"Dua panggilan tak terjawab," gumam Salma menatap layar ponselnya, dan beralih membuka pesan WhatsApp-nya.
~Salma, siang nanti motormu sudah bisa diantar ke rumah.
Salma pun mengerti jika pesan itu dari Ruli, calon suaminya. Membaca pesannya saja sudah membuat jantungnya berdebar tak karuan. Salma pun membalas pesan dari Ruli.
~ Terima kasih banyak Mas, maaf sudah merepotkan.
Balas Salma pada Ruli, mendengar notifikasi pesan masuk membuat Ruli mengulas senyuman setelah membaca pesan dari Salma.
Sebelum pulang Ruli mampir ke cafe sekedar mencari minum karena matahari semakin meninggi dan terik membuat tenggorokannya menjadi kering. Setibanya di cafe Ruli mencari tempat dan memanggil pelayan untuk memesan minuman dingin. Tanpa sengaja Ruli melihat Vano teman SMA-nya dulu saat masih duduk di bangku sekolah yang sedang duduk sendiri, ia pun segera mendekati Vano dan memberitahu pelayan jika ia pindah meja.
"Hey, loe Vano kan? tegur Ruli. Vano menatap Ruli mengerlingkan dahinya mencoba mengingat.
"Ruli?! jawab Vano setelah mengingat bayangannya pada Ruli ketika masih sama-sama berseragam putih abu-abu. "Kabar gimana sekarang? Denger-denger loe makin sukses aja!" Ruli hanya tersenyum singkat. Obrolannya terhenti sejenak kala pelayan mengantarkan minuman pesanan Ruli.
"Biasa aja, cuma sekarang gue pegang perusahaan sendiri," ucap Ruli merendah.
"Wah hebat banget hidup loe, Ruli. Istri loe pasti seneng banget dengan kesuksesan loe sekarang."
"Gue belum married baru mau proses," celetuknya membuat vano menggelengkan kepalanya tak percaya, jika temannya itu belum menikah.
"Seriusan loe? Gue nggak percaya secara cowok ganteng, sukses kaya loe nggak punya pasangan."
" Justru rumah tangga gue lagi runyem, perempuan sekarang banyak nuntutnya. Ya loe tau lah sekarang banyak banget perusahaan yang melakukan pengurangan karyawan, lagi-lagi masalah ekonomi dan keuangan bikin keluarga jadi banyak perbedaan pendapat. Ujung-ujungnya berantem." papar Vano mengungkapkan curahan hatinya.
"Dulu bukannya loe sama Winda sama-sama cinta sampai harus nikah muda karena loe takut Winda di ambil orang."
Vano menghela nafasnya kasar, diam sejenak membuang pandangannya pada objek sekitarnya. Ruli mengamati ada kegusaran pada wajah Vano, dan Vano menjelaskan sebab rumah tangganya tidak seharmonis dulu.
"Dulu gue sama Winda emang saling cinta, bahkan Kita berpikir menikah dengan adanya cinta akan melengkapi kebahagiaan rumah tangga Kita. Ya seiring berjalannya waktu pernikahan tidak selamanya mulus, pasti akan ada batu-batu kecil yang akan menjadi aral melintang berbagai macam masalah dalam rumah tangga. Seperti yang gue alami saat ini, gue jadi korban PHK di perusahaan sedangkan kebutuhan makin besar belum lagi biaya hidup dan lain-lain."
Ruli menghirup nafasnya panjang, mendengar curahan permasalahan rumah tangga temannya. Ia pun berpikir apakah perjodohanya antara Salma dan dirinya akan berakhir pada pernikahan yang sebentar lagi akan segera ditentukan dalam waktu dekat ini. Ternyata cinta saja belum cukup tanpa adanya saling komitmen saling mendukung, saling menerima kekurangan masing-masing, serta pentingnya rasa saling pengertian dikala suami atau istri mengalami masa tersulitnya untuk mendampingi dan saling menguatkan.
Vano menyesap kopinya yang telah dingin, melirik jam yang melingkar di tangannya secepatnya Vano menghabiskan sisa kopinya. Dan segera pamit pada Ruli teman lamanya.
"Sorry bro, gue mesti jemput anak gue di sekolah. Kapan-kapan kita sambung lagi." ucap Vano sambil menepuk pundak Ruli.
"Oke, biar sekalian gue bayar. Vano ini kartu nama gue loe bisa dateng ke kantor kalo loe ada waktu." Vano meraih kartu nama dari tangan Ruli dengan senyum binarnya. Seperti angin segar di padang tandus Vano menerimanya dengan senang hati.
"Thanks banget, Rul. Gue pasti sempetin ke kantor loe." Ruli mengangkuk pelan. Vano segera melangkah keluar menuju parkiran. Ruli menyesap minuman dinginnya yang tinggal setengah sebelum ia menuju meja kasir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments