Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua

Beberapa bulan setelah kejadian itu, Baladewa bubar. Seluruh anggotanya yang berjumlah 10 orang tercerai berai. Sebagian mendirikan kelompok musik sendiri, sebagian berkarir sebagai pemain tunggal, sebagian lagi ada yang beralih profesi sebagai pebisnis. Namun, seiring dengan karir mereka yang menanjak, saat itu pula mereka mengalami kejadian yang berujung pada kematian secara mendadak. Hingga dari 10 orang tersebut tersisa 5 orang yang masih hidup, mereka adalah : Ratna, Rini, Lusi, Robert dan Sugeng.

..._____...

LUSI

Lusi pulang dalam keadaan mabuk berat, melihat keadaan sahabatnya itu Yuniar mengantarnya pulang. Jarak antara kantor tempat Lusi bekerja dengan rumah agak jauh harus melewati tanah pemakaman dan jalanan sepi.

Tapi, Yuniar yang sudah biasa berkunjung ke rumah Lusi, hal itu bukanlah halangan. Namun, malam itu, jalanan begitu gelap dan berkabut, Yuniar harus ekstra hati-hati. Selama di perjalanan Lusi bicara ngelantur tentang pengalamannya di masa lalu sewaktu masih menjadi Kelompok Baladewa. Dan tanpa sadar nama Estefanny dan Febiola disebut-sebut.

“CCCIIIEEETTTHHH !!”

Sebuah bunyi memekakkan telinga yang berasal dari mesin rem mobil menyusul dengan bunyi gesekan roda beradu dengan aspal, Yuniar menghentikan laju mobil dengan mendadak sekali membuat kepala Lusi nyaris membentur kaca depan. “Lo ini ngapain ?! Mo celakain gue, ya ?!” teriaknya.

Yuniar terdiam sepasang matanya menatap lurus ke depan tanpa berkedip. “Hei, gue tanya ke lo... jawab,dong ... jangan bengong aja,” kembali Lusi berkata dengan nada kesal.

“Lus, lo ga lihat barusan ada yang nyebrang jalan,” Yuniar balas bertanya.

“Gue ga lihat ada siapa-siapa di depan. Mending lo nyetir aja yang bener,”

“Sungguh, Lus ... gue ga da niat ngebo’ongin lo... bener tadi ada yang cewek yang nyebrang jalan. Kelihatannya, mobil lo sempet nyenggol dia,”

“Sudah,dech ... sudah lo jangan bicara macem-macem. Ayo jalan lagi... kalo keadaan gue ga kayak gini .... dari tadi pasti gue pegang kemudi,”

Yuniar menganggukkan kepala, lalu menyalakan mobil tapi sepertinya mogok, “Aduh, gimana ini. Rumah lo masih jauh tapi, mobil ga mau jalan,”

Baru saja Yuniar menutup mulutnya sayup-sayup telinganya mendengar lantunan suara seruling. Lusi yang sejak tadi uring-uringan mendadak saja terdiam, “Cih, malem-malem begini, siapa yang maen musik dengan suara sumbang begitu,” keluhnya, “Masih bagus suara gitar yang gue mainkan,” sambungnya.

Bunyi seruling semakin lama semakin dekat, suara sumbangnya membuat Lusi kesal, “Berisik banget ...” teriaknya sambil hendak membuka pintu mobil, tapi, sebelum niatnya terlaksana, dari arah luar muncullah sesosok wanita berbaju putih, rambutnya hitam panjang tergerai. Dia sedang meniup seruling.

Sepasang mata Lusi terbelalak, wajahnya pucat pasi, dari kaca jendela mobil muncul sebuah wajah seorang wanita cantik pucat tapi sebelah kanan rusak parah hampir tidak ada kulit dan daging, hingga yang terlihat hanyalah tulang pipi berwarna putih dan dirayapi berbagai hewan melata serta menebarkan aroma busuk menyengat.

“Yun ... lebih baik kita segera meninggalkan tempat ini,” serunya dengan suara gemetar.

Yuniar yang tidak tahu apa yang terjadi pada sahabatnya itu mencoba menyalakan mesin, ia heran dengan tingkah laku Lusi, “Iya, sebentar Lus... gue sedang berusaha... tapi, kok tiba-tiba saja ....” ucapannya terputus digantikan dengan bunyi deru mesin mobil. Setelah kakinya menginjak pedal gas, mobil pun meluncur dengan kencang. Lusi kini lebih banyak diam, mendadak saja terkenang peristiwa yang terjadi sebelum Group Musik Baladewa bubar.

Ialah yang mematahkan seruling perak kesayangan Fanny juga terlibat penyiraman air keras pada wajah Fanny dan Febi.

“Lo tadi ngapain ?” tanya Yuniar membuyarkan lamunan Lusi. Tak ada jawaban, “Apa Lo lihat sesuatu yang ngebuat lo ketakutan ?” kembali ia bertanya.

“Mending lo jalanin terus mobil ini. Lebih cepat sampai di rumah lebih baik,” jawab Lusi ketus. Jawaban Lusi ini membuat Yuniar tak lagi banyak bertanya, ia terus menjalankan mobil hingga akhirnya tiba di rumah sahabatnya itu. Begitu selesai memarkir mobil, Yuniar keluar diikuti Lusi, “Lo sudah sampek di rumah. Gue pulang dulu ... mudah-mudahan suasana hati lo besok sudah baikan, jadi ga ketus-ketus banget sama gue,” kata Yuniar sambil hendak meninggalkan Lusi, tapi, Lusi segera meraih tangan Yuniar dan berkata, “Maapin gue, Yun ... Malam ini temeni gue,ya ... besok kita berangkat kerja sama-sama,”

“Lo hari ini aneh banget... ga biasanya minta ditemenin. Tapi, baiklah asal lo ga marahin ato ketus lagi ma gue. Kalo masih gitu, gue pulang sekalipun sudah larut,” ujar Yuniar.

“Eh, lo denger suara harmonika, ga dari dalem ?” tanya Lusi.

“Gue ga denger apa-apa. Lo jangan buat gue ketakutan, ya ...”

“Yakin... lo ga denger suara apa-apa dari dalam ?”

Yuniar menggeleng-gelengkan kepala. Beberapa saat kemudian Lusi menarik lengannya sambil berkata, “Ayo ... temeni gue masuk... entah ngapain malem ini perasaan gue ga enak,” Setelah berkata demikian 2 wanita itu berjalan, berulang kali tubuh Lusi limbung karena kondisinya yang masih mabuk berat, tapi Yuniar buru-buru memapahnya. Hingga saat tiba di ambang pintu masuk, Lusi tampak ragu-ragu sejenak, bunyi harmonika itu kali ini terdengar lebih jelas, “Duh, ngapain gue jadi takut kayak gini, ya ... padahal ini, kan rumah gue ?”

Yuniar menghela nafas panjang, setelah mengambil kunci dari genggapan Lusi, ia membuka pintu itu dan menarik Yuniar masuk. Wajah Lusi kembali memucat di hadapannya sudah berdiri sesosok wanita berbaju putih. Wajahnya sebelah kiri rusak, ia memegang sebuah harmonika berwarna biru tua.

“Siapa lo ... ngapain malem-malem begini masuk ke rumah orang ?!” tanya Lusi.

“Lus ... lo bicara sama siapa, ga da siapa-siapa di rumah ini selain kita,” Yuniar tampak kaget dengan reaksi Lusi.

“Yun, apa lo ga lihat ada wanita berbaju putih berdiri di deket lo ?” tanya Lusi. Yuniar kebingungan, ia menoleh kesana-kemari, tak ada siapa-siapa di samping kanan-kirinya. Tapi, ia merasakan desiran angin tajam yang dingin dan membuat bulu kuduknya merinding. Ia lebih terkejut lagi manakala melihat Lusi berlari ke arah jendela sambil menjambaki rambutnya, “Tidak ... lepaskan, lo sudah mati ngapain lo ganggu gue, pergi ... pergi ... pergi !!” teriaknya sambil berlari ke arah jendela. “Hei, Lusi ... lo ngapain ? Kembali !!” Yuniar mencoba untuk mengejarnya, akan tetapi  sepertinya Lusi tak mendengar teriakan sahabatnya itu.

“PPPRRRAAANNNGGGG !!!”

Kaca jendela lantai dua pecah berhamburan bertabrakan dengan tubuh Lusi. Teriakan panjang Lusi memecah kesunyian malam, Yuniar membelalakkan matanya manakala melihat tubuh Lusi tertancap pada ujung pagar pintu gerbang rumahnya. Pada saat itulah sepasang mata Yuniar melhat sebuah bayangan melayang-layang mengintari halaman rumah Lusi untuk kemudian menghilang ditelan kegelapan malam.

..._____...

RINI

“KKRRIINNGG”

Bunyi dering telepon yang cukup keras dan berulang-ulang membangunkan Rini dari tidurnya yang baru berlangsung 2 jam. Konser solo yang baru digelarnya telah membuat staminanya terkuras habis sehingga tanpa membersihkan badan ia langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Bunyi telepon itu telah membuatnya jengkel dan mengomel seorang diri. Baru saja hendak meraih telepon tampak olehnya seorang wanita berbaju putih duduk membelakanginya sambil menatap cermin, “Hei, apa yang kau lakukan di kamarku ?” tanyanya.

Wanita itu tak menjawab, ia hanya duduk sambil menyisir rambutnya yang hitam panjang tergerai. Rini mendengar senandung lirih dan merdu dan ia kenal betul dengan lagu yang dinyanyikan oleh wanita yang duduk membelakanginya itu. “JOIN ME ... lagu yang pertama kali dinyanyikan oleh Sarah Brightman. Kau juga bisa menyanyikannya ?” tanya Rini.

Tak ada jawaban. Rasa letih, mengantuk dan pegal-pegal di sekujur tubuh Rini bercampur aduk menjadi satu dan membuat emosinya meledak. Dengan kasar ia mencengkeram bahu kiri wanita itu dan sesaat ia terperangah manakala jari-jemarinya seakan memegang barang yang lunak dan berair. Ia mencoba menarik tangannya tapi, sebuah wajah mengerikan separuh manusia separuh tengkorak sudah ada di hidungnya.

Rini jadi histeris dan berteriak sekencang-kencangnya, tapi, seakan teriakannya tak ada yang mendengarnya, teriakan itu seakan menembus atap ruang kamar hingga keluar dan terbang membelah langit malam yang akhirnya tak terdengar lagi.

_____

RATNA

Entah sudah berapa kali Ratna bolak-balik keluar-masuk ke kamar mandi, pada saat yang sama pula di dalam kamar ia muntah-muntah, membuka lemari obat mengambil sebuah botol berisikan obat-obat penenang dan meminumnya dengan air keran lalu berkaca. Setiap kali keluar-masuk kamar mandi hal itulah yang dilakukannya. Dipandangnya wajah di dalam cermin, dulu dia begitu cantik rupawan, tak sedikit kaum adam jatuh hati padanya. Kini wajah yang ada dalam cermin adalah wajah seorang wanita yang kurus dengan cekungan hitam menghiasi bagian bawah matanya. 

“Kemarilah anak manis, sampai kapan kau terus-terusan berdiam diri di kamar mandi ?” terdengar seruan seorang pria dari luar.

“Ya, sayang ... sebentar lagi saya datang,” jawab Ratna sambil hendak melangkah keluar dari kamar mandi. Tetapi, langkah-langkahnya terhenti manakala telinganya mendengar bunyi sumbang dari seruling yang diiringi dengan bunyi harmonika. Ratna terdiam, kepalanya menoleh kesana-kemari bermaksud mencari sumber suara, tapi, tak ada siapa-siapa disitu.

Bunyi seruling dan harmonika semakin jelas terdengar, ia mengenal dengan baik setiap nada-nada yang dilantunkan oleh dua alat musik itu “JOIN ME”, “DELIVER ME”, itulah yang sering dinyanyikan bersama Estefanny dan Febiola saat masih berada di Kelompok Musik Baladewa asuhan Pak Yudhi.

Mendadak pintu kamar mandi terbuka lebar dan seorang laki-laki tegap masuk, “Hei, sayang ... sampai kapan kaubiarkan aku menunggumu ?!” tanyanya.

“Sebentar lagi, sayang. Tapi, apa kau tak mendengar bunyi seruling dan harmonika ini ?” tanya Ratna.

Laki-laki itu tersenyum, “Kau ini berhalusinasi atau apa ? Bukankah tadi kita memutar lagu-lagu legendaris dan bernyanyi bersama ... tak ada bunyi harmonika atau seruling ....” ucapan laki-laki itu terputus, sepasang matanya terbelalak lebar menatap ke arah belakang Ratna, “Siapa dua orang itu ?” tanyanya.

Ratna menengok ke arah yang ditunjuk oleh laki-laki itu, tak ada siapa-siapa, namun, ia merasakan bulu kuduknya berdiri, “Kau jangan membuatku takut,” katanya. Suara seruling dan harmonika itu terdengar dengan jelas sekali di telinga Ratna. Kini wajah laki-laki yang berdiri di hadapan Ratna memucat, “Mungkin merekalah yang memainkan seruling dan harmonika. 2 orang wanita berbaju  putih, berambut hitam panjang tergerai, apakah kau tidak tahu ?”

Ucapan laki-laki itu membuat Ratna bengong, kini ia merasakan punggungnya panas, buru-buru ia menoleh ke belakang. “Ka... kalian,” ujar Ratna gugup. Laki-laki itu sadar akan adanya bahaya, hawa di sekitar kamar mandi itu berubah-ubah dan membuatnya sesak nafas, buru-buru ia keluar dan meninggalkan tempat itu tanpa berpamitan dengan Ratna.

“Ma ... maafkan aku Fanny dan Febi, bukan maksudku untuk mencelakakan kalian,” Ratna gugup sekali. Sosok wanita si pemegang seruling perak yang dibalut dengan selotip hitam itu menyibakkan sebagian rambut yang menutupi pipi kanannya demikian pula Febiola, mereka berdua menunjukkan wajah kanan-kirinya yang rusak parah.

Ratna berseru tertahan manakala melihat wajah yang mengerikan itu, kakinya lemas dan tubuhnya seakan tak memiliki tenaga untuk bergerak. Ia berteriak-teriak manakala, jari-jemari Estefanny yang tinggal tulang dibalut dengan kulit itu mencengkeram pergelangan tangannya sementara tangan yang lain menorehkan riasan pada wajah Ratna dengan kosmetik. Kosmetik yang pernah diberikan Ratna kepadanya. Ratna berontak, “TTIIDDAAKK !! JJAANNGGAANN !!!” teriaknya.

Jari-jemari Estefanny terus bergerak tak berhenti. Merias ... merias ... dan merias... hingga sepasang bola mata Ratna menangkap bayangan-bayangan makhluk-makhluk aneh dan mengerikan berputar-putar mengelilinginya, “JAUHI AKU !! PERGI JAUH-JAUH !!” Ratna terus berteriak sambil berlari menerobos kegelapan malam.

Tak ada yang mengetahui keberadaannya sejak saat itu.

Ratna entah dimana keberadaannya kini, sebelum menghilang Estefanny dan Febiola melantunkan Lagu JOIN ME, HERE WITH ME dan DELIVER ME. Setelah itu rumah tempat tinggal Ratna kembali sunyi dan bayangan 2 wanita pemegang seruling perak patah terbungkus selotip hitam dan harmonika ber-pendaran ke berbagai penjuru mata angin bercampur dengan kabut tipis yang melayang-layang di udara.

Sementara bunyi seruling dan harmonika masih bergema.

Sebuah alunan musik yang indah dan menghantarkan para pendengarnya ke dalam buaian alam mimpi.

..._____...

Namaku Cindy Permatasari, mungkin kalian tak akan mengenal siapa itu Estefanny dan Febiola. Tapi, bagi Cindy mereka adalah sahabat-sahabat terbaikku sekalipun dunia kami berbeda. Suara seruling sumbang dan bunyi harmonika senantiasa menemani Cindy saat sendirian. Dan mereka, mempunyai pesan yang mungkin patut didengar oleh siapapun. Inilah pesan mereka :

“SERULING PATAH INI, SELALU MENEMANIKU SAAT SENDIRIAN, TERKADANG ADIKKU FEBIOLA MENGIRINGI LAGU-LAGU YANG KUMAINKAN. TAHUKAH KALIAN, DUA ALAT MUSIK INI MENYIMPAN SEJARAH MASA LALU YANG MENYENANGKAN SEKALIGUS KELAM. JIKA TANPA SENGAJA KALIAN MENDENGAR SUARA SUMBANG SERULING DAN HARMONIKA SAAT TENGAH MALAM ... AKU DAN FEBIOLA DATANG ENTAH MENGHIBURMU SAAT SEPI ATAU MENEBAR PESONA KEMATIAN UNTUK KALIAN .... SEBAB, MUNGKIN KALIAN SUKA SEKALI BERSANDIWARA,  MANIS DI DEPAN ORANG TAPI, KALIAN TUSUK ORANG ITU DARI BELAKANG. KALAU ITU TERJADI, MAKA, KAMI TAK SEGAN--SEGAN MENOREHKAN KOSMETIK INI KE WAJAH KALIAN. MAKA, ITU ADALAH  : KUTUKAN KAMI”

^^^( 13 – Nop – 2018 )^^^

...******...

Episodes
1 P R A K A T A :
2 Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3 Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4 Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5 Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6 Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7 Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8 Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9 Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10 Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11 Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12 Bab XI - Patung - Babak Pertama
13 Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14 Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15 Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16 Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17 Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18 Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19 Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20 Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21 Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22 Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23 Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24 Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25 Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26 Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27 Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28 Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29 Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30 Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31 Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32 Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33 Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34 Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35 Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36 Bab XXVIII : Malam Terakhir
37 Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38 Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39 Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40 Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41 Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42 Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43 Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )
Episodes

Updated 45 Episodes

1
P R A K A T A :
2
Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3
Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4
Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5
Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6
Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7
Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8
Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9
Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10
Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11
Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12
Bab XI - Patung - Babak Pertama
13
Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14
Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15
Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16
Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17
Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18
Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19
Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20
Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21
Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22
Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23
Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24
Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25
Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26
Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27
Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28
Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29
Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30
Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31
Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32
Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33
Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34
Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35
Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36
Bab XXVIII : Malam Terakhir
37
Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38
Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39
Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40
Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41
Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42
Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43
Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!