Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua

Angelica baru selesai menyanyikan lagu pamungkasnya pada konser amal untuk anak yatim piatu. Ia berjalan menyusuri jalanan lorong penginapan yang mengarah ke kamar tidurnya diikuti oleh beberapa orang bertubuh tinggi dan kekar.

Sepanjang perjalanan ia tak habis-habisnya membalas lambaian tangan juga melempar senyum sumringah kepada para penggemar fanatiknya yang berdiri berdesakan sepanjang jalan. “Terima kasih,” itulah yang selalu terlontar dari bibir sensualnya saat ada satu dua orang memberikan karangan bunga atau bingkisan berbagai ukuran kepadanya. Wajah cantiknya pun tak luput dari jepretan kamera para wartawan.

Terkadang harus berhenti sejenak, sekedar meluluskan permohonan para penggemarnya untuk foto bersama. Perjalanan yang seharusnya singkat menjadi tertunda, hingga akhirnya para pengawal melarang orang-orang itu berfoto ria. Hingga akhirnya perjalanan yang melelahkan itu berakhir setelah menikung pada jalanan sepi dan berhenti di depan pintu kamar yang agak tersembunyi dan jarang ada orang berlalu-lalang.

Pintu terbuka, sebelum para pengawalnya pergi, Angelica membagi bungkusan beraneka warna, ukuran dan bentuk itu pada mereka. Angelica menghela nafas panjang, ia melangkah masuk dan buru-buru menutup pintu. Pernak-pernik yang menghias tubuhnya ditanggalkan untuk kemudian melangkah ke kamar mandi. Guyuran air hangat membuatnya segar, kepulan asap tipis menutupi tubuhnya yang tinggi semapai, seksi dan tak ada garis-garis ketuaan terpeta di kulitnya yang kuning langsat itu. Sesaat Angelica menikmati rasa santainya, melupakan rasa letih, jenuh dan segala masalah yang ada di kepalanya.

Angelica keluar dari kamar mandi dengan handuk membungkus dada hingga pangkal pahanya. Sebagian air masih membasahi rambut, wajah dan leher tampak berkilauan bak butiran permata tertimpa cahaya lampu kamar.

Cantik. Sebuah kecantikan yang sempurna, untuk wanita yang menyandang gelar janda beranak tiga pada umumnya. Sepasang matanya mendadak terbelalak manakala menatap sesosok bayangan laki-laki duduk di tepi pembaringan. Dia membawa sebuah botol yang isinya tinggal setengah, aroma tidak sedap keluar dan menyebar ke segala penjuru ruangan.

Sepasang bola mata pria itu merah, wajahnya awut-awutan, pengaruh cairan dari dalam botol itu telah membuatnya mabuk berat.

“Tak heran, banyak pria jatuh hati padamu. Kau benar-benar cantik dan menawan,” kata pria itu.

“Mas Agus ... apa yang kaulakukan disini ? Darimana kau masuk ?”

“Aku ingin mengajakmu minum. Tak perlu kau tahu darimana aku masuk. Kemarilah temani aku minum,”

“Mas, saya tidak bisa minum minuman beralkohol seperti itu bahkan tidak menyukainya. Itu membuatku muntah. Lagipula hari sudah larut tak baik kiranya pria masuk kamar wanita saat larut begini. Bagaimana kata orang nanti,”

“Cih,” laki-laki itu tampak gusar, “Bahkan menemaniku minum saja tidak mau. Aku sudah melakukan semua yang kaumau. Apakah kau tak ingat bahwa kau bisa menjadi seperti ini, gara-gara aku pula. Kau sudah menolak cintaku berkali-kali, kutahan semuanya itu walau hati ini luka,”

“Mas Agus, sungguh aku tak bisa menerima cintamu. Kau sudah kuanggap seperti kakakku sendiri, aku menghormatimu dan aku ingin selamanya seperti itu. Hati dan cintaku hanyalah untuk Mas Andre seorang. Maafkan saya, mas ...”

“Aku tidak terima !!” teriak pria itu sambil melempar botol ke lantai, lalu berjalan menghampiri Angelica, “Malam ini, kau harus menjadi milikku. Tak ada orang lain lagi ! Lihat saja si Andre itu, dia sama sekali tak peduli denganmu, dia bersikap acuh tak acuh padamu. Mengapa kau masih saja mengharapkannya menjadi suamimu. Akulah yang seharusnya menjadi suamimu, bukan orang lain. Ayo, kemarilah temani aku bersenang-senang malam ini. Sekalipun kau berteriak, tak ada yang mendengarmu di tempat sepi ini,” katanya sambil hendak menarik handuk penutup badan Angelica, Angelica melompat mundur, wajahnya pucat pasi,” Mas, ingat siapa dirimu. Jangan biarkan minuman itu meracuni pikiranmu,”

Orang yang dipanggil dengan nama Agus itu tidak peduli, perbuatannya malah nekad mengejar kemanapun Angelica lari. Hingga akhirnya, tubuh wanita itu jatuh tersungkur. Agus semakin tak terkendali tangan-tangannya bergerak merobek kain penutup tubuh Angelica. Saat kain sudah tidak lagi menutupi tubuhnya, tangan wanita itu berusaha menutupi bagian kewanitaannya. Gagal, tenaganya lemah hingga akhirnya tangan-tangan kekar Agus mencengkeram pergelangan tangannya dan saat bibir Agus bergerak hendak menciumi wajah Angelica terdengar bunyi yang cukup keras dari arah pintu menyusul kemudian sebuah benda terbang dan mendarat di kepala Agus.

Agus tersentak, seketika itu pula ia merasakan rahang kiri dan kanannya sakit menyusul kemudian sebuah tenaga yang cukup besar melemparkan tubuhnya ke belakang jauh dari dimana tubuh Angelica terbaring lemas. Rasa penasaran, marah dan jengkel karena niatnya tak kesampaian adrenalinnya bergerak mencoba untuk melihat apa yang menyebabkannya terlempar. Seorang pemuda tinggi kurus berdiri sambil menatap dingin ke arahnya. Di pihak Angelica, wanita itu buru-buru mencari kain seadanya untuk menutupi tubuhnya yang terbuka. Di sudut bibirnya tersungging senyuman tipis. Entah ia harus sedih atau senang, apa yang selama ini diharapkan datang juga.

Andre berdiri tegak di antara Agus dan Angelica. Sepasang matanya yang dingin menusuk membuat Agus tak kuasa menahan amarahnya, “Siapakah kau ? Berani sekali kau memperlakukanku sedemikian rupa. Tak tahukah kau berhadapan dengan siapa ?”

Baru saja bibirnya ditutup sebuah tonjokan keras mendarat di wajahnya, tonjokan biasa saja tak bertenaga tapi mampu mematahkan tulang hidung dan merusak bibirnya darah merembes keluar saat wajah si penonjok sudah berada di dekat wajahnya. Tatapan dingin dan seperti tak ada tanda kehidupan membuat nyali Agus menciut.

Baru saja hendak melangkah keluar, ia merasakan bahu kanannya sakit sekali. Andre sudah menekan keras-keras bahu tersebut.

“A... apa yang kau lakukan ? Yah, aku tahu aku salah, kumohon ijinkan aku pergi,” pinta Agus, “Beri aku kemurahan hatimu,” sambungnya.

“Mas Agus,” sapa Angelica yang kini sudah berpakaian, “Saya sudah mengatakannya padamu, bahwa perasaan cinta dan sayang ini hanya untuk Mas Andre seorang, mengapa kau tega melakukan hal serendah itu ?” tanyanya.

“Ini ... ini bukanlah kemauanku. Tapi, aku ... aku... “ drummer itu menundukkan wajahnya dalam-dalam ke lantai. Ia terdiam lama sekali, itu membuat Andre hilang kesabaran, lagi-lagi bahu pria bertubul gempal itu ditekan kuat-kuat hingga menjerit-jerit kesakitan, “Baik ... baik... tolong lepaskan aku. Sakit sekali bahuku. Dia... dialah yang menyuruhku melakukan itu. Adin !”

Penjelasan Agus ini mengejutkan Andre berikut Angelica, “Ti .. tidak mungkin. Dia... dia adalah sahabat karibku. Mana mungkin dia setega itu ?” katanya.

“Bisa jadi,” sahut Andre sambil merogoh sakunya, ia mengeluarkan secarik kertas yang kemudian diberikan pada Angelica.

Sepasang mata Angelica terbelalak manakala membaca kalimat-kalimat yang tertera di atasnya :

“Mas Andre, aku tahu kau hubunganmu dengan Angelica saat ini kurang begitu baik. Aku Adin, adalah sahabat karibnya. Apa yang terjadi diantara kalian, dia telah mengatakannya padaku. Memang, hati seorang wanita yang telah disakiti, bisa menimbulkan bara api kebencian dan dendam. Ia melampiaskan semuanya itu pada Agus, drummer... kurasa kau tahu siapa orang itu. Drummer itu jatuh hati pada Angelica dan tak segan-segan untuk berbuat nekat. Berulang kali aku memperingatkan Angelica tentang hubungannya dengan Agus, aku khawatir kenekatan Agus bisa merusak karir juga masa depannya. Aku tak mampu mencegahnya. Aku percaya kau masih mencintai Angelica, hanya denganmulah Angelica masih mau mendengar nasihat-nasihatmu. Tolong, ya... ini alamat penginapan kami, jika kau ada kesempatan datanglah. Angelica pasti senang sekali melihat kedatanganmu. Sebagai sahabat yang baik, aku hanya bisa mendoakan agar kalian bisa bersatu dan hidup bahagia untuk selamanya...”

“Jadi dia mengirim surat ini kepadamu, mas ?” tanya Angelica.

Andre tak menjawab, karena merasa tak perlu menjawab pertanyaan konyol itu, “Antarkan aku menemui Adin. Sekarang !” tandas Andre pada Agus.

_____

Adin duduk termenung di ruang kamarnya, membayangkan namanya akan kembali melambung sebagai satu-satunya selebriti yang merajai dunia, ia membayangkan namanya sekelas Michael Jackson, Whitney Houston, Katty Perry, dan lain sebagainya. Namun, lamunannya buyar manakala telinganya mendengar pintu kamar diketuk orang.

Sepasang mata wanita berambut pirang itu terbelalak manakala di depan pintu sudah berdiri Pak Adam dan beberapa orang tidak ia kenal. “Selamat malam, pak. Ada yang bisa saya bantu ?” tanyanya ramah lalu mempersilahkan para tamunya masuk. Pak Adam berikut kawan-kawannya melangkah masuk, produser yang telah melambungkan nama banyak artis di perusahaannya itu duduk sambil mengangkat kaki kirinya, wajahnya menunjukkan rasa tidak senang, “Lihat perbuatanmu ! Kau telah mencoreng nama perusahaanku yang sudah punya nama harum selama puluhan tahun ini,” suaranya begitu berat dan membuat Adin salah tingkah.

“Maaf, pak... saya tidak mengerti apa yang bapak katakan,” ujar wanita itu tidak mengerti.

“Kau pura-pura bodoh atau apa ? Perbuatanmu benar-benar membuatku malu ...”

“Maaf, pak ... saya benar-benar tidak mengerti apa yang bapak bicarakan. Ada masalah apa gerangan ? Ijinkanlah saya membantu,"

“Masih saja kau berpura-pura. Kaupikir aku tak tahu dengan apa yang kaulakukan terhadap Angelica ?!” sambil berkata demikian Pak Adam mengeluarkan secarik kertas dan memberikannya pada Adin, “Apa ini bukan tulisan tanganmu ? Dengar ... percuma saja kau menipuku. Aku yang memungutmu dari jalanan hingga menjadi orang yang berguna, tapi, inikah balasnmu ?” sambungnya.

Adin membelalakkan matanya manakala melihat apa yang tertera di atas kertas yang disodorkan oleh Pak Adam. Itu adalah surat Adin pada Andre tentang Angelica. “Oh, ternyata masalah ini ? Bukankah ini adalah kenyataan. Mas Agus benar-benar jatuh hati padanya dan ingin sekali memiliki janda beranak tiga itu, saya tidak salah,” ujarnya acuh tak acuh.

“Lancang sekali, kau !! Kaupikir dengan mencampuri urusan pribadi orang, bisa mengembalikan masa-masa kejayaanmu ? Dengar, kau kuanggap sebagai anakku sendiri, demikian pula yang lain... mereka semua kuanggap sebagai anakku bahkan diantara mereka, kaulah yang paling kusayangi. Mengapa kau berbuat sedemikian rendahnya ?” ujar Pak Adam sambil menggebrak meja.

Adin tertawa, “Ha... ha... ha... kau pikir, aku tak tahu apa yang kau rencanakan, rubah tua ? Masa lalumu pun tak berbeda denganku. Entah sudah berapa banyak wanita yang kau tiduri, berapa banyak anak-anak yang lahir akibat perbuatanmu itu dan aku salah satunya. Kini kau hendak bersikap seolah-olah tak mengenalku, bersikap seolah-olah baik di mata orang lain, akan tetapi, semuanya ada maksud tertentu. Jangan kaukira aku tak tahu apa yang kau simpan dan kau gantung pada dinding-dinding kamarmu ...” Adin kemudian melangkah dan mengambil beberapa foto close up wanita-wanita muda, semuanya berwajah cantik dan menawan serta setengah telanjang. Termasuk foto ANGELICA yang tengah berada di kamar mandi, sambil menyodorkan itu ke hadapan Pak Adam ia berkata, “Kau juga ingin meniduriku dan jangan katakan bahwa kau tidak ingin memiliki janda beranak tiga itu juga,”

Baru saja Pak Adam membuka mulutnya, sebuah bayangan berkelebat menyambar foto-foto itu, semua orang membelalakkan mata manakala tahu siapa pemilik bayangan itu.

Sepasang mata bayangan itu menatap tajam ke arah Pak Adam, ada sorot kemerahan, sorot mata penuh dengan amarah ... Agus yang juga mendadak hadir di tempat itu tak berani memandang wajahnya lama-lama, karena tahu siapa pemilik sorot mata tajam dan menusuk itu. DIA ADALAH ANDRE.

“Jadi inikah yang Anda simpan selama ini ?” tanya Andre dingin.

Pak Adam menundukkan wajah dalam-dalam, ia malu untuk menjawab. Andre merasa tidak perlu menunggu jawaban dari pemilik studio rekaman ADAM’s RECORD itu, ditatapnya wajah Angelica dalam-dalam, “Kau sendiri ... bagaimana keputusanmu ?” tanyanya dingin.

“Aku... aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi. Lebih baik menjadi Pembantu Rumah Tangga daripada memiliki nama besar di perusahaan megah di luar tapi rapuh di dalam,” sahut Angelica bersungguh-sungguh.

“Lalu bagaimana dengan mereka ?” tanya Andre.

“Ada sebuah buku mengatakan ‘biarkan orang mati menguburkan orang mati’, apa peduliku,” sahut Angelica cepat lalu melangkah meninggalkan tempat itu diikuti oleh Andre.

_____

Rumah bertingkat dua itu, sederhana namun memiliki, arsitektur yang unik. Berdiri di tengah danau berair jernih dengan beraneka ragam jenis ikan yang tak terhitung jumlahnya berenang kesana-kemari. Sebagian berebut makanan yang ditebarkan oleh sepasang muda-mudi dari tempat mereka duduk, sebagian lagi berusaha menyambar umpan seorang anak berusia 13 tahun yang sedang memancing di seberang danau.

Udara pagi itu sejuk sekali, kabut masih melayang-layang turun dari lereng-lereng bukit dan pegunungan hijau yang melatar belakangi rumah kecil tersebut.

Kicauan burung dan hembusan semilir angin lembut seakan mengiringi canda dan tawa sepasang muda-mudi itu.

“Ibu, lihatlah ... Dayat mendapat ikan yang cukup besar, lihatlah !!” teriak anak berumur 13 tahun itu sambil mengangkat jorannya, sebuah ikan gurami yang cukup besar meronta-ronta hendak melepaskan mulutnya dari mata kail anak itu. Ini sudah kesekian kalinya anak itu bersorak-sorak kegirangan.

Sepasang muda-mudi itu menatap ke arah anak itu. “Lihatlah, kau belum tentu bisa memancing ikan gurami sebesar itu. Dayat benar-benar ahli memancing,” kata si pemudi yang tidak lain adalah ANGELICA kepada pemuda di sampingnya. Andre. Andre tak menjawab, hanya melempar senyum. Yah, mereka adalah Angelica dan Andre juga Dayat. Kini mereka hidup bahagia di sebuah tempat terpencil, tenang, damai dan berkecukupan. Inilah yang mereka cita-citakan bersama, saat kesetiaan mereka diuji dengan berbagai hal, saat mereka masih belum menyandang status sebagai SUAMI-ISTERI seperti sekarang ini.

( 02 – Maret -2019 )

Terpopuler

Comments

Kardi Kardi

Kardi Kardi

kunci kebahagiaan : bersyukur, bersabar, berikhtiar, beribadah, berdoa.

2022-11-04

1

lihat semua
Episodes
1 P R A K A T A :
2 Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3 Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4 Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5 Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6 Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7 Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8 Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9 Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10 Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11 Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12 Bab XI - Patung - Babak Pertama
13 Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14 Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15 Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16 Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17 Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18 Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19 Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20 Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21 Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22 Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23 Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24 Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25 Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26 Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27 Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28 Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29 Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30 Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31 Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32 Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33 Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34 Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35 Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36 Bab XXVIII : Malam Terakhir
37 Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38 Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39 Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40 Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41 Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42 Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43 Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )
Episodes

Updated 45 Episodes

1
P R A K A T A :
2
Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3
Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4
Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5
Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6
Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7
Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8
Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9
Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10
Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11
Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12
Bab XI - Patung - Babak Pertama
13
Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14
Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15
Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16
Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17
Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18
Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19
Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20
Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21
Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22
Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23
Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24
Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25
Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26
Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27
Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28
Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29
Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30
Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31
Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32
Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33
Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34
Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35
Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36
Bab XXVIII : Malam Terakhir
37
Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38
Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39
Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40
Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41
Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42
Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43
Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!