Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga

03. Gerbang Kematian

Hawa aneh merayap keluar di sekitar lemari itu, hawa aneh seperti sewaktu Abigail berada di ruang makan beberapa malam yang lalu. Gembul menghampiri Abigail, “Abi, apa kau merasakan ada hawa aneh yang berasal dari lemari itu ?” bisiknya. Abigail mengangguk, ia menatap ke arah teman-temannya, tampaknya bukan Cuma dia yang merasakan hawa aneh ini, Fred dan yang lain juga merasakannya.

“Hawa di sekitar tempat ini, kok jadi aneh begini ?” tanya Ryan.

“Sepertinya kita tidak sendirian di tempat ini,” sambung Fred.

“Tidak ada siapa-siapa disini selain kita berempat saja,” sahut Ryan, “Sudahlah lebih cepat kita menemukan Farid, lebih baik... aku tidak tahan berada disini lama-lama” sambungnya.

Baru saja Ryan menutup mulutnya, Abigail mendengar namanya dipangil-panggil, “Abi ... Abigail ...” di telinga Abigail suara itu terdengar jelas sekali. Ia menatap ke sekeliling, “Fred, kau dengar itu ?” tanya Abigail pada Fred.

“Aku tidak mendengar apa-apa,” jawab Fred.

“Barusan aku mendengar namaku dipanggil-panggil seseorang,” ujar Abigail.

“Kau letih, Abi... istirahatlah, biar kami yang mencari Farid,” kata Fred sambil tersenyum.

“Tidak ! Sebelum aku menemukannya, aku tidak bisa beristirahat santai,”

Gembul menghampiri Abigail, “Kau benar, Abi... aku juga mendengarnya, tapi, bukan namamu yang dipanggil tetapi, namaku,”

Abigail tersentak, “Kau juga mengalaminya, bukan?” tanyanya kemudian.

Gembul mengangguk, “Sepertinya suara itu berasal tak jauh dari lemari hitam lagi aneh itu,”

Abigail menatap lemari itu dalam-dalam , ia terdiam seribu bahasa. “A ... bi ... ga... il...” kembali ia mendengar namanya dipanggil-panggil, memang asalnya tak jauh dari lemari itu.

“Baiklah, kita coba memeriksa disana, bawa kameramu sekalian,” ajak Abigail.

Gembul mengangguk, lalu berjalan mengikuti Abigail dari belakang. Begitu mereka menginjak lantai di sekitar lemari itu, mendadak lantai tempat kaki mereka berpijak jebol dan mereka berdua terperosok di dalamnya. Ryan dan Fred kaget, buru-buru berlari menghampiri, namun setelah melihat kerusakan lantai itu, mereka tidak berani ceroboh, “Abi ! Gembul ! Apakah kalian baik-baik saja ?!” seru Fred, sementara Ryan mengarahkan senternya ke dalam lubang yang gelap seakan tak berdasar itu. Tidak terdengar jawaban, yang terdengar hanyalah suara mereka sendiri yang semakin lama semakin jauh setelah itu hilang. Dari dalam lubang itu, muncul hawa dingin yang aneh,bulu kuduk mereka berdiri, sesuatu yang buruk dan menakutkan baru saja dimulai.

Abigail membuka kedua pelupuk matanya, ia mendapati tubuhnya terbaring di sebuah tempat yang gelap gulita. Teringatlah ia akan apa yang baru saja terjadi, ia menyalakan lampu senter dari hp-nya, tampak Gembul tergeletak tak jauh darinya. “Bangun, mbul... Kamu tidak apa-apa, bukan?” panggil Abigail sementara tangan kanannya menepuk-nepuk pipi berlemak Gembul.

Tak lama kemudian Gembul membuka matanya, “Aduh.. kepalaku,” katanya sambil memegangi kepalanya, “Dimana ini, kok gelap sekali ?” tanyanya kemudian sambil meraih lampu senter yang diikatkan pada pinggang sebelah kiri. Begitu senter menyala, barulah mereka dapat melihat keadaan di sekitarnya, untuk naik ke atas, tidak mungkin karena disamping jaraknya cukup jauh, tak ada lagi tangga untuk naik. Ruangan Bawah Tanah. Tidak ada penerangan sama sekali selain senter yang dipegang Gembul, itupun cahayanya terbatas sejauh 2 meter.

Luas ruangan sekitar 3 meter memanjang, mirip sebuah lorong dan hawanya begitu dingin menusuk, hawa tak biasa, siapapun yang memasuki ruangan ini seakan mereka berada di dunia lain.

Ruangan itu berdinding batu lembab, berlumut, terdapat guratan-guratan aneh memanjang di antara cat-catnya yang berwarna merah kehitaman. Disamping cat-catnya banyak yang terkelupas, warnanya pun kusam. Selain ditumbuhi lumut, akar-akar pepohonan tumbuh liar disana-sini, mirip urat-urat manusia yang menonjol di permukaan kulit.

Dengan perasaan was-was, Abigail dan Gembul berjalan menyusuri lorong-lorong yang seakan tak berbatas itu. Saat kaki-kaki mereka beradu dengan lantai yang dilapisi keramik licin dan kotor, terdengar suara gema memenuhi ruangan, seakan mereka tidak berjalan sendirian.

Mendadak mereka merasakan hembusan angin dingin menerpa rambutnya, menyusul telinga mereka menangkap suara tawa aneh seorang wanita yang menghilang perlahan-lahan ke arah lorong yang hendak mereka lalui. Abigail dan Gembul menghentikan langkah-langkahnya, mereka saling pandang, sesaat mereka ragu-ragu untuk melangkah. “Mbul, apakah kameramu menangkap sesuatu di depan sana ?” tanya Abigail setengah berbisik. Setelah memeriksa kameranya dan tak menangkap fenomena apa-apa, iamenggelengkan kepalanya, “Tidak ada apa-apa di depan sana,” katanya.

Mereka berdua kembali melangkah dengan hati-hati, sementara, Abigail menyorotkan senter hpnya ke segala penjuru ruangan dan menangkap sesosok bayangan wanita berbaju putih, berambut panjang berdiri menatap mereka. Jarak wanita itu dengan tempat Abigail berada kurang lebih 3 meter, “Mbul, tolong sorotkan kameramu ke depan sana,” ujar Abigail. Gembul segera mengarahkan kameranya ke arah yang ditunjuk Abigail, sepasang mata muda-mudi itu terbelalak manakala melihat apa yang terekam di kamera tersebut. Wanita berbaju putih itu memiliki postur tubuh yang sama dengan Abigail. Jika wanita itu tak mengenakan baju putih lusuh bergambar bunga matahari dan tidak berwajah pucat, Abigail seakan berdiri di depan cermin, “Kalau itu aku, lalu siapakah aku ini ?” katanya pada Gembul yang masih berdiri bagaikan patung.

Teringatlah Abigail akan foto yang tergantung di dinding ruangan lantai dua, “M... Mung ... Munginkah dia ?” ujarnya gugup, kepalanya serasa berat, ada sesuatu ingatan masa lalu seperti hendak keluar dari otaknya, seperti potongan film dengan adegan sama yang diputar berulang-ulang. Lutut Abigail serasa lemas, kepalanya pusing dan pandangannya berkunang-kunang, cara berdirinya tidak setegar tadi sementara tangan-tangannya meraba-raba hendak mencari pegangan.

“Abi, kau tidak apa-apa, bukan ?” tanya Gembul sambil buru-buru memegangi tangan Abigail. Belum sempat Abigail menjawab, ia mendengar namanya tengah dipanggil-panggil seseorang, sambil memegangi kepala, sepasang matanya tak melepaskan pandangan dari sosok wanita yang berdiri di depan sambil melambai-lambaikan tangannya.

Gembul kebingungan sekali, tak tahu apa yang harus dilakukannya selain memegangi tubuh Abigail yang sempoyongan, sementara wanita yang berdiri di hadapannya perlahan-lahan menghilang di dalam gelapnya ruangan itu. Kondisi Abigail belum stabil,maka, Gembul membantunya duduk di lantai.

Setelah mengatur nafas sejenak, barulah kondisi Abigail membaik, ia berdiri dan hendak kembali melangkahkan kakinya, namun, Gembul buru-buru membimbing Abigail, “Aku tidak apa-apa, mbul. Sudah agak baikan,” ujar Abigail. Gembul menarik nafas lega, “Syukurlah kalau begitu. Apa sebenarnya yang terjadi denganmu ?” tanyanya.

“Kau tahu ...” kata Abigail yang kemudian segera menceritakan apa yang terjadi, dimana di lantai dua, ia menemukan foto 2 orang gadis cilik yang memiliki perawakan tubuh dan wajah yang sama; salah satu dari mereka mengenakan kalung emas yang pada bandulnya terdapat ukiran nama “ABBY” dan “AMMY”. Wanita berbaju putih tadi juga memiliki kalung yang sama dengan kalung miliknya, tetapi, bandulnya terdapat ukiran nama “AMMY”. Dugaan Abigail, wanita itu dengan dirinya pasti ada hubungan erat, entah hubungan apa itu, dan ia bermaksud menemuinya.

Gembul mengerutkan keningnya, “Abby – Ammy, apa maksudnya Abigail-Amigail, mungkinkah kalian saudara kembar, ya?” katanya kemudian.

“Amigail, nama itu terasa dekat, akrab dan tak asing bagiku,” ujar Abigail.

“Abi, apakah kau yakin, Farid berada di tempat aneh ini ?” tanya Gembul.

“Entahlah,tetapi kita akan terus mencarinya. Ayo kita lanjutkan perjalanan ini; tentunya kita tak ingin selamanya disini, bukan?” ajak Abigail seraya menepuk bahu Gembul. Mereka berdua akhirnya kembali berjalan menyusuri lorong itu, entah apalagi yang akan mereka temui di depan sana.

Setelah berjalan sekian lama, tibalah mereka di sebuah belokan. Suasana bertambah gelap gulita, cahaya lampu senter mereka hanya mampu menerangi ruang itu kurang lebih 1 meter saja.

Belokan tersebut merupakan sebuah tikungan tajam dan menurun, tidak lagi dilapisi keramik, tetapi merupakan jalanan berbatu yang berlumut lagi licin, hawanya lebih dingin daripada lorong yang mereka lewati sebelumnya. Abigail dan Gembul menyorotkan senternya ke jalanan itu, “Rumah macam apa ini, banyak sekali jalanan-jalanan aneh,”

Abigail tertawa tawar, “Apa boleh buat ? Tidak mungkin kita kembali lagi, bukan ? tak ada cara lain lagi selain melewati jalanan ini, meski aku sendiri ketakutan,” katanya kemudian. Baru saja Abigail menutup mulutnya, tercium aroma busuk menyengat, dari arah belakang mereka terdengar suara rintihan seorang wanita, diiringi dengan bunyi seperti benda berat diseret-seret semakin lama semakin dekat. Mereka tersentak, buru-buru menoleh ke belakang namun, tidak ada siapa-siapa disana sementara, bau busuk itu kian tajam seakan berada tak jauh dari mereka.

Abigail membelalakkan mata, teringatlah kejadian beberapa waktu yang lalu sewaktu ia berada di lorong ruang makan menuju dapur. Jantungnya berdegub dengan kencang sekali, “Gembul, lebih cepat kita pergi dari tempat ini, kurasa itu lebih baik !” ajaknya. Gembul mengangguk dan segera berjalan mengikuti Abigail yang sudah berjalan setengah berlari di depan, “Abi... hati-hati, jalanan ini licin dan berbatu,” Gembul mengingatkan.

Mereka berdua berjalan menyusuri lorong itu, lorong itu begitu panjang seakan tak berujung. Entah berapa lama mereka berjalan, hingga akhirnya kaki-kaki mereka pegal dan lututnya serasa lemas dan jatuh terduduk di lantai. Nafas mereka tersengal-sengal, udara dingin di lorong itu seakan membekukan keringat yang membasahi sekujur tubuh mereka, sementara, mata mereka menatap jalanan di depannya yang hitam pekat dan masih panjang, “Lorong ini seakan tak berujung,” kata Abigail dengan nada setengah putus asa. “Rasanya tak mungkin Farid berada di tempat ini. Lorong ini rasanya tidak pernah dimasuki oleh orang, kecuali kita berdua,” Gembul menimpali, iapun tak kalah putus asanya dengan Abigail.

_____

Episodes
1 P R A K A T A :
2 Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3 Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4 Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5 Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6 Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7 Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8 Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9 Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10 Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11 Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12 Bab XI - Patung - Babak Pertama
13 Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14 Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15 Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16 Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17 Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18 Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19 Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20 Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21 Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22 Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23 Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24 Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25 Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26 Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27 Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28 Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29 Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30 Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31 Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32 Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33 Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34 Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35 Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36 Bab XXVIII : Malam Terakhir
37 Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38 Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39 Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40 Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41 Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42 Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43 Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )
Episodes

Updated 45 Episodes

1
P R A K A T A :
2
Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3
Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4
Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5
Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6
Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7
Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8
Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9
Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10
Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11
Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12
Bab XI - Patung - Babak Pertama
13
Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14
Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15
Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16
Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17
Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18
Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19
Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20
Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21
Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22
Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23
Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24
Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25
Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26
Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27
Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28
Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29
Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30
Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31
Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32
Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33
Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34
Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35
Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36
Bab XXVIII : Malam Terakhir
37
Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38
Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39
Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40
Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41
Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42
Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43
Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!