Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua

02. Teror Tengah Malam ( bag. 2 )

Sabtu, 09 Januari 2010, 20:30:35 WIB

Malam itu, tidak ada siapa-siapa namun, pintu ruangan lantai dua mendadak terbuka dengan sendirinya. Terdengar suara seperti benda berat diseret-seret menuruni anak tangga.

Pintu di lorong ruangan yang mengarah ke dapur terbuka, kamera juga merekam suara ******* nafas yang cukup berat dan cukup lama, bergerak menuju kamar Abigail.Pintu kamar Abigail terbuka, suara seretan benda dan desah nafas terdengar di pinggir tempat tidur.

Selimut diatas tempat tidur seperti ada yang menarik menyusul pintu kamar dibanting sehingga foto Abigail dan Fred terjatuh di lantai dan pecah berantakan. Pecahan kacanya menyebar kemana-mana.

Sabtu, 09 Januari 2010; Pk. 21:45:10 WIB

Pintu depan terbuka, Abigail dan teman-temannya masuk sambil membawa banyak barang, sementara, Robert, Hanzel dan Ryan berjalan sambil dipapah oleh Andre, Fred dan Gembul. Yohana, Liza, Farid dan Abigail sibuk menata barang di lemari es. Setelah membaringkan Hanzel di sofa, Fred melangkah menuju ke arah kamar.

Fred membuka pintu, begitu pintu terbuka lebar ia terkejut manakala melihat seisi kamar berantakan. “Abi ... kemari dan lihatlah!” panggil Fred kepada Abigail. Abigail segera berlari mendatangi Fred, matanya terbelalak, “Ada apa ini ?!” serunya.

“Ya ampun, Abi ... Siapa yang berani berbuat iseng seperti ini ?” kata Liza yang ikut masuk ke kamar Abigail diikuti dengan yang lain.

“Mana aku tahu Liza ? Yang jelas, orang itu adalah orang gila,” ujar Abigail.

“Eh, teman-teman, tampaknya ada seseorang yang memasuki lantai dua. Bukannya pintu lantai dua, tidak pernah dibuka lagi setelah Fred dan Abi masuk kesana,"

Buru-buru Fred dan yang lain melihat ke atas, pintu lantai dua terbuka lebar. Ia menaiki tangga dan memeriksa keadaan ruangan di lantai dua. Kursi kayu yang kemarin tergeletak di lantai ruangan sudah berada kembali ke tempatnya semula, menghadap ke jendela. Fred tersenyum, “Menarik sekali,” katanya dalam hati. Seketika matanya terbelalak saat melihat, perlahan-lahan kursi itu berputar ke samping kanan dengan sendirinya. Kursi itu bergerak perlahan, nyaris tak terlihat karena hanya berlangsung beberapa detik saja, namun, sepasang mata Fred tidak mungkin menipu pemiliknya sendiri. “Semakin menarik,” katanya setelah itu ia membalikkan badan dan melangkah keluar ruangan sementara tangannya bergerak meraih gagang pintu dan menutup daun pintu.

“Tidak ada siapa-siapa di atas,” kata Fred ketika tiba di lantai satu dimana teman-temannya sedang menanti dengan hati yang bertanya-tanya. “Aneh,” kata Farid merasa tidak puas dengan apa yang disampaikan oleh Fred tadi.

Minggu, 10 Januari 2010; Pk. 01:15:28 WIB (Halaman Belakang, SumurTua dan Dapur)

Andre duduk di depan kamarnya yang terletak di halaman belakang, dekat dapur dan sumur. Entah mengapa malam ini ia tidak dapat tidur dengan nyenyak seperti malam-malam sebelumnya, hatinya merasa gelisah tidak menentu terlebih lagi setelah terdengar bunyi gagak malam berulang kali, membuat siapa saja yang mendengarnya bergidik. Untuk menenangkan dirinya, ia duduk di halaman belakang sambil mengamati keadaan di sekitar dengan kamera infra merahnya.

Andre melangkah menyusuri halaman yang luas dan ditumbuhi beraneka ragam tumbuh-tumbuhan dan pepohonan yang besar dan lebat.

“Kamu hendak pergi kemana ?” tiba-tiba terdengar suara seorang pria dari arah belakang. Andre tersentak, buru-buru menoleh ke belakang, “Kau ... Kau membuatku terkejut, mbul !!” bentaknya manakala mengetahui Gembul sudah berdiri di belakangnya sambil tersenyum kecil.

“Tidak bisa tidur, ya ?” tanya Gembul sambil berjalan menghampiri Andre.

Andre mengangguk, “Entah, mengapa malam ini aku tidak bisa tidur dengan nyenyak,” jawabnya. “Kau sendiri tidak bisa tidur,ya... tiba-tiba muncul bagaikan hantu di belakangku, nyaris jantungku copot,”

Gembul tertawa sambil menepuk bahu Andre, “Maaf, bung... semula aku sudah tidur, tapi, bunyi gagak itulah yang membuatku terbangun. Suaranya aneh sekali. Kata orang tua pada jaman dulu, kalau ada burung gagak atau burung malam berbunyi demikian, bertanda ada sesuatu yang buruk akan terjadi,” jelasnya.

Andre tertawa, ”Ha... ha... ha..., sewaktu malam pertama kali kita datang di tempat ini, kita juga mendengar suara itu, bukan ? Orang-orang di desa kelahiranku percaya, apabila mereka berbunyi aneh di tengah malam seperti tadi... keesokan harinya, pasti ada orang yang meninggal. Berturut-turut selama 7 hari, 7 malam. Tapi, kenapa harus percaya hal semacam itu ?” Mendengar penjelasan Andre ini, Gembul keceriaannya tadi seakan hilang digantikan dengan mulut terkatup rapat, diam seribu bahasa, keningnya berkerut seperti sedang memikirkan sesuatu.

“Sudahlah, kawan... daripada kamu berpikiran yang aneh-aneh seperti itu, lebih baik temani aku jalan-jalan,” ajak Andre sambil menepuk bahu Gembul.

Wajah Gembul kembali ceria, iapun berjalan di samping Andre, berjalan beriringan, mengelilingi halaman belakang. Baru berjalan beberapa langkah, mendadak Andre menepuk dahinya, “Waduh, aku lupa membawa kamera polaroidku,” sambil berkata demikian, ia memberikan kamera infra merahnya kepada Gembul, “Tolong, kamu bawakan kameraku ini, aku mau mengambil kamera polaroidku di kamar. Tunggulah disini sebentar, ya,” sambungnya sambil berlari menuju kamarnya. Gembul menggeleng-gelengkan kepala, “Dasar pelupa,” desah Gembul sambil menyorotkan kamera Infra Merah Andre ke sekeliling tempat ia berdiri, HALAMAN BELAKANG.

Mendadak sepasang mata Gembul terbelalak manakala lensa kamera Andre yang dibawanya merekam sesosok bayangan putih berdiri di tepi sumur. Bayangan sesosok wanita berpakaian putih berdiri, dengan ... meski wajahnya tertutup oleh rambut hitam kusut, Gembul merasa wanita itu sedang menatap ke arahnya dan perlahan-lahan berjalan tertatih-tatih mendekatinya. Tubuh Gembul bergetar hebat, lututnya serasa lemas tak bertenaga, akhirnya ia jatuh terduduk.

Kamera terlepas dari pegangannya, begitu sosok itu berdiri di dekatnya, dari sela-sela rambutnya yang kusut, tampak sepasang sinar yang tajam menusuk, semakin lama sinar itu membesar.

Sepasang sinar itu ternyata adalah bola mata yang membelalak lebar tengah menatap Gembul dengan tatapan liar. Tubuh Gembul gemetaran, keringat dingin bercucuran membasahi sekujur tubuhnya. Wanita itu menjulurkan tangannya, Gembul bisa melihat jari-jari tangannya yang tak berkuku, kulitnya yang putih pucat, dan tinggal tulang dibungkus dengan kulit. Saat jari-jari mengerikan itu bergerak hendak menyentuh wajah Gembul, perlahan-lahan sosok itu lenyap tanpa bekas.

Gembul baru bisa mengendalikan dirinya saat mendengar Andre memanggil-manggilnya, “Eh, Gembul ... apa yang terjadi ? Aku memanggilmu dari tadi, kamu seperti tidak mendengar panggilanku,” Gembul memalingkan wajahnya dan melihat Andre tengah menatapnya dengan tatapan heran.

“Benarkah ?” tanya Gembul.

“Ada apa denganmu, sepertinya baru melihat hantu ? Lihat wajahmu pucat sekali,”

Gembul tersentak, ia baru sadar sepenuhnya, “Ya... kau benar, Apa kau melihat orang lain selain kita di tempat ini ??”

Andre menggelengkan kepala, “Tidak ada. Aku sudah berada disini beberapa menit yang lalu dan mendapati kamu duduk, diam dan tubuhmu gemetaran. Apa kamu demam ? Apa sebenarnya yang sudah terjadi ? Kamu tampak ketakutan sekali.”

“Entahlah, kalaupun diceritakan kamu pasti tidak percaya. Tapi, mudah-mudahan kameramu merekam kejadian tadi,” ujar Gembul sambil meraih kamera infra merah Andre yang tergeletak di tanah tak jauh darinya.

Minggu, 10 Januari 2010; Pk. 02:35:18 WIB

Pintu kamar no. 2, kamar dimana Farid, Liza dan Yohana tidur terbuka dan tertutup dengan sendirinya, lampu meja tulis yang terletak di tepi pembaringan menyala dan kursi bergeser 10 cm ke belakang. Farid terbangun, turun dari tempat tidur dan melangkah ke kamar mandi. Ia belum menyadari fenomena aneh tersebut.

Farid menyadari lampu meja tulis menyala saat bercermin, namun, setelah keluar dari kamar mandi, ia terkejut manakala lampu itu mendadak padam. Farid hanya menggeleng-gelengkan kepala, ia menduga bahwa lampu itu sudah harus diganti yang baru. Saat tapak-tapak kakinya bertemu dengan lantai kamar, ia hidungnya mencium bau harum bunga melati. Ia menoleh kesana-kemari mencari sumber bau harum tersebut, tidak ia temukan.

Mendadak, tampak olehnya sesosok bayangan putih melintas ke arah pintu, “Hei, siapa itu ?!” panggilnya sambil berjalan hendak menyusul bayangan itu.

Sepi dan yang terdengar hanyalah dengkur Liza dan Yohana, saat hendak melangkah menuju pintu kamar, mendadak pintu itu terbuka. Liza melompat mundur karena kaget, tapi, rasa penasaran tampaknya lebih kuat dibanding rasa kagetnya, maka, perlahan-lahan berjalan menuju ke pintu kamar. Bau harum bunga melati kian tajam menusuk hidungnya, terlebih saat memasuki ruang makan, cahaya redup bola lampu 5 watt membantu pandangannya untuk mengamati setiap sudut ruangan, meski terbatas. Kosong, Tidak ada apa-apa disana.

Bau harum bunga melati perlahan-lahan menghilang, sayup-sayup terdengar suara pintu dibuka, benda berat diseret-seret, rintihan dan tangis seorang wanita, suara-suara itu berasal dari dalam ruang makan. Jantung Farid berdegub kencang, meski demikian ia memberanikan diri melangkah menuju ruang makan. Baru saja jari-jemarinya hendak memegang gagang pintu, suara-suara itu terhenti namun, itu tak menghentikan niatnya untuk memutar gagang pintu dan saat pintu terbuka, ia merasakan udara aneh keluar dari arah dalam, dingin dan panas bercampur menjadi satu. Hawa tersebut tidak bisa diterima oleh suhu tubuh Farid, mendadak saja bulu kuduknya meremang membuat tak betah berlama-lama di tempat itu.

Baru saja Farid hendak melangkah meninggalkan ruang makan itu, jantungnya serasa berhenti berdetak, manakala pandangannya tertuju pada sesosok tubuh wanita berbaju putih duduk di salah satu kursi meja makan di ujung paling kanan dekat anak tangga, sosok itu duduk sambil menundukkan kepalanya. Farid menelan ludah, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Akan tetapi, setelah ia menggosok-gosok mata dengan kedua punggung tangannya dan kembali memastikan apa yang dilihatnya, sosok itu sudah menghilang. ‘Tidak mungkin,” desahnya, ‘Mungkin aku sudah letih dan mengantuk, jadi berhalusinasi. Lebih baik kembali ke kamar saja,’

Saat Farid membalikkan badan, ia menjerit keras, sosok wanita tadi sudah berdiri tepat di hadapannya dengan sepasang cahaya tajam menusuk yang keluar dari sela-sela rambut yang menutupi wajahnya. Farid jatuh terduduk, buru-buru ia bergerak menjauh. Wanita berbaju putih itu berjalan tertatih-tatih mendekatinya, terdengar bunyi seperti ruas-ruas tulang patah, bergerak dengan cara yang aneh, seperti tidak memiliki tulang merayap di lantai sambil menarik bagian perut hingga kaki. Farid lebih histeris manakala, tangan wanita yang tak memiliki kuku itu mencengkeram kaki kirinya dan menariknya kuat-kuat keluar dari ruang makan. Beberapa saat kemudian Farid kehilangan kesadaran dan tubuhnya terbaring di lantai lorong ruang makan, sosok itu pun perlahan-lahan lenyap tanpa bekas.

Minggu, 10 Januari 2010; Pk. 03:15:15 WIB

Lampu di ruang makan menyala, Abigail melangkah memasuki ruangan dan mengambil gelas kosong yang kemudian diisinya dengan air. Abigail meneguk air di dalam gelas itu hingga habis lalu meletakkannya di sebelah kirinya. Sepasang mata Abigail memperhatikan ruang makan itu secara seksama hingga tak menyadari bahwa gelas yang dipakainya tadi bergeser 5 senti. Abigail merinding sendiri manakala teringat akan kejadian 2 hari yang lalu, dimana ia bertemu dengan sosok aneh di ruangan ini. Tak lama kemudian, ia berdiri dan melangkah ke arah wastafel yang tak jauh dari tempat ia duduk. Tangannya bergerak memutar kran air, begitu air keluar, ia membasuh wajahnya yang kusut karena masih mengantuk. Begitu percikan-percikan air dingin membasuh wajahnya, ia tampak sedikit lebih segar, ia bercermin sesaat untuk memastikan bahwa tak ada kotoran menempel pada wajahnya, ia membalikkan badan dan hendak meninggalkan ruang makan.

Namun, baru saja beberapa langkah terdengar olehnya suara langkah kaki mendekat. Seorang wanita bertubuh sintal muncul dari ambang pintu, ia berjalan sempoyongan tanpa alas kaki, kaos baju yang tanpa lengan juga celana yang dikenakan compang-camping, banyak terdapat bercak-bercak darah yang sebagian mulai mengering. Rambutnya yang hitam panjang sebatas bahu tampak awut-awutan sebagian menutupi wajahnya. Jantung Abigail serasa berhenti berdetak, terlebih ia masih shock dengan kejadian yang menimpanya 2 hari lalu. Tapi, setelah mengetahui siapa wanita itu, barulah perasaannya kembali tenang.

“Farid ... apakah kau Farid ?” tanya Abigail. Wanita itu tidak menjawab, tubuhnya limbung hendak roboh, akan tetapi, Abigail segera menopang dan memapahnya berjalan menuju sofa, untuk kemudian dibaringkan. Abigail segera membersihkan badan Farid dengan air hangat. Ia merasa heran, di sekujur tubuh Farid banyak sekali goresan, pandangan matanya kosong sementara bibirnya bergumam tidak jelas. Farid tidak merasakan tubuhnya perih atau sakit manakala Abigail menyentuh dan mengobati luka-lukanya.

Satu yang menyita perhatian Abigail, gambar sebuah telapak tangan yang terdapat pada betis Farid. Berulang kali ia mencoba membersihkannya, namun, gambar telapak tangan itu tidak juga hilang.

“Kalian semua akan mati ...” terdengar suara berat dan serak seakan suara yang keluar itu tertahan di kerongkongannya, suara itu berasal dari arah belakang Abigail. Abigail terkejut, buru-buru ia menoleh dan berteriak kaget manakala melihat seorang nenek tua bongkok, berbaju hitam, rambutnya panjang berwarna kelabu dan awut-awutan, keriput di wajahnya ditambah bagian pipi kiri seperti hancur tak ada kulit yang menutupi daging seperti hangus terbakar, jelas usianya sudah sangat tua, “M ... M... Mak Bolot ?!” panggil Abigail dengan nada gugup, sebab tak tahu sejak kapan wanita tua itu sudah berdiri di belakangnya, “Ap ... Apa maksudmu ?” sambungnya kemudian setelah berhasil menenangkan diri.

Mak Bolot menatap tajam ke arah Abigail, sepasang matanya tampak berkilat-kilat seakan siap membakar apa saja yang ditatapnya, “Bukankah perkataanku sudah jelas !” kembali ia berkata dengan suara keras membuat telinga Abigail sakit, “Kematian kalian sudah dekat,” kali ini nada suaranya seakan mengancam.

Tubuh Abigail gemetaran mendengar suara wanita tua itu, namun, ia masih berusaha untuk menenangkan diri, “Ba ... bagaimana kau bisa berkata demikian ?!”

Wanita yang dipanggil dengan nama Mak Bolot itu membanting-banting tongkat yang semenjak tadi dipegang tangan kirinya ke lantai, lalu berjalan menghampiri Farid, “Hmm... kalian semua sudah ditandai, tinggal menunggu saatnya, kapan kalian akan mati ?!” sahut Mak Bolot sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, tanpa berkata apa-apa lagi ia membalikkan badan, berjalan tertatih-tatih meninggalkan tempat itu. Abigail seakan tersadar, buru-buru ia memanggil-manggil Mak Bolot untuk bertanya lebih lanjut, namun, tubuh wanita tua itu sudah tidak kelihatan.

Abigail benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi di rumah itu, apalagi dengan apa yang dikatakan oleh Mak Bolot.

Senin, 11 Januari 2010;

Pk. 02:15:45 WIB

Semenjak Farid muncul dengan luka-luka di tubuhnya, ia Cuma bisa terbaring lemah di tempat tidur, Liza dan Yohana bergantian menjaganya. Akan tetapi, malam ini ... entah mengapa mereka merasa sangat mengantuk, rasa kantuk yang berat dan akhirnya mereka sama-sama tertidur pulas. Mendadak Farid terbangun, turun dari pembaringan dengan gerakan seperti robot, ia memandang ke arah Liza dan Yohana.

Ia berdiri bagaikan patung, kamera merekam, meski Farid seolah memandang ke arah teman-temannya, akan tetapi, yang terlihat adalah sepasang kelopak mata tanpa biji mata. Farid hanya diam tak bergerak untuk sekian lama, lalu melangkah ke arah pintu, begitu pintu kamar terbuka, ia melangkah ke arah kamar Abigail yang terletak tidak jauh dari kamarnya.

Pintu kamar Abigail terbuka, Farid melangkah masuk berjalan ke tepi pembaringan Abigail dan Fred tertidur pulas. Lagi-lagi Farid berdiri bagaikan patung cukup lama. Saat pengatur waktu pada kamera menunjukkan pukul 03:35:00 WIB, Farid membungkuk dan mendekatkan wajahnya ke wajah Abigail, sambil menyeringai mengerikan ia mendesis perlahan, “A...bi...ga...il...” setelah itu dengan gerakan aneh pula ia melangkah keluar kamar menuju ruang makan dan menaiki tangga ke arah lantai 2. Setelah tubuhnya masuk ke ruangan lantai dua dan pintu tertutup, tubuh Farid tak nampak lagi dan suasana kembali sunyi.

Senin, 11 Januari 2010; Pk. 07:05:10 WIB

Pagi itu seisi rumah geger karena Farid menghilang lagi. Hampir seluruh orang mencari ke ruang demi ruang, sudut demi sudut, ke segala penjuru termasuk rumah belakang tempat Mak Bolot tinggal, tapi, Farid tidak juga ditemukan.

Beberapa jam kemudian semua orang berkumpul di ruang tengah, wajah mereka menunjukkan rasa cemas dan prihatin. Ryan mengusulkan agar semua rekaman video diputar ulang. Usul ini ditanggapi positif oleh semua orang. Maka, Andre dan Gembul sebagai tehnisi multimedia mulai melaksanakan tugasnya. Pertama-tama yang diputar adalah rekaman video dari kamera yang dipasang di kamar no. 2, apa yang mereka saksikan dalam video tersebut, membuat mereka merinding, terlebih ketika menyaksikan rekaman Video tanggal 11 Januari 2010; Pk. 02:15:45 WIB dini hari tadi. Rekaman video berakhir saat pengatur waktu menunjukkan pk. 12:18:17 WIB, itu waktu saat kamera perekam dilepas.

Video rekaman kedua berasal dari kamera yang dipasang pada pada ruang tengah dan kamar Abigail, disitulah keberadaan Farid diketahui. Video berakhir saat Farid masuk ke lantai 2, setelah itu ia tidak muncul-muncul lagi.

“Ada yang tidak beres terjadi pada diri Farid,” kata Yohana setelah video selesai diputar, “Aku tidak tahu apa itu, yang penting kita harus segera memeriksa lantai dua,” Sambung Abigail sambil buru-buru melangkah menuju ruang makan dan menaiki anak tangga, sementara teman-temannya mengikuti dari belakang; tanpa sepengetahuan mereka, sesosok wanita tua berdiri di pintu dapur sambil menatap tajam ke arah mereka. “Hmm, rasa penasaran mereka akan jadi bencana di kemudian hari. Nona muda, sampai kapan kau berhenti meminta tumbal,” desahnya.

Abigail, Fred, Gembul dan Ryan sudah memasuki ruangan di lantai dua, sementara Hanzel, Yohana dan yang lain berjaga di lantai satu, sesuatu yang aneh membuat mereka enggan memasuki ruangan di lantai dua. Saat lampu menyala, suasana ruangan jadi terang benderang, akan tetapi tidak mampu menerangi ruangan itu yang ternyata 2 kali lebih besar dari kamar Abigail.

Abigail serta yang lainnya memandang ke sekeliling ruangan. Banyak sekali tumpukan kardus berbagai ukuran, semuanya ditutupi plastik hitam. Gudang penyimpanan barang, begitulah tanggapan Abigail dan teman-temannya. Kotor, berdebu dan pengap, sarang laba-laba menghiasi hampir semua dinding, kayu-kayu penyangga atap dan perabotan-perabotan yang ada. Selain tumpukan kardus, terdapat pula bingkai-bingkai foto yang disandarkan pada tiang pasak kayu penyangga atap rumah yang tinggi dan berukuran besar lagi kokoh. Pandangan mata semua orang menyapu ke sekeliling ruangan itu, dan pandangan mata Abigail terhenti pada foto-foto tua berdebu dan menempel berjejer pada dinding-dinding ruangan ada kira-kira 5 foto, selain 5 foto, terdapat pula lukisan-lukisan kuno yang usianya cukup tua.

Abigail mengamati foto-foto itu satu per satu dan semuanya adalah foto keluarga. Sebuah perasaan aneh muncul dari dalam dirinya, perasaan sepertinya dia sangat akrab sekali. Perasaan itu kian menjadi-jadi saat ia melihat sebuah foto 2 orang bocah wanita kembar berdiri berdampingan sambil memeluk boneka panda di dadanya. Wajah bocah itu sama persis begitu pula potongan badan, rambut dan pakaian yang dikenakannya, yang membedakan adalah kalung emas kecil yang menghiasi leher dengan berukir tulisan ‘ABBY’ pada bocah yang berdiri di sebelah kanan, sedang bocah yang berdiri di samping kirinya berukir tulisan ‘AMMY’. Perlahan-lahan jari-jari tangan kanan Abigail menyentuh kalung yang tergantung di lehernya dan terukir nama “ABBY”. Mendadak ia tersentak, manakala di kepalanya seperti melintas gambaran peristiwa di masa lalu bagaikan potongan slide sebuah film diputar berulang-ulang dengan adegan yang sama. Abigail mencoba untuk mengingat kembali apa yang baru saja melintas di kepalanya tadi, tapi, gagal, akhirnya, ia memutuskan untuk memeriksa kembali ruangan pada lantai dua. Pandangannya tertuju pada sebuah lemari kayu berwarna hitam yang terletak di sudut ruangan paling ujung.

__________

Terpopuler

Comments

Kardi Kardi

Kardi Kardi

hmmmm. mysterious reallyyyy

2022-11-14

0

lihat semua
Episodes
1 P R A K A T A :
2 Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3 Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4 Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5 Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6 Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7 Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8 Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9 Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10 Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11 Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12 Bab XI - Patung - Babak Pertama
13 Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14 Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15 Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16 Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17 Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18 Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19 Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20 Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21 Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22 Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23 Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24 Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25 Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26 Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27 Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28 Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29 Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30 Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31 Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32 Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33 Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34 Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35 Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36 Bab XXVIII : Malam Terakhir
37 Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38 Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39 Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40 Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41 Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42 Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43 Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )
Episodes

Updated 45 Episodes

1
P R A K A T A :
2
Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3
Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4
Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5
Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6
Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7
Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8
Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9
Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10
Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11
Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12
Bab XI - Patung - Babak Pertama
13
Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14
Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15
Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16
Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17
Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18
Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19
Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20
Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21
Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22
Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23
Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24
Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25
Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26
Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27
Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28
Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29
Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30
Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31
Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32
Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33
Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34
Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35
Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36
Bab XXVIII : Malam Terakhir
37
Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38
Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39
Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40
Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41
Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42
Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43
Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!