Malik menatap putranya dengan tatapan mengintrogasi, tanpa ada percakapan. Ruli naik ke lantai dua menuju kamarnya. Sebelum tidur ia membersihkan diri cukup mencuci muka, gosok gigi dan cuci kaki lalu mengganti bajunya dengan yang lebih nyaman.
"Mama lihatkan bagaimana sikap Ruli? Papah dari dulu nggak setuju dia jadi pebisnis, lebih baik Ruli jadi guru, dosen paling tidak menggantikan papa sebagai kepala sekolah." ucap Malik sedikit kesal pada kebiasaan Ruli yang lupa waktu pulang.
"Papa udah, ya marah-marahnya nanti darah tinggi papa kumat. Jangan bikin mama sedih, Pah!" Rita mengusap punggung suaminya meredam sedikit marahnya.
Sementara Ruli dibuat gelisah akan bayang-bayang Salma. Ketika ia menabrak motornya dan kejadian beberapa jam yang lalu, yang hampir membuat dirinya juga Salma hampir celaka. Lambat laun Ruli pun tertidur setelah wajah Salma memenuhi pikirannya.
Paginya di kediaman keluarga Salma, setelah acara makan pagi bersama selesai. Darren pamit pada ayah dan ibu mertuanya, untuk ke Semarang menjemput orangtuanya. Dan mengajaknya menemui Zahira membahas masalah rumah tangganya yang masih belum mendapatkan titik terang.
"Zahira, Mas pamit ke Semarang. Mungkin lusa Mas baru balik lagi kesini bersama ayah dan ibu." pamit Darren pada Zahira yang menangis dalam pelukan suaminya.
"Mas, ini semua terasa berat bagiku. Ternyata cinta saja tidak cukup kuat untuk membuatku bertahan di tengah badai yang sedang mengombang-ambingkan biduk rumah tangga kita." tutur Zahira menangisi nasib rumah tangganya yang tidak tahu kemana arah tujuannya.
"Zahira, percayalah cinta yang Mas miliki selamanya hanya untukmu Zahira. Meski....!" Darren tidak mampu melanjutkan ucapannya.
"Meski apa, Mas? Meski Kau akan menikah lagi?" Zahira menatap manik hitam suaminya seakan menuntut jawaban darinya. Zahira mengusap air matanya beranjak dari duduk setelah Darren mengecup kening Zahira. Mereka keluar dari kamar untuk berpamitan pada ayah dan ibu mertuanya.
Arsyad dan Atikah berada di teras depan menikmati udara serta hangatnya matahari pagi. Salma menyiram tanaman serta bunga di taman, aktifitasnya terhenti saat Salma melihat kakaknya menyeret koper di tangannya serta kakak iparnya yang sudah berpakaian rapih.
"Kakak mau kemana? tanya Salma menjatuhkan selang air ke tanah. Arsyad dan Atikah menoleh ke belakang mencari keberadaan Zahira.
"Bukan kakak yang pergi, tapi Mas Darren," jawab Zahira menatap sekilas wajah suaminya. Darren melangkah keluar mengambil alih kopernya dari tangan Zahira.
"Ayah, Ibu, Darren izin pamit ke Semarang Insyaallah lusa Darren ke sini bersama ayah juga ibu." ucap Darren mencium punggung tangan ayah dan ibu mertuanya.
Darren pun pamit pada Salma meski adik iparnya masih bersikap acuh dan dingin terhadapnya. Tapi Salma masih menghormatinya sebagai kakaknya, Salma menyatukan kedua tangannya di dada sebagai Salam serta maafnya.
"Ayah dan ibu hanya mampu mendo'akan mu Darren. Kami berharap pernikahanmu dan Zahira bisa dipertahankan tanpa harus ada yang tersakiti." tutur Arsyad pada menantunya.
Darren menyeret kopernya dan menaruhnya ke bagasi mobil, Zahira mendekati Darren sebelum suaminya masuk ke dalam mobil. Mencium punggung tangan Darren "Hati-hati di jalan mas!" pesan Zahira pada suaminya.
Mobil pun segera meninggalkan pekarangan rumah. Zahira melangkah masuk ke dalam rumah, sebelumnya ia menatap wajah sendu ibunya dan memeluk Atikah sangat erat seakan ingin mengaduh akan perasaan hatinya.
"Sudahlah Zahira tidak perlu menangis lagi. Jika kita sudah berdo'a memohon yang terbaik kepadanya, maka kita hanya bisa pasrah. Menyerahkan segala urusan beban masalah kita pada yang kuasa, siapkan dirimu untuk bisa ikhlas. Dan semua keputusan itu ada di tanganmu, sayang," tutur Atikah memberi pengertian pada putrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments