan ke rumah."
Ting....."
Bel kembali berbunyi. Malik melangkah heran, menuju pintu depan.
"Papa, pesan apa lagi?" tanya Rita yang masih dengan mode kesalnya.
"Enggak, ko, Ma. Papah cuma pesan itu aja! jawab Malik yang juga ikut bingung.
"Lama amat, sih buka pintu aja! umpat Ruli kesal. Kini giliran Rita yang membuka kan pintu depan.
"Bibi....Lama banget sih, buka pin-tu..."! Suara Ruli yang tadi lantang tiba-tiba, melemah dan terjeda.
"Ma...Mah!" ucap Ruli terbata.
"Gak, perlu marah-marah, sayang! Udah mau nikah, nanti kalo istri kamu takut gimana?"
"Ya, habis, lama!" ujarnya seraya mencium punggung tangan mamanya. "Ini apa-an lagi berantakan di jalan? ucap Ruli kembali kesal.
"Ruli, ini semua nanti kita bawa ke rumah Bapak Arsyad." jelas Rita lembut.
"Terserah lah! Ribet," ucap Ruli sambil berlalu menuju kamarnya.
"Siapa, Mah tadi yang datang? tanya Malik sambil menuruni anak tangga. Dengan penampilan nya yang lebih fresh dan rapih.
"Bukan siapa-siapa, Pah. Ruli anak kita," jawab Rita sambil menepikan parsel-parsel di lantai.
Ya, sudah, sekarang mama yang siap-siap, sana! Biar Papa yang atur sama mang Usman."
Rita pun bersiap-siap. Sedangkan Malik dan supir kantor membereskan hantaran ke dalam mobil. Setelah Rita siap dengan setelan brukatnya, Rita mencoba menemui putranya di kamar. Apakah dia juga sudah siap atau belum?
"Sayang, kamu sudah siap belum, sayang?" tanya Rita dari balik pintu.
Karna lama tidak mendapat jawaban dari dalam, akhirnya Rita masuk kedalam. Yang kebetulan tidak Ruli kunci dari dalam. Rita sedikit marah pada Ruli yang masih saja belum siap dan masih memakai kemeja kantor yang ia pakai pagi tadi.
"Ruli....?" Kenapa belum siap,Nak?" Tanya Rita setengah berteriak. "Bersiap lah, Ruli, sebelum papa naik. Dan mama lah yang bertanggung jawab atas semua ini."
"Iya, Mah. Ruli pasti siap-siap, Mamah sama Papa tunggu aja di bawah!" pinta Ruli pada mamanya. Rita pun turun dan menunggunya di bawah.
Tidak lebih dari 15 menit, Ruli telah siap dengan setelan kemejanya dan jas dengan warna senada. Mama dan papanya pun senang dengan penampilan Ruli yang kelihatan tampan dan gagah. Mereka pun siap menuju di kediaman rumah Bapak Arsyad.
*
Salma nampak gugup menyambut kedatangan keluarga sahabat ayahnya. Meski pernah bertemu Ruli tapi itu dulu sewaktu mereka masih sama-sama berusia 8 tahun. Lama tidak bertemu karna Ruli harus menempuh pendidikan di luar negri. Dan kembali setelah menerima gelar MBA nya di London.
"Kamu kenapa, Salma? Atikah menatap wajah Salma sedikit pucat.
" Salma, tidak apa-apa, Bu. Mungkin karna gugup ini yang pertama kali untuk Salma." Ucap Salma jujur.
"Bismillah, Nak. Yakin lah pada cara tuhan yang mendekatkan pada jodohmu." Salma mengangkuk pelan.
"Salma.....Bu....Liha lah! Mobil calon besan Kita sudah memasuki halam rumah." Teriak Arsyad senang melihat dua mobil memasuki halaman rumahnya.
Atikah melangkah keluar melihat sekilas dan kembali masuk kedalam untuk bersiap menyambut calon besannya. Sementara Salma masih dengan rasa gugupnya, yang memenuhi dadanya. Hingga jantungnya tak hentinya berdebar, dan debaran jantungnya pun semakin cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Dehan
hallo kak author, penjahit cantik mampir lagi..
sudah di favoritin ya kak..
jangan lupa dukung balik ya kak
2022-11-25
0
Ni.Mar
Heee kazur mksh dah mampir
2022-10-06
0
ɳσҽɾ
Ya ampun Ruli kesannya cuek gitu. Harap harap cemas deh mereka saling suka pada pandangan pertama
2022-10-06
2