Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama

Malam itu adalah malam puncak dimana Group Musik Baladewa mencapai karirnya sebagai group musik terbaik di dunia. Seusai pertunjukan, sebagian besar para penonton merasa puas dengan pertunjukan yang digelar BALADEWA.

Penilaian positif itu bergulir hingga sampai ke telinga Ratna, salah satu dari anggota Baladewa yang ditugaskan oleh Pak Yudhi sebagai pemegang biola dan pemetik sitar. Sebelum Estefanny dan Febiola masuk menjadi anggota Baladewa, dia menjadi pemain musik yang paling diandalkan oleh Pak Yudhi, pimpinan Group Baladewa yang juga ahli dalam memainkan berbagai macam alat musik.

Ratna berjalan menuju ke kamar Estefanny dan Febiola, begitu sampai di depan pintu, ia mengetuknya dan tanpa menunggu lama, pintu terbuka dan Febiola muncul menyambutnya dengan ramah.

"Eh, kak Ratna... masuklah, kami kira kakak sudah tidur," sapanya.

Ratna tersenyum sambil melangkah masuk, "Penampilan kalian malam ini sangatlah luar biasa, hampir semua penonton memberikan penilaian positif terhadap penampilan kalian berdua dalam memainkan lagu 'Sarahbande'," katanya sambil duduk di sebuah kursi.

"Kak Ratna, jangan berlebihan... tanpa adanya iringan biola kakak, lagu kami serasa hambar," sahut Fanny. Senyum Ratna menghiasi bibirnya yang merah delima, "Sudahlah. Saya benar-benar salut dengan kalian. Bagaimana caranya hingga kalian bisa memainkan seruling dan harmonika itu sedemikian bagusnya ?" tanyanya dengan penuh minat.

"Entahlah... mungkin karena kami terlalu hanyut dalam suasana. Ehm, sebenarnya kami sangat mengagumi permainan biola dan Sitar kakak. Sekalipun kami bisa memainkan kedua alat musik itu, permainan kakak lebih baik dari kami," kata Fanny sambil menyajikan minuman ke hadapan Ratna.

"Benar, kak...." sahut Febi, "Pak Yudhi juga mengatakan tanpa adanya kita bertiga, Baladewa ini seperti masakan yang hambar," sambungnya.

"Aku benar-benar terkesan. Pertahankan prestasi kalian itu. Ketahuilah, tadi banyak orang ingin bertemu dengan kalian, sebagian dari mereka memberikan karangan bunga juga berbagai hadiah untuk kalian. Hadiah-hadiah tersebut berada di ruangan Pak Yudhi. Beliau minta tolong pada saya, memanggil kalian di ruangan latihan. Sekarang, lho," tegas Ratna. Estefanny dan Febiola menganggukkan kepala dan sambil berjalan di belakang Ratna mereka meninggalkan tempat itu.

_____

Di ruang latihan, Pak Yudhi berdiri sambil memandangi karangan-karangan bunga yang diletakkan berjejer di lantai. Karangan bunga tersebut terus berdatangan hingga nyaris tak ada tempat untuk memajangnya. Semua karangan bunga itu berisikan "SELAMAT DAN SUKSES ATAS KONSER AMAL GROUP BALADEWA". Ada berbagai bingkisan kecil yang ditujukan pada Pemegang Seruling Perak Estefanny dan Pemegang Harmonika Ungu Febiola. Laki-laki setengah baya itu tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala, "Sepasang anak yatim itu, memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang seni musik," katanya dalam hati.

"Selamat malam, pak," terdengar suara Ratna dari arah belakang. Buru-buru Pak yudhi membalikkan badannya, ia tersenyum melihat 2 wanita yang berdiri di belakang Ratna, "Selamat malam, juga anak-anakku," sambut Pak Yudhi sambil memeluk mereka bertiga.

"Kalian, lihatlah karangan bunga juga bingkisan-bingkisan mewah ini, para penonton memberikan semua ini kepada kita. Terutama kalian berdua Fanny dan Febi. Konser ini sukses besar karena kalian," katanya.

"Tidak juga, pak..." kata Fanny, "Ini semua adalah hasil kerja sama kita, terutama Kak Ratna yang sudah membimbing kami. Tolong bapak bagikan semua ini pada para senior kami, pak," sambungnya.

"Hei, apa kau menolak kebaikan hati Pak Yudhi ?" tanya Ratna.

"Tidak, kak. Tak adil rasanya jika semuanya ini untuk kami. Kami sekedar menghibur para penonton saja tak ada maksud lain. Jadi, tolong bantu kami untuk membagikan semuanya ini, kak ?" sahut Febi.

"Hmm, hati kalian benar-benar baik," ujar Pak Yudhi lalu menoleh ke arah Ratna dan berkata, "Nak Ratna... tolong bagikan semua ini kepada yang lain, ya..."

Ratna mengangguk, "Terima kasih Fanny dan Febi... tapi, saya memiliki sesuatu untuk kalian berdua. Saya mohon jangan menolak pemberian saya ini, ya..." sambil berkata demikian ia merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil lalu diberikan pada Fanny dan Febi, "Ini adalah hadiah dariku kosmetik, mungkin kalian cocok memakainya. Kosmetik ini istimewa, lo ... dalam waktu singkat bisa menembus pasar internasional,"

Estefanny dan Febiola menerimanya, "Terima kasih, kak. Saya senang kita bisa bekerja sama melambungkan nama BALADEWA," ujar Fanny.

"Ha... ha... ha... ayo sekarang kita foto bersama untuk kemudian makan malam. Kalian tentunya sudah lapar, bukan ?" ujar Pak Yudhi sambil memeluk Ratna, Estefanny dan Febiola sesaat kemudian ia meminta beberapa juru foto untuk mengambil foto mereka berempat.

_____

"Hei, apa kau sudah gila memberikan kosmetik itu pada mereka ?" tanya Gatot salah satu dari anggota kelompok musik Baladewa kepada Ratna di ruangan yang cukup jauh dari kamar Estefanny dan Febiola. Ratna tersenyum, "Apa yang kau tahu tentang kosmetik itu, Kak ?" tanyanya.

"Menurut isu yang beredar sekarang ini ... barangsiapa yang memakai kosmetik itu ... dia akan mampu melihat bangsa Jin atau sejenisnya ? Mengapa kau memberikan barang berharga itu pada mereka ?"

"Dengar ... aku tak menyukai Estefanny dan Febiola. Sekalipun aku bersikap manis pada mereka, itu hanya sekedar pemerah bibir saja. Aku bahkan ingin menyingkirkan mereka dari BALADEWA ini,"

Gatot tertegun mendengar ucapan Ratna, "Mengapa kau tega berbuat demikian pada mereka Ratna ? Bukankah mereka adalah teman kita juga ?"

"Huh !! Apa kau tidak melihat perubahan sikap Pak Yudhi padaku ?" kata Ratna ketus, "Dulu akulah yang menjadi anak kesayangan Pak Yudhi, tapi, kini setelah 2 gadis yang tidak jelas asal-usulnya ada diantara kita, apa yang terjadi ? Apakah kau tak melihatnya ?"

"Kau salah, Ratna... Pak Yudhi menyayangi kita melebihi apapun. Dia tak pernah mengabaikan kita anak-anak angkatnya. Tanpa beliau... kita mungkin sudah jadi gelandangan. Buanglah perasaan negatifmu itu... atau kau akan merugikan dirimu sendiri,"

"Sudahlah Kak Gatot. Kakak tak perlu ikut-ikutan menyanjungnya, aku malah semakin sebal. Tahu !!!" seru Ratna sambil berjalan meninggalkan tempat itu menuju ke kamar Estefanny dan Febiola.

Dua kakak-beradik itu tampak bingung menatap kosmetik pemberian Ratna di meja riasnya. Seumur hidup mereka tak pernah tahu bagaimana cara memakai kosmetik. Lamunan mereka buyar manakala mendengar pintu kamar diketuk dan terdengar suara Ratna dari luar. "Halo, selamat pagi... apa kalian sudah bangun ?"

Buru-buru Febiola membukakan pintu dan berkata, "Selamat pagi, kak... syukur kakak datang.... bisa bantu kami memakai kosmetik pemberian kakak kemarin ? Sebab, kami sama sekali tak tahu caranya,"

Ratna tersenyum, "He... he... he... baiklah, saya akan membantu kalian," katanya sambil dengan cekatan mulai merias wajah Estefanny. Begitu selesai merias wajah Estefanny, ia merias wajah Febiola dalam dalam hitungan lebih kurang 20 menit selesailah, "Wah, lihat kalian tampak lebih cantik, coba lihat wajah kalian di cermin. Padahal saya hanya menambahkan bedak dan lipstik saja di wajah kalian," katanya sambil menuntun 2 saudara kembar itu ke depan cermin.

Dua kakak-beradik itu tampak terpesona memandang bayangan wajah mereka yang terpantul pada cermin, "Saya merasa ... bayangan yang ada di dalam cermin itu bukanlah bayangan saya," kata Fanny.

"Ah, itu hanyalah perasaan kalian saja. Kalau bukan bayangan kalian, bayangan siapa ? Kalian memang benar-benar cantik jelita," goda Ratna.

"Kak," panggil Febi, "Jika kelak kami butuh bantuan kakak untuk merias wajah ... maukah kakak membantu kami ?" tanyanya.

"Tentu saja ... kita di Baladewa ini adalah saudara sehidup semati, bukan ?" sahut Ratna, "Jangan khawatir, saya pasti akan membantu kalian kapanpun kalian mau. Saya tidak akan kemana-mana, kok,"

Hingga pada suatu hari, Kelompok Musik Baladewa diundang oleh seorang pejabat tinggi pemerintah kota Solo untuk memeriahkan hari jadi kota tersebut. Konser diadakan di salah satu Gedung Pemerintahan yang dibangun pada Jaman Kolonial Belanda. Estefanny dan Febiola yang sudah bisa merias wajah dengan baik hari itu tampak gelisah. Saat pertama kali menginjakkan kaki di halaman gedung itu, mereka melihat sosok-sosok asing yang mengerikan.

"Hei, apa kalian merasa tidak sehat ?" tanya Ratna di ruang ganti. Estefanny dan Febiola menggelengkan kepalanya, "Kami tidak apa-apa, kak," kata Fanny. Ratna menatap wajah Fanny dalam-dalam, ia merasa ada yang tidak beres pada diri mereka, "Jangan berbohong. Pandangan mata kalian menunjukkan itu," desaknya.

"Kak, kami merasa tidak nyaman berada disini lama-lama. Entah kami berhalusinasi atau apa, yang jelas sewaktu masuk di tempat ini kami melihat banyak sosok bersliweran kesana-kemari. Sekarang salah satu sosok tersebut tengah memain-mainkan pakaian yang tergantung di sudut ruangan," kata Fanny.

Ratna mengalihkan perhatiannya ke arah yang dimaksud oleh Fanny, ia tak melihat apa-apa tapi, sekilas ia dapat merasakan hawa dingin menerpa tengkuknya dan itu membuat bulu kuduknya berdiri. "Tidak ada siapa-siapa disini dan gantungan pakaian itu tetap pada tempatnya. Kalian jangan mengada-ada, lho. Kalau kalian merasa tidak sehat, biar saya akan menyampaikannya pada Pak Yudhi,"

Estefanny dan Febiola saling pandang, kini dihadapan mereka tampak seorang wanita berambut panjang, hitam tergerai lagi kusut berdiri di belakang Ratna. Wajah mereka tampak ketakutan, "Kak ... salah satu sosok itu berdiri di belakang kakak," ujar Febiola.

Buru-buru ia memalingkan wajahnya dan di hidungnya sudah tampak wajah pucat seorang wanita dengan lingkaran hitam pada kedua belah matanya. Wanita-wanita itu berteriak ketakutan lalu keluar dari ruangan yang minim cahaya lampu tersebut. Teriakan itu didengar oleh semua anggota Kelompok Musik BALADEWA yang tengah berlatih di ruang latihan, tak terkecuali Pak Yudhi

"Apa-apaan, ini ? Mengapa kalian berteriak-teriak seperti orang ketakutan ?" tanyanya heran. Akibat teriakan itu latihan terhenti. Dengan nada terbata-bata, Ratna menjelaskan apa yang baru saja dialami bersama Fanny dan Febi.

"Hantu ? Kau mengatakan bahwa kau melihat hantu ? Tidak malukah kau pada rekan-rekanmu yang lain ? Harusnya sebagai senior kau memberikan contoh yang baik bagi adik-adikmu," bentak Pak Yudhi. Pandangannya segera beralih pada Fanny dan Febi, "Kalian berdua, jangan katakan bahwa kalian juga melihat hantu,"

Estefanny dan Febiola menundukkan kepala, mereka sama sekali tak memperhatikan semua mata yang memandangnya, pandangannya tertuju pada sosok tinggi besar yang berdiri di sudut ruangan, "Ma ... maafkan kami, pak," ujar Febi.

"Sudahlah, lebih baik kalian berdua ikut aku, ada yang perlu kubicarakan," ujar Pak Yudhi.

Di ruangan pribadi Pak Yudhi duduk sambil memandang ke arah Fanny dan Febi, "Katakan padaku, apa benar yang dikatakan Ratna tadi ?"

Fanny menganggukkan kepala, "Pak, terus terang dimana-mana kami melihat sosok-sosok asing dan mengerikan. Kami tidak tahu mendadak saja mampu melihat hal-hal yang, orang lain tak bisa melihat. Kami tidak berbohong, pak,"

Pak Yudhi tersenyum, "Ya. Selama ini kalian tak pernah berbohong di hadapanku, dan kalian tak pandai berbohong. Tapi, yang ingin kutanyakan sekarang adalah, apakah kalian siap dengan pertunjukan nanti malam ?"

Estefanny dan Febiola saling pandang lalu Fanny berkata, "Kami kurang yakin, pak... sebab, ini adalah yang pertama kalinya bagi kami untuk memainkan beberapa lagu tanpa iringan musik lain,"

"Kenapa kalian kurang yakin ? Percayalah pada kemampuan kalian berdua. Maka, dengan demikian kalian bisa menjadi contoh bagi kakak-kakak senior kalian. Berhasil atau tidaknya pertunjukan ini sekarang tergantung pada kalian. Dulu, Ratna menjadi andalan kami, sekarang ini ... kalianlah yang menjadi andalan kami,"

"Kami akan berusaha sebaik mungkin, pak,"

"Bagus. Istirahatlah, nanti malam adalah momen terbesar untuk hidup kalian,"

_____

Pertunjukan dimulai, Estefanny dan Febiola tampil untuk yang pertama kalinya tanpa iringan alat musik lain dan membuat para penonton terkesima, berdecak kagum dan saat lagu terakhir yang berjudul 'SO SAD' dimainkan alunan seruling dan harmonika ditutup dengan tepuk tangan meriah dari para penonton. Setelah Estefanny dan Febiola mengundurkan diri dari panggung dan digantikan dengan kelompok Ratna, penonton yang semula membludak memenuhi gedung berangsur-angsur meninggalkan ruangan dan yang tersisa tidak lebih dari setengahnya. Ini membuat harga diri Ratna serasa diinjak-injak.

Saat pertunjukan selesai, Ratna marah-marah, "Brengsek !! Gara-gara 2 orang kakak-beradik itu lagu-lagu yang kita mainkan seperti tidak ada harganya di mata para monyet berseragam mewah dan mencolok mata itu !!"

"Lalu, apa yang hendak kau lakukan, ha ? Inilah kenyataannya, 2 kakak beradik itulah yang malam ini jadi bintang," sahut Rini.

"Aku akan memberi pelajaran untuk mereka. Tapi, aku butuh bantuan kalian," ujar Ratna sambil memberi isyarat pada teman-temannya untuk mendekat. Rencana yang jahat telah disusunnya.

Sementara itu, di kamar Estefanny dan Febiola, pasangan kakak-beradik itu juga sudah mendengar desas-desus tentang bagaimana sikap para anggota kelompok Baladewa terhadap mereka. Fanny duduk termenung di tepi pembaringan sambil memandangi kosmetik pemberian Ratna, sementara, Febiola tampak gelisah, ia berjalan kesana-kemari sambil sesekali menghela nafas panjang sesekali pula memandang ke arah Fanny.

"Kak, tampaknya penampilan kita sudah bagus dan para penonton puas. Tapi, sepertinya ... teman-teman kita tidak menyukai penampilan kita. Dimanakah letak kesalahannya ?" tanya Febiola.

"Kita tidak bersalah, ini hanya masalah kita mempercayai orang yang salah," sahut Fanny.

"Apa maksud kakak ?"

"Sebaiknya, kitaharus segera meninggalkan tempat ini. Semenjak kita bergabung dengan BALADEWA ini, para senior seakan tidak menyukai kita. Dan, yang kusesalkan adalah kita menaruh kepercayaan pada ORANG YANG SALAH. Febi, kemasi barang-barangmu, malam ini juga kita harus segera meninggalkan tempat ini," ujar Fanny.

"Lalu, kemana kita akan pergi ? Kita sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi, orang tua kita sudah meninggal dan tak ada lagi sanak famili,"

"Dunia tak selebar daun kelor, Febi. Masakan tak ada tempat bagi kita untuk berlabuh ? Ayo, cepat kemasi barang-barangmu,"

Saat Febiola hampir selesai mengemasi barang-barang dan menaruhnya ke dalam koper, sepasang kakak beradik itu melompat kaget manakala pintu kamar mereka didobrak. 3 orang wanita rekan kerjanya berdiri sambil berkacak pinggang, salah seorang dari mereka membawa sebuah botol berisi air. "Cih, gara-gara kalian, kami ditegur oleh Bapak Ketua," sambil berkata demikian wanita yang membawa botol itu melemparkan botol ke arah wajah Estefanny dan Febiola, sementara yang lain mengacak-acak koper yang ditaruh di sudut ruangan dan merusak isi koper itu termasuk seruling perak. Seruling perak itu dipatahkan menjadi dua dan dibuang ke lantai.

Botol itu melayang dan mendarat di wajah Estefanny dan Febiola.Botol itu pecah dan cairan yang ada di dalamnya muncrat menyebar kemana-mana.Pipi kanan Estefanny dan pipi kiri Febiola serasa dibakar oleh bara api. Asap mengepul keluar dari pipi-pipi mereka dan bau kulit terbakar memenuhi ruangan. Fanny dan Febiola berteriak keras membangunkan semua anggota Kelompok Baladewa. Mereka segera menuju ke kamar Fanny dan Febiola, mereka ternganga manakala menyaksikan Fanny dan Febi berteriak-teriak, bergulung-gulung di lantai kamar senebtara tangannya menutupi wajah, dari sela-sela jari mereka mengepul asap putih kemerahan.

Keributan yang terjadi di dalam kamar sepasang kakak-beradik itu didengar oleh Robert, salah seorang anggota BALADEWA. "Apa yang terjadi pada mereka ?" tanya Robert. Langkahnya terhenti manakala wanita si pelempar botol menghadang, "Saya ditugaskan oleh Bapak Ketua untuk memeriksa kamar setiap anggota dan memperingatkan mereka agar jangan lupa mematikan lilin. Kebetulan Fanny dan Febi masih menyalakan lilin, mereka menolak dan hendak memukulku tapi, tangannya malah tak sengaja menyambar lilin hingga api menyambar wajah mereka... cepat beri mereka pertolongan,"

Robert memandang wanita itu dengan tatapan ragu-ragu, "Ratna, apa benar yang kau katakan itu ?" tanyanya kemudian namun, wanita itu tak menjawab malah membuat semua orang bingung dan cemas, "Cepat, berikan mereka pertolongan ! Saya takut !" Robert tak berkata apa-apa lagi, buru-buru ia mengulurkan tangannya mencoba memberikan pertolongan, tapi, Fanny menepiskan tangan Robert. Sambil merintih-rintih kesakitan, diraihnya seruling perak yang patah dan tergeletak di lantai tak jauh darinya, setelah itu mengajak Febi melangkah meninggalkan tempat itu.

Sesaat sebelum pergi, Fanny berhenti sejenak di tempat wanita pelempar botol yang tak lain dan tak bukan adalah Ratna berdiri, ia membuka tangannya yang menutupi wajah, wajah Fanny melepuh, dari mata hingga rahang kanannya hancur, hilang sudah kecantikannya yang senantiasa dipuji-puji orang. Fanny menatap wajah Ratna dengan mata kirinya yang seakan bersinar tajam penuh amarah, "Lihat apa yang sudah kau perbuat. Apa salahku ?" katanya lirih, setelah itu ia melangkah pergi bersama Febi yang juga menatap wajah Ratna tak kalah tajamnya dengan tatapan Fanny tadi, sementara Ratna hanya berdiri bersikap acuh tak acuh, pada wajahnya terpancar cahaya penuh kemenangan dan tanpa rasa bersalah.

Semua yang ada di ruangan itu hanya memandangi punggung Fanny dan Febi yang semakin lama semakin jauh hingga hilang ditelan kegelapan malam. Sejak saat itu, tak terdengar lagi nama Estefanny dan Febiola, sementara kebesaran nama Kelompok Musik Baladewa, semakin lama semakin merosot dan akhirnya, hilang sama sekali. Pak Yudhi, pimpinan kelompok musik tersebut merasa kehilangan, setiap hari kerjanya melamun sambil memandangi foto Estefanny dan Febiola. Nafsu makannya berkurang dan akhirnya jatuh sakit. Tak lama kemudian pria itu meninggal dunia.

_____

Terpopuler

Comments

Kardi Kardi

Kardi Kardi

itulah jln hidup, ada saja halangan & cobaannya. keep spiritssss

2022-10-20

0

lihat semua
Episodes
1 P R A K A T A :
2 Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3 Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4 Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5 Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6 Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7 Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8 Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9 Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10 Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11 Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12 Bab XI - Patung - Babak Pertama
13 Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14 Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15 Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16 Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17 Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18 Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19 Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20 Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21 Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22 Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23 Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24 Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25 Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26 Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27 Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28 Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29 Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30 Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31 Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32 Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33 Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34 Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35 Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36 Bab XXVIII : Malam Terakhir
37 Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38 Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39 Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40 Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41 Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42 Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43 Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )
Episodes

Updated 45 Episodes

1
P R A K A T A :
2
Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3
Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4
Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5
Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6
Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7
Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8
Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9
Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10
Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11
Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12
Bab XI - Patung - Babak Pertama
13
Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14
Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15
Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16
Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17
Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18
Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19
Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20
Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21
Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22
Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23
Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24
Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25
Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26
Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27
Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28
Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29
Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30
Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31
Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32
Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33
Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34
Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35
Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36
Bab XXVIII : Malam Terakhir
37
Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38
Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39
Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40
Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41
Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42
Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43
Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!