Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua

Malam itu, udara sangat dingin. Kabut tipis merayap turun dari badan-badan gunung yang kemudian terbawa angin terbang menuju tanah lapang tempat kawasan industri di sudut kota Malang. Tempat dimana tubuhku terbaring dan aku duduk di tepi gundukan tanah tersebut.

Beberapa orang pekerja masih terlihat berlalu lalang, 5 penggali tanah bekerja menggali tanah tempat dimana tertanam jasadku. Sekalipun baju yang mereka kenakan sudah basah oleh keringat dan bercampur dengan tanah, mereka masih terus menggali. Hingga akhirnya cangkul dari salah seorang penggali tanah itu membentur sesuatu.

“Kawan-kawan ... rasanya, cangkulku membentur sesuatu, mungkin benda itulah yang dicari oleh Pak Sugeng,” kata si pemilik cangkul. Mendengar berita itu mereka tampak semakin bersemangat dan mempercepat pekerjaannya dan ...

Dari bekas galian tersebut tampak oleh mereka sebuah benda berukuran lebih kurang 1,5 meter persegi berwarna hitam.

Penutup peti terbuka dan tampak olehku juga oleh mereka sesosok tubuh terbungkus oleh kain kafan putih kecoklatan. Bau busuk segera menyebar dan menusuk-nusuk rongga hidung mereka. Seorang laki-laki muncul dari belakang para pekerja itu, diikuti oleh Cindy, dialah Sugeng Prasetya, Ayah Cindy.

Pada saat itulah sebuah mobil kijang putih muncul dan berhenti diantara mereka. Dari dalam mobil muncul seorang pria, “Hei, apa yang kalian lakukan disini ?”

“Justru seharusnya aku yang bertanya, siapakah yang terbaring di dalam peti ini ?” kata Sugeng Prasetya.

“Aku tidak tahu, aku tidak mengenalnya bahkan aku tidak tahu kalau di tempat ini tertanam sebuah peti,”

“Kalau begitu, ijinkan aku memberikan sesuatu untuk Anda Tuan Robert,” kata Sugeng Prasetya ia mengambil sebuah sobekan kain berwarna abu-abu dari salah satu ujung peti mati lalu menyodorkannya ke hadapan pemuda ini, “Apakah ini milikmu ? Dari bentuknya, sama dengan sobekan kain baju kau kenakan. Lihat sobekan baju pada ujung pinggang Anda. Bagaimana kalau sobekan kain ini disambungkan kesana. Nah, apa penjelasanmu ?”

“Aku ... aku tidak bersalah, wanita itulah yang merencanakan ini semua,” kata pemuda itu gugup, wajahnya pucat pasi. Ia berusaha melarikan diri dari tempat itu tapi, beberapa orang sudah menghadangnya, “Aku tidak bersalah. Yang salah wanita itu,”

“Sebaiknya, kau beri penjelasan di kantor polisi,” ujar salah seorang dari para penghadang itu sambil memborgol kedua tangannya dan menggiringnya meninggalkan tempat itu.

Aku menghampiri jasadku yang kini sudah membusuk, ingin menangis tapi air mata serasa kering. Mendadak, angin berhembus perlahan, kembali tubuhku melayang ringan.  Orang-orang yang ada di sekitar berubah menjadi kepingan-kepingan cahaya putih dan aku sudah berada di sebuah tempat yang ramai.

“Ruangan apa ini, penuh dengan asap rokok, lagu-lagu disco diputar sekencang-kencangnya dan orang-orang berteriak-teriak sambil bergoyang ria sesekali mereka meneguk minuman beralkohol, tak sedikit pula orang yang duduk setengah terbaring di kursi. Inikah yang disebut dengan diskotik ?” tanyaku seorang diri. Di ujung sana, aku melihat dua orang wanita duduk berhadap-hadapan dengan seorang pria gemuk berambut keriting. Ibu dan yang duduk disampingnya itu adalah aku.

“Tuan Thomas,” ibuku berkata, “Seperti yang kujanjikan, aku akan membawa seorang wanita yang bisa membantuku bekerja di tempat ini,” sambungnya.

Pria yang dipanggil dengan sebutan Thomas oleh ibu tersenyum, “Apakah kau yakin ... membiarkan anak kandungmu bekerja di tempat ini ? Apalagi usianya baru 13 tahun ” tanyanya.

“Saya sudah memikirkannya masak-masak. Terus terang penghasilan suamiku, tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan hasil yang kudapat di tempat ini, sekalipun menurut orang-orang STRIPTEASE itu adalah pekerjaan kotor. Tapi, masa bodoh apa kata orang, toh kalau kami kelaparan mereka hanya menaruh kasihan saja pada kami. Mereka takkan membantu,”

“Baiklah, kalau memang demikian. Tapi, karena aku yang memiliki tempat ini, akulah yang mengatur tempat kerja kalian. Kau tetap sebagai Striptease, sementara, anakmu ini harus bekerja melayani semua tamu yang datang. Apapun permintaan mereka ... dia harus menurut. Bagaimana ?”

“Kami setuju,” 2 orang itu tersenyum lalu saling berjabat tangan.

Sebuah cahaya putih kembali menghalangi pandangan mataku, lagi-lagi tubuh ini melayang-layang, berputar-putar di sekitar tempat itu dan   melihat diriku telanjang, meronta-ronta dalam pelukan dan ciuman seorang laki-laki setengah baya sementara sebuah kamera yang dipegang oleh seorang wanita menyorotku. Setelah itu mereka pergi meninggalkanku dalam keadaan pingsan, sebelum pergi wanita itu sempat melemparkan  uang dengan jumlah yang cukup banyak.

Aku dibawa ke tempat lain, kali ini berada di ruang kamar. Ibu marah besar dan memukul sementara kakinya menendangi perutku yang buncit, “Bagaimana kau bisa hamil ?! Bukankah ibu sudah bilang sebelum bekerja minumlah obatmu agar jangan sampai seperti ini. Sekarang kau malah hamil dan ayahnya tak jelas, ingat-ingatlah sekali lagi siapa yang menghamilimu dan jangan mengada-ada. Pak Thomas tak mungkin melakukan hal itu,”

“Be... benar, bu ... dialah yang telah menghamiliku .... aku tidak bohong,”

“Kau... anak yang tak tahu diuntung, tanpa beliau, mana mungkin kau dan adikmu bisa hidup sampai sekarang ? Kini kau malah menuduhnya macam-macam, dasar tak tahu diuntung !!!” bentaknya sambil kali ini menendangku perutku lebih keras dan membuatku pingsan.

Melihat aku tergeletak tak berdaya, ibu mengangkat gagang telepon dan tak lama kemudian sebuah mobil kijang memasuki halaman rumah dan seorang pemuda yang terdapat pada lukisan Tobby turun dari mobil. “Kau sudah pastikan bahwa kedatanganmu tidak dilihat oleh orang lain, bukan ?”

“Tentu saja,” jawabnya.

“Bantu aku mengangkat tubuh anak haram ini. Mumpung tak ada orang yang melihatnya. Aku sudah mempersiapkan semuanya,”

Pemuda dan ibu mengangkat tubuhku dan memasukkannya ke dalam peti mati, mereka kemudian pergi menuju ke sebuah tanah lapang. Disana sudah ada lubang yang cukup besar lagi dalam,  disitulah mereka menaruh peti tersebut. Setelah itu mereka pergi begitu saja, tak ada seorang pun mengetahui bahwa malam itu telah terjadi sesuatu pada diriku. Sebuah tindak kejahatan yang cukup rapi, bersih dan benar-benar terencana. Dan, pembunuhnya adalah ibuku sendiri. Apa kesalahanku, bu ?

Aku melihat tubuhku terbaring  dengan perut buncit, tak bergerak, tak ada lagi tanda-tanda kehidupan. Aku tak berani mengakuinya, tapi, itu adalah sebuah kenyataan tak terbantahkan.

“Kak ...” Cindy menyapaku dengan lembut, aku menoleh.... bocah itu menatapku dalam-dalam lalu kembali berkata, “Sebaiknya, kakak temui ibu kakak di rumah. Mudah-mudahan dia mau mengakui perbuatannya,”

Aku mengangguk dan berdiri, aku berjalan setengah melayang menembus kegelapan malam. Tujuanku sudah jelas, RUMAH.

_____

Di kamar tampak ibu sedang merebahkan kepalanya ke dada ayahku, sementara Ayahku tersenyum, sementara jari-jemarinya tengah mengelus-elus kepalanya dengan penuh kasih sayang. Mereka sama sekali tak menyadari bahwa aku tengah berdiri diambang pintu sambil menatap mereka. “Ibu, mengapa kaulakukan itu, apa kesalahanku, bu ?” tanyaku. SUNYI, TAK ADA JAWABAN.

Kembali aku bertanya, satu kali, dua kali, tiga kali tapi sekalipun mengulang dengan pertanyaan yang sama tak ada jawaban.

Karena kesal, kubuka pintu, dan bunyi engselnya mengejutkan ibuku, “Mas, bukankah pintu itu tadi tertutup, mengapa kini terbuka ? Kurasa tak ada angin yang membukanya, bukan ?” tanyanya.

“Pasti itu angin, bukankah ventilasi udaranya belum kau tutup ?” ujar ayah sambil berjalan menutup pintu juga ventilasi udara, “Nah, sudah kututup, ayo kita tidur,”

Baru saja ayah merebahkan tubuhnya ke tempat tidur, terdengar pintu diketuk-ketuk. Ayah tampak kesal, “Ah, malam-malam begini siapa yang hendak bertamu,” sambil berkata demikian, ia mengenakan pakaiannya lalu melangkah keluar menuju pintu depan. Aku sudah belajar banyak hal dari Cindy dan teman-teman, aku tahu bagaimana caranya agar aku bisa memperlihatkan wujudku kini pada ibu, harapanku adalah agar ibu bisa mengakui perbuatannya padaku.

Dan inilah saatnya, kupusatkan segala energi yang ada dalam tubuh halusku dan ...

Melihat kemunculanku yang tiba-tiba di hadapan ibu, dia menjerit keras, “Kau .... bukankah kau sudah mati ... mengapa kau kemari ?” tanyanya dengan suara gemetar.

Aku berjalan mendekat.

“JANGAN MENDEKAT !! PERGILAH KAU JAUH-JAUH !!” teriaknya.

Aku tak peduli saat wajahku berada tepat di depan hidung ibu, “Apa kesalahanku, bu ? Mengapa kau lakukan itu padaku ?”

“Tidak !! Jangan mendekat, kau sudah mati !! Pergilah dariku jauh-jauh !!” kali ini ibu menutup matanya, keringat dingin mengucur deras membasahi sekujur tubuhnya.

“Mengapa, bu ... mengapa ?”

“Tolong ... tolong, aku !!” ibu makin histeris.

Aku jadi kehilangan kesabaran, aku menatap tajam ke arah wanita itu dan, “Katakanlah, mengapa kau membunuhku ?!” suaraku terdengar lebih tinggi dan membuatnya jatuh terguling dari tempat tidur.

“Semua gara-gara ayahmu ? Aku tak bisa memberikannya anak sehingga selingkuh dengan wanita lain dan kaulah janin haram itu ! Gara-gara dia keinginanku untuk menjadi wanita terhormat kandas di tengah jalan !!! Dia lebih menyayangimu daripada aku !! Aku merasa terhina !!” teriakannya membuatku terdiam. Dan diambang pintu, ayah berdiri sambil menatapnya heran, “Kau bicara dengan siapa, dik Ratmi ?”

Ibu menangis tersedu-sedu, “Maafkan aku, mas Ridwan... aku telah bersalah padamu, maafkan aku, mas ...” katanya di sela-sela tangis dan itu membuat ayah hanya bisa memeluknya. Pada saat itulah beberapa petugas polisi masuk dan memborgol tangan wanita itu dan menggiringnya keluar. Saat ibu digiring oleh beberapa petugas dan dimasukkan ke dalam mobil polisi, pandangan ibu kosong tapi, aku masih bisa melihat bibirnya bergerak-gerak dan telingaku mendengar, “Maafkan aku, nak Lena. Maafkan aku, mas Ridwan...”

_____

Di sebuah tempat yang cukup jauh dari rumah tampak sebuah mobil avanza berwarna biru meluncur dengan kecepatan tinggi. Aku bisa melihat siapa pengendaranya, sepasang muda-mudi. Merekalah yang pernah kujumpai di diskotik milik Pak Thomas, pemuda itu tampak serius memperhatikan jalanan sementara si pemudi tengah meneguk sebuah botol miras dan sesekali disodorkannya pada si pemuda yang juga ikut minum. Bunyi musik disko yang diputar kencang-kencang hingga memekakkan telinga, ditambah dengan pengaruh miras tersebut membuat kendaraan melaju tak terkendali.

Yah, aku ingat... pria itu mencekokiku dengan miras dan memperkosaku sementara, wanita itu mengabadikan peristiwa memalukan itu pada sebuah kamera dan menyebarkannya ke dunia maya.

Entah mengapa tiba-tiba saja pakaian putih yang kukenakan ini berubah warnanya menjadi merah, merah bak darah. Ingatan itu membuatku marah, putus asa dan sedih. Hingga aku merasakan adanya sebuah kekuatan yang cukup besar menggerakkan kaki-kakiku ini ke jalan yang hendak dilewati oleh mobil itu.

Dan, mobil itu benar-benar menabrakku ... tapi, aku tak merasakan sakit atau apa, sesaat kemudian kulihat mobil itu terguling dan menabrak sebuah warung yang menjual tabung gas.

“DUAR !!”

Ledakan keras terjadi dalam waktu yang tak lama api membakar seluruh warung yang ada di tempat itu. Telingaku mendengar teriakan keras.

Aku bisa melihat bagaimana 2 muda-mudi itu terpanggang oleh jilatan api yang sudah tak bisa dikendalikan. Pandangan mata ini tak berkedip, bahkan saat tubuh mereka sudah tidak bergerak-gerak lagi dan aku tersenyum .... SENYUM PENUH KEMENANGAN.

_____

AKU [ MASIH ] HIDUP :

SEKALIPUN BUKAN SEPERTI ORANG KEBANYAKAN;

AKU [ MASIH ] HIDUP :

SEKALIPUN TANPA DAGING DAN DARAH, TANPA DENYUT NADI DAN JANTUNG;

AKU [ MASIH ] HIDUP :

SETIDAKNYA DI DUNIAKU, SEMENTARA, DI DUNIA KALIAN, AKU ADALAH SESOSOK WANITA YANG BIASA KALIAN SEBUT DENGAN KUNTILANAK MERAH.

( 29 – Okt – 2018 )

Terpopuler

Comments

Kardi Kardi

Kardi Kardi

nice story. thnks miss😶

2022-11-01

0

lihat semua
Episodes
1 P R A K A T A :
2 Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3 Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4 Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5 Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6 Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7 Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8 Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9 Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10 Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11 Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12 Bab XI - Patung - Babak Pertama
13 Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14 Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15 Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16 Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17 Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18 Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19 Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20 Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21 Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22 Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23 Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24 Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25 Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26 Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27 Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28 Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29 Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30 Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31 Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32 Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33 Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34 Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35 Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36 Bab XXVIII : Malam Terakhir
37 Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38 Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39 Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40 Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41 Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42 Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43 Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )
Episodes

Updated 45 Episodes

1
P R A K A T A :
2
Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3
Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4
Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5
Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6
Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7
Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8
Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9
Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10
Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11
Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12
Bab XI - Patung - Babak Pertama
13
Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14
Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15
Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16
Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17
Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18
Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19
Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20
Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21
Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22
Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23
Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24
Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25
Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26
Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27
Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28
Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29
Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30
Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31
Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32
Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33
Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34
Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35
Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36
Bab XXVIII : Malam Terakhir
37
Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38
Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39
Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40
Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41
Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42
Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43
Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!