Aku merindukan Suster Michelle yang sudah 3 hari ini tidak mengunjungiku. Dalam waktu 3 hari itu telah terjadi berbagai peristiwa yang mengerikan di RS. Menurut kabar dari orang-orang di sekitar RS ini, aku baru mengerti, beberapa suster / perawat rumah sakit ini tewas dalam keadaan yang mengenaskan. Itu membuat hampir seluruh penghuni RS ini ketakutan dan memilih dipindahkan ke RS lain sebagian ada yang memilih dirawat jalan atau pulang sekalipun Dokter tak mengijinkannya. Apa sebenarnya yang telah terjadi ? Kemana Suster Michelle ? Lalu, mengapa mimpi-mimpi buruk senantiasa datang dan pergi tiba-tiba, apa hubunganku dengan ini semua ?
Dengan berbagai macam perasaan yang tak menentu, aku berjalan menuju lemari penyimpanan barang, kukeluarkan semua lukisan-lukisan yang kudapat dari mimpi-mimpi burukku. Sepasang mataku tak lepas mengamati lukisan-lukisan mengerikan itu, hingga akhirnya terhenti pada lukisan wajah Suster Michelle. Mataku terbelalak manakala melihat adanya kemiripan pada wajah Suster Michelle dengan wajah sosok aneh yang berjalan merangkak lebih tepatnya merayap sambil menyeret sepasang kakinya yang buntung.
Seluruh inderaku terfokus pada lukisan-lukisan mengerikan itu dan berhenti saat pintu kamar terbuka perlahan-lahan. Seorang wanita muncul sambil membawa nampan berisi makanan, “Selamat malam, pak,” sapanya.
Kualihkan pandanganku ke arahnya, “Apakah Anda yang bernama Suster Lisa,” tanyaku. Wanita itu mengangguk, “Benar, pak... senang rasanya melihat kesehatan Anda sudah berangsur-angsur pulih,”
“Bolehkah, aku bertanya suatu hal pada Anda, Suster Lisa ?”
“Selama saya bisa menjawab pertanyaan Anda, maka saya akan menjawabnya,”
“Terima kasih, suster... Sebenarnya, apa yang telah terjadi di RS ini ? Mengapa semua orang merasa tak betah di RS ini ?”
“Oh, itu... mungkin mereka merasa bahwa pelayanan kami kurang memuaskan. Maklum, disini hanya ada beberapa orang perawat, tepatnya 15 orang dan 5 orang dokter. Namun, karena jumlah pasien lebih banyak ... jadi, sebagian ada yang belum bisa kami tangani,”
“Anda jangan berbohong suster ... bagaimana penjelasan Anda tentang suster-suster yang meninggal saat tengah malam tiba ?”
Suster Lisa terperanjat, air mukanya tampak kikuk sekali, “Ma... maaf, pak... saya tidak bisa menjawabnya,” katanya sambil buru-buru hendak meninggalkan ruangan tapi, buru-buru kucegah, “Tunggu dulu, suster ... apakah ini ada hubungannya dengan Suster Michelle ?”
“Ti ... tidak !” wajahnya pucat dan berusaha melepaskan pegangan tanganku, “Jangan paksa saya untuk menjawab pertanyaan bapak....” sambungnya sambil menempiskan tanganku kuat-kuat. Begitu peganganku terlepas, dia segera melangkah keluar.
Mendadak langkah kakinya terhenti dan di hadapannya sesosok tubuh tergeletak di ambang pintu. Sepasang mata Suster Lisa terbelalak manakala melihat sosok tubuh itu perlahan-lahan bergerak dengan gerakan terpatah-patah, terdengar gemerantak tulang-tulang patah. Tampak olehku, pemilik tubuh itu adalah seorang wanita berpakaian compang-camping dihiasi dengan warna merah kehitaman. Detik berikut, ia merangkak sambil menyeret sepasang kakinya yang buntung, ia bergerak menghampiri Suster Lisa yang kini wajahnya pucat pasi, sekujur tubuhnya mandi keringat. Ia jatuh terduduk.
Aku tak kalah terkejutnya manakala mendadak tubuh mengerikan itu sudah tepat berada di depan hidung Suster Lisa. Ia membuka mulutnya, terdengar suara aneh, “Ti... Tidak... Maafkan aku Michelle, aku ... aku terpaksa,” seru Suster Lisa dengan suara gemetar, tubuhnya mengkeret ketakutan, matanya terbelalak lebar, wajahnya pucat pasi dan saat itu pula, perlahan-lahan tubuhnya bagaikan tanaman layu dan kering, saat tubuh yang tinggal tulang dibungkus dengan kulit kering roboh ke lantai ruangan.
Setelah tubuh kurus kering itu terkapar di lantai ruangan sepasang mata milik sosok aneh itu beralih kepadaku. Kami saling tatap, yang kuherankan ... aku sama sekali tidak takut lagi memandangnya, tapi, justru merasa iba. Kepalaku mendadak pusing, pandanganku kabur, sebelum menutup mataku sempat kulihat tubuh sosok aneh itu perlahan-lahan meninggalkan ruangan. Satu yang masih kuingat, sebelum Suster Lisa mati dia sempat menyebut-nyebut nama Michelle.
_____
Aku membuka kedua pelupuk mataku dan tampak Suster Michelle tengah memandangiku, sementara di sudut bibirnya tersungging senyuman tipis, “Bagaimana keadaanmu hari ini, Tuan Alfred ?” sapanya ramah.
“Sejak kapan kau berada disini ?” tanyaku.
“Tuan Alfred, saya selalu ada disini menemani Anda. Berulang kali Anda mengigau, suhu tubuh Anda panas, detak jantung dan tekanan darah naik 2 kali lipat dari hari-hari sebelumnya, terlebih saat tengah malam kemarin. Tampaknya, Anda bermimpi buruk lagi,”
“Benarkah itu ?” tanyaku heran, “Sepertinya, aku baru mengalami kejadian yang aneh kemarin malam, tapi, kenapa aku bisa lupa ?”
“Tenanglah, Tuan Alfred. Kalau Anda tak keberatan bisakah Anda ceritakan mimpi buruk tuan itu ?!”
Aku tersenyum kecut, “Saya bisa membedakan mana mimpi dan juga kenyataan. Kejadian kemarin itu adalah kenyataan yang terjadi tepat di depan mataku,”
“Apakah Tuan tidak paham, benturan di kepala juga reaksi obat-obat kimia bisa menimbulkan halusinasi ?”
“Bisakah suster membantu saya mengambil buku yang tersimpan dalam laci itu ? Yah, laci di samping kanan Anda,” pintaku.
Tangan-tangan halus dan jari-jemari lentik Suster Michelle bekerja, membuka laci dan mengeluarkan buku dan menyerahkannya padaku, “Bagaimana Anda menjelaskan tentang ini ?” tanyaku sambil membuka halaman buku tersebut satu-persatu dan memperlihatkannya pada wanita yang berdiri di sampingku, “Aku tak perlu menceritakan mimpi-mimpi buruk itu pada anda, suster,” kataku kemudian. Mendadak aku mengangkat tanganku dan menyambar pergelangan tangan kanan suster Michelle, “Lalu, bagaimana Anda menjelaskan tentang tidak adanya tanda-tanda kehidupan dalam tubuhmu, suster. Suhu tubuh Anda dingin, sedingin es, tak ada denyut nadi dan jantung, maaf, bukannya saya bermaksud tidak sopan ... tapi, bisakah Anda menjelaskan semuanya ?” desakku.
Suster Michelle menepiskan pegangan tanganku, kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain, “Ya, akulah sosok yang hadir dalam mimpi buruk Tuan, akulah yang membunuh mereka semua. Celakanya, mereka malah menutupi kejadian itu dan menyembunyikan jasadku yang sudah tak utuh lagi. Hanya gara-gara kesalahan kecil, nyawa ini harus melayang... menyaksikan kematian sendiri benar-benar menyiksa. Sudah lama aku menunggu orang yang mau membantuku untuk mengungkap semuanya. Entah mengapa, saya harus bertemu dengan Tuan dan menceritakan segalanya lewat mimpi. Nah, apakah Tuan puas dengan jawaban ini ?!” katanya.
Aku terpana ... sama sekali tak pernah terlintas di benakku bahwa aku akan bertemu dengan seorang wanita yang ternyata bukanlah manusia seperti pada umumnya. Wanita itu adalah salah satu penghuni dimensi lain dan orang-orang menyebutnya HANTU atau ARWAH PENASARAN. Kami berbincang-bincang, tertawa hingga jauh larut malam, dialah yang selama ini menjagaku hingga berangsur-angsur kesehatanku membaik. Sama sekali tak ada niatnya untuk mencelakaiku. Aku adalah orang yang bodoh, tapi, bukanlah manusia yang tidak punya perasaan seperti manusia-manusia yang telah bertindak di luar batas kemanusiaannya. Pantas saja Suster Michelle menuntut keadilan pada mereka. Aku menatap dengan perasaan iba ke arah Suster Michelle, “Apakah kau juga akan membunuhku ?” tanyaku kemudian.
“Anda tak ada hubungannya dengan ini, Tuan... justru saya merasa bersalah karena tak sepenuhnya jujur pada Anda ... juga melibatkan Anda dalam urusan pribadi saya,” jawab Suster Michelle, “Masih tersisa satu orang lagi yang harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Pimpinan RS Tirta Husada DOKTER JUNED. Dialah yang memerintahkan para perawat itu membunuhku. Dia sudah lama hidup senang di atas derita orang. Saya harap Anda tak ikut campur dalam urusan ini, Tuan...”
“Apakah tak ada cara lain selain membunuh ?” tanyaku.
“Tuan, tahukah Anda ... Apa alasan Dokter Juned membunuhku ?”
“Mana aku tahu ? bahkan aku tak mengenal siapa Dokter Juned itu,”
“Rumah Sakit Tirta Husada ini, dulu digunakan sebagai bisnis Ilegal. PENJUALAN ORGAN DALAM MANUSIA. Malam itu tanpa sengaja aku melihat Dokter Juned dan 6 perawat yang salah satunya adalah Suster Lisa, membedah tubuh seorang wanita hamil muda. Hamil di luar nikah dan ingin menggugurkan janin dalam kandungannya. Selain mengeluarkan orok, juga mengeluarkan hampir seluruh organ dalam dan memberikan itu pada salah seorang pria dan dia memberikan sebuah tas koper berisi cukup banyak uang pada dokter Juned. Dasar aku lengah, tanpa sengaja menjatuhkan pot kesayangan Dokter Juned yang terletak tak jauh dari tempatku bersembunyi. Semenjak kejadian itu, aku merasa selalu diawasi seseorang kemana pun pergi. Hingga pada suatu malam Suster Lusi membekapku dan membawaku ke ruangan pribadi Dokter Juned. Disana sudah berkumpul kelima suster lain, selanjutnya... apa yang terjadi, semua sudah ada dalam lukisan Tuan itu,”
Suster Michelle telah menjadi salah satu korban dari bisnis ilegal yang terjadi cukup lama di RS Tirta Husada itu, tak ada seorang pun tahu kecuali orang-orang yang berhubungan dengan kejadian itu. Aku tak bisa berbuat apa-apa untuk Suster Michelle yang sudah melakukan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai seorang perawat, sekalipun kini berwujud hantu / arwah penasaran yang disebut suster ngesot.
Lonceng pada jam dinding berdentang sebanyak 2 kali, sudah jam 02:00 dini hari, waktu dimana Suster Michelle meninggal. Mendadak seisi ruangan bergetar hebat. Gempa Bumi telah menggoyang seluruh bangunan RS TIRTA HUSADA dan sekitarnya walau hanya sebentar namun sempat membuat sebagian bangunan rusak parah beruntung tak ada korban jiwa.
Saat situasi sudah dirasa aman, aku kembali ke ruanganku dinding di sudut ruangan dimana biasanya Suster Michelle duduk berlobang cukup besar dan ada tulang belulang manusia yang bentuknya sudah tak utuh lagi berserakan di lantai. Pakaiannya compang-camping yang menutupi sebagian tulang belulang tersebut terdapat label nama pada dada kirinya: MICHELLE. Sekalipun sudah rusak karena dimakan rayap, huruf-huruf itu masih terbaca dengan jelas ‘MICHELLE’. Jadi, selama ini ruangan tempatku dirawat tersimpan jasad Suster Michelle ....
Jauh dari tempat Alfred dirawat inap, sebuah bangunan mewah yang terletak di halaman belakang RS Tirta Husada, rusak parah. Diantara reruntuhan batu-batuan raksasa, tampak sesosok tubuh berusaha melepaskan diri dari gencetan batu. Sebagian cahaya bulan purnama yang masih bersembunyi malu-malu di balik awan mencoba menerangi sosok tubuh yang hanya sebatas kepala hingga pinggang itu. Dia adalah seorang pria botak, Suster Michelle memanggilnya dengan sebutan Dokter Juned. Kedua tangannya menggapai-gapai sambil sesekali mencoba mendorong batu yang menggencet kakinya, tidak berhasil. Tak ada jalan lain baginya selain minta tolong, tapi, dengan suara seperti tercekik itu tak seorangpun bisa mendengarnya.
Sepasang mata dokter Juned terbelalak, tampak banyak sekali bayangan-bayangan hitam berdiri mengelilinginya dan salah satu bayangan itu adalah seorang wanita merangkak sambil menyeret kedua kakinya yang buntung. Ia menghampiri Dokter Juned. Saat bayangan-bayangan itu sudah berada tepat di depan hidung, Dokter Juned berteriak-teriak, setelah itu teriakannya lenyap seiring dengan hembusan angin malam yang dingin. Awan-awan berarak berkumpul menjadi satu, untuk menyembunyikan kembali wajah sang dewi malam.
( 26 – September – 2018 )
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Kardi Kardi
hmmmm. because moneyyy
2022-10-30
0