Mobil Ruli telah memasuki halaman rumah Salma, Ruli turun dan menyapa calon ayah mertuanya yang nampak sedang memangkas rumput dan tanaman hias yang mulai tinggi.
" Assalamualaikum, Ayah!"
"Waalaikumsalam, Nak Ruli?!" jawab Arsyad sambil menepuk-nepuk tangan, meletakkan gunting rumputnya. Ruli mencium punggung tangan calon ayah mertuanya dengan hikmad.
"Tangan ayah kotor, Ruli," ucap Arsyad merasa tidak enak, Ruli hanya tersenyum simpul. Mendengar percakapan ayahnya di luar Salma segera keluar setelah pamit pada ibu juga kakanya. Dua pria yang berbeda usia itu pun menatap Salma bersamaan.
"Mas Ruli, mau masuk dulu?" tawar Salma sekedar bas-basi.
"Kita langsung berangkat aja, Salma," tolaknya lembut.
"Kalian mau kesana sekarang?" tanya Arsyad penasaran.
"Tidak, ayah Salma mau kerumah sakit sebentar untuk jenguk murid. Salma minta tolong Mas Ruli untuk mengantarkan Salma kesana, Yah."
"Ya, sudah hati-hati di jalan! Biar nanti ayah, dan ibumu, juga kakakmu kesana duluan."
Ruli membukakan pintu mobil untuk Salma setelah kembali berpamitan pada ayahnya, Ruli segera masuk kedalam mobil. Dan menyalakan mesin kemudi, hingga akhirnya bergerak mundur meninggalkan halaman. Arsyad kembali melanjutkan aktifitasnya yang tertunda.
Di dalam mobil suasana kembali canggung, Ruli mencoba bertanya untuk sekedar mencairkan suasana yang menurutnya sedikit kaku. "Memangnya siapa yang sakit?" tanya Ruli akhirnya.
"Tommy, salah satu murid Salma di TK." jawab Salma seadanya. Sesekali melirik Ruli di sebelahnya, tanpa berani menatap wajahnya.
...---------------...
Sesampainya di rumah sakit, Ruli memasuki loby, dan mencari tempat parkir yang masih bisa di tempatinya. Mereka pun turun berjalan bersisian, meski tidak terlalu dekat. Namun rasa malu dan canggung diantara mereka masih saja ada. Kedua tangan Ruli yang awalnya berada dalam saku celana bahannya. Tiba-tiba saja meraih telapak tangan Salma, ia pun terkejut akan sikap Ruli yang mendadak berubah agresif. Salma melirik tangannya yang sudah berada di genggaman tangan pria yang tidak lama lagi akan menjadi suaminya.
"Aku, akan menjadi calon imammu dalam waktu dekat ini. Jadi apa Kau tetap akan menerima perjodohan ini? tanya Ruli tiba-tiba. yang berhasil membuat debaran di hatinya
"Ya, Aku tetap menerima perjodohan ini. Kita melakukannya demi orangtua kita masing-masing bukan?" jawab Salma membuat hati Ruli sedikit mencelos. Tidak terasa langkahnya menyusuri koridor rumah sakit hampir sampai di ruangan VIP, tempat Tommy di rawat. Obrolan mereka pun terhenti ketika mereka sama-sama sampai di depan pintu ruangan.
Tok....tokkkk..!!
Salma mengetuk pintu ruangan, dan masuk setelah seseorang membukakan pintu dari dalam.
"Assalamualaikum! ucap Ruli dan Salma bersamaan.
"Wa'alaikumsalam, silahkan masuk Bu Salma," jawab Nyonya Widia, dengan melempar senyum pada pria tampan di samping Salma. Yang di yakini oma Tommy, jika pria yang datang berasam Salma adalah suami dari guru cucunya. "Silahkan! ucap Nyonya Widia menunjuk sofa dengan ibu jarinya pada kedua pasangan tersebut.
"Bagaimana keadaan Tommy, sekarang Nonya?" tanya Salma cemas, dengan menyentuh kening Tommy dengan punggung tangannya.
"Sebenarnya keadaan Tommy sudah lebih baik, suhu tubuhnya juga sudah normal. Hanya saja tadi sempat menangis minta di jenguk Bu Salma." papar Oma Widia, menatap cucunya yang tertidur efek setelah minum obat.
Pandangan Oma Widia beralih pada pria tampan yang berada di sebelah Salma. "Suami Bu Salma ternyata sangat tampan," goda Oma Widia membuat Ruli terkekeh. Wajah Salma tiba-tiba merona ketika Ruli lagi-lagi meraih telapak tangannya. Jantungnya semakin bergemuruh tak terkendali, ia pun tidak bisa menyembunyikan wajah merahnya menahan malu. Rengekan Tommy yang terbangun dari tidurnya mampu menetralkan suasana yang sempat membuat tubuhnya kaku serta bibirnya kelu.
Oma widia segera bangkit dari sofa mendekati brankar, sebelum bangkit Salma menatap Ruli sebagai kode izin padanya. Yang di balas anggukan kepala Ruli sebagai tanda jika Salma bisa menghampiri Tommy muridnya. Salma duduk di kursi di samping brankar mengusap rambut Tommy lembut.
"Bu gulu Salma, Tommy kangen ibu gulu. Tommy besok mau masuk sekolah," ucap Tommy yang masih sayup-sayup mengantuk.
"Iya, sayang besok Tommy sudah bisa masuk sekolah. Bertemu teman-teman Tommy belajar dan bermain bersama lagi." ujar Salma lembut, Tommy mengangguk paham. Dengan pandangan tertuju pada Ruli yang sibuk memainkan ponselnya.
"Om ganteng itu, ciapa bu gulu? tanyanya dengan suara polosnya. Ruli mendengar celoteh cadelnya pun tersenyum.
"Om itu namanya, om Ruli teman bu Salma," jawab Salma apa adanya. Karena tidak mungkin Salma menjelaskan pada anak yang baru berusia 4 tahun, jika Ruli adalah calon suaminya. Pasti anak polos itu akan bertanya apa itu calon suami? Salma pun bertanya pada Tommy ketika menelponnya tadi.
"Tommy tadi telpon bu Salma? Tahu nomor bu Salma dari mana sayang? tanya Salma penasaran.
"Maaf, Bu Salma tadi saya izin minta kontak nomor bu Salma pada Kepala Sekolah," ucap Regan yang baru saja masuk ruangan. Semua mata tertuju pada kedatangan Regan yang baru saja selesai meeting di luar kantor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments