Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua

Kosmetik. Sama sekali tak pernah kubayangkan harus memakai kosmetik untuk menjadi orang sukses. Tapi, itulah kenyataannya, setelah aku memakai kosmetik ... aku merasakan imajinasiku berjalan dengan sendirinya untuk membuat sebuah cerita. Setiap ujung penaku mengguratkan kata-kata yang akhirnya membentuk kalimat. Kalimat demi kalimat yang tertulis pada kertas kosong membentuk sebuah jalinan cerita yang membuat siapa saja seakan terbawa dalam kejadian yang sebenarnya. Hampir semua cerita yang kutulis bertemakan berbau mistis dan entah sudah berapa banyak cerita yang berhasil dimuat dalam beberapa tabloid. Tetapi, satu yang aku herankan, selesai menulis cerita tersebut, apa yang kutulis menjadi nyata. Sebagai contoh, cerita tentang kecelakaan maut di Tol Cipularang yang menewaskan 6 orang. Dalam waktu yang tak lama lebih kurang 1 minggu setelah kutulis cerita itu, kecelakaan maut benar-benar terjadi dan menewaskan 6 orang.

Aku pernah menulis tentang diriku dalam karya tulis dengan nama samaran, sebut saja ‘Mawar’ yang memiliki beberapa sahabat hantu, dan memang entah darimana asalnya tiba-tiba saja datang hantu-hantu dalam hidupku. Mereka semua membantuku menulis cerita-cerita dan pengalaman-pengalaman mereka sendiri sewaktu masih hidup sebagai manusia. Tanpa sadar aku telah mengungkap masa lalu yang sudah lama terkubur dan menyeret pelaku-pelakunya ke meja hijau dan aku telah memasuki gerbang pembatas, dunia tempat aku tinggal dengan dunia arwah dan merekalah yang menghantarku menuju ke puncak karir sebagai penulis kondang.

Malam itu, seperti biasa aku duduk di meja kerjaku, sepasang mataku menatap ke halaman belakang yang gelap gulita.

Saat siang tiba dapat aku lihat pematang sawah dengan padi-padinya yang hijau dan di ujung sana gunung dan bukit hijau berdiri megah menantang langit. Sebuah pemandangan yang indah tersaji di depan mataku. Tapi, jika malam tiba, hanyalah kelap-kelip cahaya bintang yang mengelilingi dewi malam. Suara serangga dan hewan-hewan malam terdengar saling sahut, membuat para pendengarnya enggan untuk keluar. Mereka memilih untuk tidur lebih awal.

Dalam keadaan seperti itulah, biasanya ujung penaku ini sudah menulis beberapa kata dan kalimat, tapi, entah mengapa saat ini... aku merasa diri ini sunyi, sepi dan hampa. Mendadak saja wajah LIS terbayang di benakku, Aku heran padahal setelah kejadian di Gedung Star Image Building dulu, aku tak pernah memikirkannya lagi, tapi, kali ini... wajahnya hadir begitu saja. Untuk kali ini ujung penaku bergerak sendiri menuliskan nama SULISTYORINI. “Hei, mengapa tanganku ini bergerak sendiri menuliskan namanya ?” tanyaku seorang diri.

Angin dingin berhembus membuat bulu kudukku merinding dan sayup-sayup terdengar kata-kata, “Ceritakanlah dia yang telah mempermalukanmu. Aku tahu kau masih menaruh dendam padanya,”

Aku menoleh kesana-kemari, tak ada siapa-siapa di dalam kamar maupun di luar sana, hingga tertuju pada sesosok bayangan berdiri tak jauh dari sumur belakang rumah, “Siapa itu ?” tanyaku.

Tak ada jawaban. Bagaikan digerakkan oleh kekuatan tak kasat mata, aku berjalan menghampirinya dan tempat itu berubah. Di sekelilingku, banyak sekali tanaman menjalar dan ilalang yang tingginya 2 kali lipat dari tinggiku. Aku terus melangkah dan akhirnya terhenti tak jauh dari bayangan itu. Seorang wanita berpakaian merah berdiri di tepi sumur, tampak sedang merias wajahnya. Dia cantik sekali, “Siapa kau ?” tanyaku.

Wanita itu tak menjawab, ia memandangi sebuah cermin dan merias wajahnya sambil mendendangkan lagu lirih :

‘..............................................................................

Ndhuk, anakku wadon, delengen ing tawang ika

Mbulan ora werna abang mbranang

Lintang-lintang ora gelem gumebyar

Lan srengenge kaya ngece-ece

..................................................................................’

Aku tidak mengerti apa arti dari potongan lagu tersebut, kembali bertanya, namun, wanita itu mengalihkan pandangannya dari cermin di tangan ke arahku, “Apakah aku cantik, nduk ?” tanyanya. Aku menganggukkan kepala, wanita itu tersenyum, “Kau bohong. Kalau aku cantik, mengapa tak ada yang mengakuiku ?” tanyanya dengan nada jengkel, tapi, setelah itu menangis tersedu-sedu. Entah mengapa hati ini serasa sedih sekali, mendadak saja tanah tempatku berpijak seperti bergetar lalu terbelah dan dari dalam muncul sebuah kepala dengan sorot mata yang tajam menatapku.

Mataku terbelalak manakala, sepasang tangan pucat sudah mencengkeram kuat bahuku, tangan itu membuat tubuhku hilang keseimbangan dan akhirnya jatuh terjerembab. Tidak berhenti disitu, tangan yang tinggal tulang dibungkus dengan kulit itu seakan menarikku masuk ke dalam tanah. Aku berteriak histeris manakala melihat banyak sosok-sosok asing dan menjijikkan menggapai-gapai berebut hendak ikut menarik tubuhku untuk terus masuk ke dalam tanah. Setelah itu aku tak melihat apa-apa selain gelap gulita.

Saat membuka kedua pelupuk mata, kudapati tubuhku duduk setengah terbaring di meja tulisku dengan beralaskan kertas yang sudah penuh dengan guratan-guratan penaku dan nama SULISTYORINI ikut tertulis disana. MIMPI RUPANYA. Mimpi buruk itu selalu datang di malam-malam yang sebelumnya, sekalipun seorang penulis cerita horror, tapi, apabila dihadapkan pada mimpi seram tersebut, ketakutan. Terlebih saat sekarang ini, dimana-mana melihat sosok-sosok mengerikan entah itu kuntilanak, genderuwo, pocong atau apapun sebutannya. AKU TERSIKSA.

Telepon berbunyi, dan aku suara mendengar Paman Sugeng, dia memberi kabar Mbak Lis mengalami kecelakaan dan tewas di tempat. Kini ambulan sedang membawanya ke RS JAYA BAKTI untuk keperluan autopsi. Astaga !! Dalam cerita yang baru kutulis juga menceritakan hal itu, bagaimana mungkin ini disebut kebetulan ? Kubaca tulisanku untuk kesekian kalinya, setelah jari-jemariku memencet beberapa angka pada keypad aku dan Paman Sugeng terhubung kembali, “Halo, Paman sekarang ada dimana ?”

“Sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit, kita bertemu disana. Tapi... siapa itu ...” suara paman terputus-putus setelah itu tak terdengar apa-apa lagi, “Paman. Halo .... Halo ...” tak ada jawaban telepon sudah dimatikan dan buru-buru aku menuju ke garasi. Mesin menderu dan detik berikut mobil sudah melaju kencang meninggalkan rumah.

Jarak antara rumah paman dengan RS JAYA BAKTI cukup jauh. Namun, ada jalan pintas dimana perjalanan yang seharusnya ditempuh dalam waktu satu jam menjadi setengah jam. Jalan pintas itu adalah TANAH PERKUBURAN yang dianggap angker oleh penduduk di sekitar tempat Paman tinggal.. Kuambil jalan tersebut sebab, aku khawatir dengan keadaan paman yang mendadak mematikan HP-nya.

Mobilku berjalan menyusuri jalanan gelap dan sepi di Tanah Perkuburan ATONG. Malam ini tak seperti malam-malam biasanya, jangankan cahaya lampu dari rumah di sekitar tanah perkuburan itu, cahaya bintang dan rembulan saja tidak bisa membantuku menerangi badan jalan. Jadi, aku terpaksa menyorotkan lampu mobilku, lumayan bisa melihat keadaan jalan yang pada kanan kirinya membentang tembok hitam sebagai pembatas jalan dengan kompleks pemakaman.

Mobil terhenti saat melihat mobil paman terperosok ke dalam lubang. Buru-buru aku turun dari mobil dan melihat apa yang terjadi. Paman duduk dengan mimik wajah yang ketakutan, tubuhnya bergetar hebat, “Paman ... paman... ini Intan, apa paman baik-baik saja,” tanyaku sambil mengguncang-guncang bahunya. Ekspresi wajah paman tak berubah, bibirnya bergetar hebat sementara sepasang matanya terbelalak lebar lurus ke depan. Rasa penasaran membuatku tertarik dan segera mengalihkan pandanganku ke arah yang dilihat oleh paman dan....

Aku berseru tertahan manakala tak jauh dari hadapanku tersaji pemandangan yang mengerikan.

Seorang wanita berambut hitam panjang berjongkok, sepasang tangannya hanya tinggal tulang dibungkus dengan kulit berkuku hitam panjang dan runcing, jari-jarinya tengah mencakari aspal jalanan sementara sepasang kakinya panjang melebihi ukuran tubuhnya.

“Makhluk macam apa itu ?” tanyaku tanpa sadar. Tak ada jawaban, makhluk dihadapanku itu mengangkat wajahnya, pancaran matanya tampak liar dan ganas, dia menggeram bagaikan harimau, lalu perlahan-lahan merangkak ke arahku.

Aku baru bisa melihat dengan jelas saat lampu mobil pamanku menyorot ke arahnya, ternyata posisi kaki tidak wajar, tubuhnya terbaring di tanah sementara sepasang kakinya berada di atas dalam keadaan terbalik. Mirip kalajengking yang sedang mengangkat ekornya.

Aku tak mampu bergerak, bisa kurasakan bukan main pucatnya wajahku ini terlebih setelah jarak makhluk aneh mendekat.

Suara erangan bercampur dengan geraman itu menyiksa kedua telingaku, dan “Brak !” suara itu membuatku melompat kaget, mendadak saja bagian moncong mobil muncul sepasang tapak kaki berukuran raksasa diantara kaki-kaki itu muncul kepala dengan rambut hitam panjang lagi kusut. Disela-sela rambut itu tampak sepasang bola mata yang kemerahan, menatap ke arahku dan terdengar desisan, “KAU ADALAH MILIKKU !”

_____

Aku menjerit tertahan bersamaan dengan rasa nyeri dan sakit pada pergelangan tanganku. Aku tersentak, MIMPI LAGI RUPANYA. Menyiksa sekali.

Aku membaca cerita yang baru saja tertulis sebelum tertidur, itu adalah cerita tentang mimpi burukku, mendadak saja pergelangan tangan kiri dan kanan nyeri dan perih, ada bekas luka guratan benda tajam. Tak ingat kapan luka ini kudapat dan sekilas teringat mimpiku tadi. Jari-jari makhluk aneh itu sempat menyambar pergelangan tangan, tapi, mana mungkin luka dalam mimpi bisa terbawa ke dalam dunia nyata ?

TARA, aku teringat padanya. Kuraih telepon genggamku, setelah jari-jariku menekan tombol pada keypad, Tara terhubung.

“Halo, orang kaya baru... kenapa baru sekarang kau meneleponku ?” terdengar suara Tara di seberang sana.

“Maaf, Tara... baru sekarang aku menghubungimu... emh, bisakah kita bertemu esok hari ?”

“Kenapa, tan ... kok mendadak sekali. Tapi, baiklah aku akan ke rumahmu besok,”

“Terima kasih, Tara. Kau memang sahabat terbaikku,”

Pembicaraan telepon berakhir. Kuletakkan telepon genggamku di tepi meja sementara sepasang mataku tak berkedip menatap kalimat-kalimat yang tertera dalam cerita yang kubuat. Yah, semuanya harus diakhiri. Ini benar-benar menyiksaku.

______

“Apa yang sudah kautulis tetaplah tertulis. Tak bisa dirubah lagi,” kata Ki Lewu, siang itu. Yah, aku mengajak Tara yang pagi-pagi sekali datang ke rumah menuju ke Kampung Anyar, dimana Ki Lewu tinggal. Aku menceritakan banyak hal setelah memakai kosmetik pemberiannya beberapa waktu yang lalu.

“Tapi, saya tak menyangka semua itu menjadi kenyataan, Ki.... memang saya bercita-cita untuk menjadi penulis terkenal, tapi, sama sekali tak disangka di balik suksesnya karya tulis itu tersembunyi peristiwa-peristiwa mengerikan dan ujung-ujungnya berbau darah,” jelasku.

Ki Lewu tersenyum, “Pernahkah kau menulis cerita dengan tema lain ?” tanyanya. Aku bengong. Memang selama ini, aku tak pernah menulis cerita-cerita dengan tema romantis.

“Ki, saya tak pernah menulis cerita-cerita seperti itu, akan membuat teringat masa lalu yang pahit. Saya ingin merasakan hal yang berbeda. Tapi, bukan ini yang kuinginkan, apa yang harus saya lakukan ?”

“Kalau memang demikian sudah saatnya kau beralih profesi. Tapi, sekalipun demikian kosmetik itu tak akan bisa dimusnahkan begitu saja. Kau akan selamanya melihat, apa yang seharusnya tak perlu kau lihat. DUNIA LAIN / DUNIA GAIB / DUNIA ROH. Saya menyesal dengan apa yang terjadi pada Sulistyorini, saudaramu itu. Saya tak bisa berbuat apa-apa untuk mebantumu, Nak Intan. Maafkan saya,”

“Paman,” Tara yang sejak tadi diam mendadak bicara, “Mungkin ada jalan lain untuk membuat Intan agar tidak seperti ini ? Misalnya saja, mencari tahu siapa wanita yang hadir dalam mimpi-mimpinya ?”

“Kau pikir itu mudah ? Salah, Tara. Kosmetik itu terbuat dari cairan mayat-mayat busuk. Kaupikir ... cairan itu hanya milik satu mayat saja ?  Tidak. Ini semua salah paman, tak seharusnya paman memberikan kosmetik itu pada Intan,”

“Tidak apa-apa, Ki.... “ sahutku, “Lagipula, saya yakin ... Anda tidak tahu kalau kosmetik itu berasal dari cairan mayat-mayat busuk. Saya akan coba mencari solusinya. Apapun itu,” sambungku yang mulai bisa menenangkan diri.

“Apa yang hendak kau lakukan, sayang ?” tanya Tara.

Aku tersenyum, “Mencoba mencari tahu apa yang diinginkan oleh makhluk aneh tersebut. Jika perlu akan kutundukkan dengan caraku sendiri. Mungkin dengan ujung mata pena ini bisa memusnahkan makhluk itu untuk selama-lamanya,” sambungku.

Aku melihat Tara dan Ki Lewu memandangku dengan tatapan heran, yah, ide ini muncul begitu saja, dan mungkin saja ini menjadi karya tulisku yang terakhir. Yah, satu cerita lagi, maka, semuanya akan berakhir.

_____

Aku berjalan menelusuri jalanan TANAH PERKUBURAN ATONG, Tempat itu benar-benar sunyi mencekam, terlebih di saat-saat seperti ini, MALAM JUM’AT LEGI. Aku tak merasakan kaki-kaki ini menapak di tanah. Sekalipun ada rasa takut dalam diriku, tapi, tekadku sudah bulat. Biar bagaimanapun makhluk aneh itu telah membuat hidupku kacau sekaligus menghantarkanku menuju puncak karir sebagai penulis cerita horror.

Setelah berjalan setengah melayang cukup lama, akhirnya tibalah aku di tujuan. Di tempat itu aku melihat 2 pasang pohon beringin berukuran raksasa dengan bongkol-bongkol yang berbentuk aneh juga serabut-serabut akarnya yang panjang dan lebat serta bergelantungan di udara. Menurut cerita penduduk sekitar, tempat itu adalah gerbang pembatas antara dunia ini dengan dunia lain. Sebuah tempat yang eksotis terlebih saat malam-malam begini, jika orang mengatakan tempat ini angker sebaliknya aku mengatakan tempat ini indah dan cocok digunakan untuk menyendiri dan menulis sebuah cerita.

Telingaku mendengar lolongan anjing serigala dari kejauhan, Bunyi yang tidak biasa. Masa bodoh, aku duduk merapat di salah satu akar pohon beringin itu dan tak lama kemudian terdengar suara seperti benda berat diseret-seret disertai erangan dan geraman. MAKHLUK ITU SUDAH DATANG !

Aku tersenyum melihat ada sebuah benda hitam bergerak perlahan menghampiriku, “Kau sudah datang ? Aku menunggumu dari tadi,” 

Benda itu tak bergeming, “Hei, aku bicara denganmu... tak dengarkah kau atau memang kau tuli ?”

Makhluk itu kembali bergerak dan kini sudah tepat berada di depan hidung. Rambut hitam panjang tergerai lagi kusut yang menutupi wajahnya tersibak dan aku bisa melihat wajah mengerikan. Sepasang matanya mendadak melotot dan bola-bola matanya menggelinding dan jatuh tepat di dekat kakiku, ia membuka mulutnya seperti nya hendak melahapku hidup-hidup dan terdengar suara mirip suara orang tercekik.

Rongga mulut makhluk itu seakan melebar dan aku merasakan tubuhku masuk ke dalam rongga mulutnya, “Bagus, biarlah kau melahapku, aku tak takut denganmu. Kau adalah makhluk terjelek dari semua makhluk yang ada di sekitar sini,” kataku sambil menancapkan ujung penaku dalam-dalam ke salah satu bagian yang terdalam di mulutnya. KERONGKONGAN.

Mendadak saja tempat itu seperti bergolak-golak bagaikan air gelombang pasang, semua yang ada di sekitarku seakan berputar-putar, telingaku serasa tuli mendengar geraman dan erangan di sekitar tanah perkuburan Atong. Hingga sayup-sayup terdengar suara, “AAAAARRRRGGGGGHHHHH !! MENGAPA INI TERJADI PADAKU, MENGAPA ?!!!”  gema teriakannya membahana seakan memenuhi tempat itu hingga terdengar jauh sekali. Suasana gelap mendadak berubah menjadi terang benderang dan aku mendapati diriku tidak lagi ada di tanah perkuburan Atong melainkan berada di kamar tidurku dengan posisi badan menghadap meja kerjaku.

Aku berdiri dan berjalan menuju kamar mandi, kubasuh wajah dan bercermin. Bayangan yang terpantul dalam cermin adalah bayanganku. Aku tersenyum tapi, senyumanku terlihat menyeringai mengerikan. Bibirku gemetar dan tanpa sadar terucap :

“Orang-orang biasa memanggilku dengan sebutan pendiam, penyendiri, penggerutu dan lain sebagainya, padahal aku memiliki sebuah nama ... sebut saja INTAN. Aku gemar sekali menulis, ujung penaku begitu tajam, lebih tajam daripada mata pisau yang baru diasah ... sebab, berhati-hatilah .... begitu ujung mata penaku menuliskan namamu .... jangan harap kau bisa menghirup udara segar esok hari ....ini adalah kutukanku sebagai seorang PENULIS ....”

( Selasa, 06 – Nop – 2018 )

Terpopuler

Comments

Mami Mara

Mami Mara

creepy euy 😱

2022-12-08

0

lihat semua
Episodes
1 P R A K A T A :
2 Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3 Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4 Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5 Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6 Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7 Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8 Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9 Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10 Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11 Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12 Bab XI - Patung - Babak Pertama
13 Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14 Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15 Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16 Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17 Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18 Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19 Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20 Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21 Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22 Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23 Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24 Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25 Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26 Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27 Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28 Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29 Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30 Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31 Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32 Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33 Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34 Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35 Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36 Bab XXVIII : Malam Terakhir
37 Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38 Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39 Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40 Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41 Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42 Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43 Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )
Episodes

Updated 45 Episodes

1
P R A K A T A :
2
Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3
Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4
Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5
Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6
Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7
Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8
Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9
Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10
Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11
Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12
Bab XI - Patung - Babak Pertama
13
Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14
Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15
Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16
Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17
Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18
Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19
Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20
Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21
Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22
Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23
Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24
Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25
Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26
Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27
Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28
Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29
Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30
Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31
Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32
Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33
Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34
Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35
Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36
Bab XXVIII : Malam Terakhir
37
Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38
Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39
Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40
Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41
Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42
Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43
Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!