Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama

01. Teror Tengah Malam

Kamis Kliwon, 07 Januari 2010, 19:00 WIB (ruang makan)

Abigail duduk di sofa di bawah anak tangga lantai dua sambil menonton TV. Pada meja makan Cuma terdapat sebuah piring makan bekas makanan ringan dan diletakkan di tengah meja makan. Sementara Frederick asyik merekam Abigail yang mengenakan baju merah muda tanpa lengan. Kepala Abigail bersandar di dinding yang merupakan anak tangga penghubung lantai satu dengan lantai dua.

“Abby,” panggil Frederick sambil terus menyorotkan kameranya ke Abigail, “Kau tampak cantik sekali dengan pakaian seperti itu,” Abigail tertawa, “Minggir kau, sayang, tak tahukah kau bahwa aku sedang menyaksikan acara TV kesukaanku ?!” serunya sambil mengibaskan tangan kanannya sebagai isyarat supaya Frederick pindah tempat. “Jangan begitu, sayang... Acara seperti itu, kan sudah ditayangkan berulang-ulang. Kemarilah, aku hendak merekam aktingmu yang luar biasa. Kamu adalah tokoh utamanya,lho. Pasti akan lebih seru ...” ujar Frederick. Mendadak kamera Fred menangkap/merekam sesosok bayangan wanita berpakaian putih duduk pada anak tangga sambil menundukkan kepala. Wanita itu duduk persis di dekat kepala Abigail bersandar.

Airmuka Fred berubah, “Siapa itu ?” desisnya, saat kamera diarahkan kembali ke tempat dimana wanita itu duduk, tapi, bayangan itu sudah hilang. “Tidak ada, padahal aku yakin tadi ada sosok bayangan disana ... terekam di kameraku,” sambung Fred. Melihat wajah Fred berubah, Abigail heran kemudian berdiri dan berjalan ke arah Fred, “Ada apa, sayang ?” tanyanya sambil ikut melihat ke arah kamera Fred. “Sumpah... aku tadi melihatmu duduk disana tapi, tidak sendirian,” ujar Fred. Abigail menatap Fred heran, “Kau jangan membuatku takut, Sayang,” kata Abigail dengan nada sedikit gemetar.

“Tidak!” tegas Fred, “Ada sesosok bayangan wanita berbaju putih duduk di dekat kepalamu. Wanita itu duduk tak jauh dari tempat kepalamu bersandar, ia menundukkan kepalanya sehingga aku tidak dapat melihat dengan jelas wajahnya,”

“Kau mulai membuatku takut,ah ! Jangan mengada-ada, dong...”

Fred Menelan ludah, “Percaya atau tidak, nanti kalau rekaman itu diputar ulang ... kau pasti terkejut,”

“Kalau kau bohong, kuhukum kau !” seru Abigail, rasa takutnya perlahan-lahan hilang begitu Frederick menjulurkan lidahnya dan berkata, “Dan sebaliknya ... kalau aku benar, aku akan menghukummu,”

2 Muda-mudi itu tertawa dan tawa mereka terhenti saat pintu ruang tengah terbuka, seorang pria bertubuh gemuk agak pendek masuk dan buru-buru menghampiri mereka, nafasnya memburu dan keringat dingin bercucuran dari dahi membasahi leher dan badannya. Setelah sedikit tenang, barulah dia berkata, “Tuan besar dan Nyonya Besar ! Ada sesuatu yang hendak kuperlihatkan pada kalian. Di rumah ini, kita ternyata tidak sendirian,” Abigail dan Frederick saling pandang, “Apa maksudmu, mbul ?” tanya Fred heran. “Kemarilah ... “ panggil pria gemuk pendek itu.

Dengan hati yang bertanya-tanya, mereka berjalan meninggalkan ruang makan dan TV yang masih menyala. Sepeninggal mereka, salah satu kursi dari empat kursi yang diletakkan mengelilingi meja makan, tepatnya, kursi paling kanan bergeser miring, piring makan yang terletak di tengah meja bergeser sendiri sejauh 30 inchi ke kanan dan TV berubah channel dengan sendirinya sebanyak tiga kali.

Kamis Kliwon, 07 Januari 2010, 22:00 WIB (lantai atas)

Abigail, Frederick beserta 8 orang krunya berkumpul di ruang tamu. Mereka sedang melihat foto-foto yang diambil oleh Gembul, sewaktu pertama kali mereka datang. Gembul memang berbeda dengan teman-temannya, ia gemar sekali mengambil gambar atau foto tentang pemandangan alam. Maka dari itu, tak heran apabila foto-foto yang diambil oleh Gembul, membuat semua orang bagaikan terkena sihir yang sangat kuat, karena KAGUM, TERPESONA, dan patut diacungi jempol. Semenjak kru pimpinan Abigail tiba di rumah itu, Gembul segera mengambil foto di sekitar halaman rumah, tidak ada tempat yang lolos dari jepretan kameranya. Akan tetapi, kali ini foto-foto yang diambil Gembul tidak seperti biasanya, banyak sekali terdapat lingkaran-lingkaran berwarna-warni dan berbagai macam ukuran menempel disana-sini.

“Mbul, biasanya foto-foto yang kamu ambil begitu bagus dan jernih ... namun, banyak sekali lingkaran-lingkaran aneh. Apa kameramu tidak pernah dibersihkan hingga berjamur seperti ini ?” tanya Hanzel sambil memutar ujung topi yang dipakainya ke belakang.

“Bukan jamur atau yang lain... tapi, itulah yang dinamakan ORBS,” sahut Frederick, itu membuat Hanzel dan yang lain bengong, “Apa itu ‘orbs’ ?” tanyanya setelah sekian lamanya bengong.

Frederick menghela napas panjang, sesaat kemudian ia mencoba untuk menjelaskan, “Orbs adalah percikan energi. Energi orang yang sudah meninggal dan terperangkap di tempat dia meninggal, sekumpulan orbs akan membentuk EKTOPLASMA, dan puncaknya adalah VORTEKS , dimana orang awam menyebutnya PENAMPAKAN. Pendek kata,orbs itu adalah roh orang yang sudah meninggal atau ARWAH, yang bisa dilihat oleh orang yang tidak memiliki kemampuan melihat roh sekalipun,” setelah mengakhiri penjelasannya, jari-jari tangannya bergerak meraih sebuah foto seorang nenek tua yang berdiri di dekat sumur halaman belakang. Kulit wajah sebelah kiri seperti terkelupas sehingga yang terlihat hanyalah daging berwarna coklat kehitaman seperti gosong, “Siapa nenek tua berwajah buruk ini ?” tanyanya pada Gembul.

“Oh, nenek tua itu adalah salah satu pengurus rumah ini. Namanya : MAK BOLOT, beliau sudah lama tinggal dan bekerja disini,” jawab Gembul, “Semula aku mengira beliau adalah Hantu Penjaga Rumah ini ... habis, wajahnya seram sekali,” sambungnya.

“Mak Bolot ?! Namanya aneh sekali,” kata Abigail sambil memperhatikan foto itu tanpa berkedip, sesaat kemudian, keningnya berkerut, “Eh, apakah ini juga bisa disebut ektoplasma ?” tanyanya kepada Frederick sementara jari telunjuknya menunjuk ke arah asap putih tipis yang berada disamping kiri Mak Bolot. Hanzel mengambil sebuah kaca pembesar dan mendekatkannya pada gambar kabut tipis yang dimaksud Abigail. Kabut itu berwarna putih dan seperti membentuk sesosok tubuh / bayangan wanita berbaju putih berambut hitam pendek sebatas leher lagi kusut.

“Astaga ...,” desis Frederick, mulutnya ternganga, teringatlah ia akan peristiwa beberapa jam yang lalu dimana kameranya secara tidak sengaja merekam sesosok bayangan wanita duduk di anak tangga tepat di dekat kepala Abigail bersandar. Yah, seorang wanita duduk sambil menundukkan kepalanya. Baru saja Fred hendak berbicara, terdengar suara seperti bangku diseret dari lantai dua, semua orang yang ada di ruang tamu juga mendengarnya.

“Ah, itu mungkin Mak Bolot sedang membersihkan lantai dua,” ujar Gembul sambil mendongakkan kepalanya, sepasang matanya menatap langit-langit di ruang tamu.

“Tidak mungkin, dia bersih-bersih di jam-jam segini. Lagipula, kalau memang dia, lalu siapa yang berdiri di halaman depan sambil melihat ke atas itu ?” kata Andre sambil menunjuk ke halaman depan. Hampir semua orang yang ada di ruang tamu mengalihkan perhatiannya ke arah yang ditunjuk oleh Andre. Tampak oleh mereka, seorang wanita tua berbaju hitam, berdiri di halaman depan sambil memegang tongkat berwarna hitam legam, sepasang matanya menatap ke lantai dua sementara bibirnya komat-kamit dan sesekali menggelengkan kepalanya.

Suara berisik di lantai dua itu, mengundang rasa penasaran Abigail dan Frederick, buru-buru mereka meninggalkan ruang tamu dan berjalan menuju ruang makan penghubung lantai satu dengan lantai dua, lalu perlahan-lahan kaki-kakinya menapaki anak-anak tangga satu demi satu. Dengan hati yang berdebar-debar, jari-jari tangan Abigail meraih gagang pintu, memutarnya dan membuka pintu. Bunyi ‘kkrriieett...’ membuat bulu roma kedua muda-mudi itu berdiri dan sesaat sebelum Fred menyalakan lampu, sepasang matanya yang sudah terbiasa melihat dalam gelap menangkap sesosok bayangan putih bergelantungan di tengah udara tepat di tengah tiang penyangga atap rumah. Akan tetapi, setelah cahaya lampu menerangi ruangan itu, bayangan putih tadi perlahan-lahan menghilang. Baik Abigail maupun Fred sempat mendengar ******* nafas berat dan merasakan hawa di lantai dua begitu aneh. 2 muda-mudi itu saling pandang, beberapa detik kemudian, mereka merasakan bulu kuduknya merinding.

Pandangan mata Fred menyapu seluruh isi ruangan, Cuma ada kotak-kotak kosong dan sebuah bangku kayu menghadap jendela, di atas bangku itu ada pasak-pasak kayu penyangga atap rumah kuat dan kokoh, hawa aneh itu berasal dari sana. “Aku jadi penasaran, mungkinkah bangku itu yang menimbulkan bunyi berisik tadi ?” ujar Frederick.

“Sayang ... bisakah kita keluar dari ruangan ini ?!” ajak Abigail sambil melipat tangannya di dada. Frederick mengangguk lalu melangkah keluar diikuti oleh Abigail. Baru saja Frederick hendak menutup pintu lantai atas, terdengar olehnya suara seperti benda berat jatuh dari dalam. Abigail mencengkeram tangan Fred kuat-kuat, “Besok saja kita periksa tempat ini, perasaanku tidak enak sekali saat berada di dalam,” bisiknya. Fred mengangguk, lalu mereka berdua berjalan menuruni anak tangga dan menemui teman-temannya yang masih berkumpul di ruangan tamu, mereka masih asyik melihat foto-foto yang diambil oleh Gembul.

Melihat kedatangan Fred dan Abigail, Andre dan Gembul berjalan menghampiri mereka, “Apa yang kalian temukan di ruangan atas ?” tanya Andre.

“Tidak ada siapa-siapa disana,” jawab Abigail.

Gembul menyodorkan sebuah foto ke arah Abigail, “Foto ini kuambil dari ruangan atas beberapa hari yang lalu. Menurutmu apa ini ?” katanya. Begitu melihat foto yang disodorkan oleh Gembul, mata Fred dan Abigail terbelalak lebar. Pada foto itu tertera gambar, sebuah kursi kayu menghadap ke jendela, tidak ada yang aneh pada kursi itu, yang membuat 2 muda-mudi itu membelalakkan matanya adalah sebuah lingkaran cahaya yang cukup besar berwarna merah seperti kilatan cahaya api berada tepat di atas kursi kayu tersebut. “Ini dia !” seruan Fred mengejutkan semua orang. “Apa maksudmu, Fred ?!” ujar Gembul heran.

“Ini sekumpulan orbs yang mulai membentuk ... apa yang dinamakan ektoplasma; bentuknya adalah seorang wanita berambut pendek, mengenakan baju putih lengan panjang,” sahut Abigail, “Aku jadi penasaran, ingin memutar ulang rekaman video yang kita buat sewaktu memutuskan untuk membuat film di rumah ini,” Sambungnya.

Fred tersenyum, “Sabarlah, Sayang ... aku juga penasaran,”

Jum’at Legi, 08 Januari 2010, 01:15 WIB (Dapur dan Lantai 2)

Abigail terbangun dari tidurnya manakala mendengar suara seperti benda berat diseret-seret, suara itu berasal dari lantai 2 dan menuju ke dapur, suara itu diiringi dengan suara tangisan seorang wanita. Abigail menoleh ke arah Fred yang tertidur pulas di sampingnya, “Fred ... bangun, sayang... aku mendengar suara aneh,” bisiknya sementara tangannya mengguncang-guncang tubuh kekasihnya itu, akan tetapi, Fred seperti tak merasakannya, ia tertidur pulas seperti orang mati.

Karena tak ada respon positif dari Fred, mau tidak mau Abigail sekalipun tubuhnya gemetaran karena takut, ia turun dari tempat tidur dan dengan hati-hati sekali, ia membuka pintu kamar lalu melangkah keluar, sebelumnya ia sempat meraih senter yang tergantung di dinding kamar. Abigail menyusuri ruangan demi ruangan hingga akhirnya tiba di lorong menuju dapur. Jantung Abigail berdegub kencang manakala tapak kakinya menginjak lantai ruangan yang dingin, terlebih lagi manakala cahaya lampu ruangan mendadak jadi aneh kadang menyala terang benderang, kadang cahayanya meredup lalu padam sama sekali.

Buru-buru Abigail menyalakan senternya, lalu memeriksa keadaan ruangan dengan teliti sekalipun berbagai macam perasaan bercampur aduk menjadi satu, membuat jantung berdetak lebih cepat dari biasanya, dalam keadaan seperti itu suara detak jantungnya seakan memenuhi ruangan dimana dia berada, keringat dingin pun mengalir dari dahi dan membasahi leher hingga badan. Hawa semakin aneh saat Abigail berdiri tepat di pintu dapur, sambil memindahkan senter ke tangan kiri, jari-jemari kanannya perlahan-lahan bergerak ke arah gagang pintu.

Jantung Abigail seakan berhenti berdetak saat ia berseru tertahan manakala, ada jari-jari tangan lain sudah memegang gagang pintu. Jari-jari tangan itu aneh sekali, TIDAK BERKUKU, TIDAK ADA DAGING Cuma berbentuk TULANG DIBUNGKUS DENGAN KULIT, kulit putih pucat bagaikan kapas. Abigail melompat kaget dan jatuh terduduk, senternya nyaris jatuh dan lewat cahaya senter itu, Abigail dapat melihat sesosok wanita berambut hitam pendek lagi kusut, pakaiannya putih berlengan panjang dan compang-camping, sebagian rambutnya tergerai menutupi wajah, sehingga Abigail tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Wanita itu menghampiri Abigail berjalan setengah merangkak sambil menyeret tubuh bagian dada ke bawah.

Abigail ketakutan sekali, buru-buru ia berdiri dan berlari menjauh. Setelah dirasa cukup aman, ia menghentikan larinya sementara nafasnya memburu. Hingga akhirnya, ia jatuh terduduk berusaha untuk menenangkan diri. Baru saja ia menarik nafas lega, mendadak dari samping kiri, sebuah wajah tertutup rambut hitam kusut muncul tepat di depan wajah Abigail. Wanita muda itu berteriak keras dan histeris, tercium olehnya bau busuk menyengat membuat perutnya mual dan serasa ingin muntah.

Teriakan Abigail membangunkan semua orang, mendadak saja, lampu menyala terang-benderang, dan bayangan aneh itu perlahan-lahan lenyap, Abigail roboh tak sadarkan diri saat teman-temannya berdatangan dan menghampirinya.

Saat Abigail sadar dari pingsannya, ia mendapati dirinya sudah berada di kamar dan semua temannya sudah berkumpul disana. Buru-buru Fred menghampiri dan bertanya dengan nada cemas, “Abi, bisakah kamu ceritakan apa yang terjadi ? Bagaimana kamu bisa pingsan di lorong ruangan menuju dapur ?”

Abigail masih terlihat shock, tubuhnya bergetar hebat, wajahnya pucat pasi, melihat keadaan itu, Yohana menyahut,”Fred, biarkanlah Abi istirahat dulu. Tidakkah kau lihat keadaannya itu ? Semakin kau desak ia dengan berbagai macam pertanyaan, dia semakin ketakutan. Sabarlah sedikit, biarkanlah ia tenang dulu.” Fred menghela nafas panjang, “Abi ... maafkan aku. Istirahatlah dulu,sayang,” katanya.

Abigail tersenyum kecut, “Tidak apa, sudah lebih baik,kok,” katanya dengan nada gemetar. Hanzel menggelengkan kepala, “Sepertinya kau habis melihat hantu..” ujar Hanzel.

Teringat akan kejadian beberapa menit yang lalu, wajah Abigail kembali memucat, dengan gemetaran ia berkata, “Kau benar, Hanz. Kalian boleh percaya boleh tidak, yang jelas ini kualami beberapa menit yang lalu,”

Semua mata teman-teman Abigail menatapnya tanpa berkedip, seakan mereka ingin sekali Abigail segera menceritakan apa yang terjadi dan Abigailpun paham dan setelah menarik nafas panjang, ia menceritakan kejadian yang dialaminya. Setelah mengakhiri ceritanya Abigail berkata, “Jika kalian ragu, periksalah rekaman kamera yang dipasang disana, mudah-mudahan kejadian tadi terekam kamera, sebab, hampir seluruh kamera yang dipasang Gembul sudah dilengkapi dengan sinar infra merah,” Abigail mengakhiri ceritanya sementara Fred dan teman-temannya masih tertegun mendengar cerita Abigail tersebut.

Jum’At Legi, 08 Januari 2010, Pk. 22:30 WIB (Lantai 2)

Frederick duduk bersandar di tempat tidur, matanya menatap Abigail yang terbaring tak jauh dari sampingnya. Ia menghela nafas panjang dan meletakkan buku yang ada di pangkuannya ke dalam laci tempat tidur sebelah kiri dan memadamkan lampu tidur. Baru saja hendak merebahkan punggungnya di tempat tidur, telinganya mendengar suara rintihan dan tangisan wanita. Suara itu berasal dari lantai dua. Fred meraih lampu senter, perlahan-lahan turun dari tempat tidur lalu melangkah ke arah pintu kamar.

Pintu terbuka, Yohana sudah berdiri di ambang pintu, membuat pemuda itu melompat kaget. “Fred, kau mendengarnya juga, bukan ?” bisik Yohana Frederick mengangguk, “Mari kita periksa,” sahutnya. Baru saja mereka hendak melangkah, Abigail terbangun, “Jangan tinggalkan aku sendirian ...” bisiknya sambil berjalan ke arah Fred dan Yohana, “Lagi-lagi suara itu berasal dari lantai 2, bukan ? Bunyi rintihan dan tangisan wanita serta benda berat diseret-seret,” sambungnya. “Ayo kita periksa !” ajak Frederick.

Kali ini, suara aneh itu terdengar dari arah dapur. 3 muda-mudi itu berjalan berhimpitan, Frederick memimpin di depan. Dengan kamera infra rednya yang baru saja ia ambil dari kamar, Fred memeriksa keadaan di sekitar. Tak lama kemudian, tibalah mereka di lorong ruangan menuju ke dapur. Teringat akan peristiwa beberapa jam yang lalu, Abigail kian merapatkan badannya ke punggung Yohana dan akhirnya mereka tiba di pintu masuk dapur, Fred perlahan-lahan dan dengan hati-hati, membuka daun pintu.

Pintu terbuka, angin dingin tiba-tiba bertiup dengan kencang menerpa wajah mereka, suara aneh itu hilang. Suasana di sekitar ruangan dapur gelap gulita, udara yang dingin membuat Abigail dan Yohana yang mengenakan pakaian tidur yang tipis menggigil kedinginan. Tidak ada apa-apa disana, sunyi, sepi dan dingin. “Teman-teman, mari kita masuk ke dalam, tidak ada ... “ ucapan Yohana terputus manakala sepasang matanya menatap sosok wanita berbaju putih berdiri di tepi sumur. Fred segera menyadari air muka Yohana berubah, buru-buru ia menyorotkan kameranya ke arah sumur halaman belakang, “Tidak ada siapa-siapa disitu,” sahutnya. Yohana melirik ke arah Fred, “Ayo kita masuk,” ajaknya. 3 muda-mudi itu melangkah masuk, Fred yang baru akan menutup pintu dapur terkejut mendengar suara benda jatuh dari lantai atas, “Lantai atas,ya ?” bisik Abigail.

Tanpa banyak bicara, ketiganya segera melangkah menuju ruang makan dan menaiki anak tangga. Fred membuka pintu dan memeriksa ruangan atas dengan seksama. Lagi-lagi mereka tidak mendapati apa-apa disana. Abigail dan Yohana tampak frustasi sekali. Di pihak Fred, ia tahu ada sesuatu yang berubah di ruangan atas. Fred berbisik, “Abi ... apakah kau tak menyadari, suara apa yang baru saja kita dengar ?”

“Mana aku tahu ? Tidak ada siapa-siapa disini ?!” ujar Abigail setengah membentak kesal.

Fred tersenyum, “Kursi di ruangan tengah” katanya. Abigail tersentak, lalu ia memandang ke arah kursi kayu yang tergeletak di lantai ruangan tengah atas, “Oh, benar,” ujar Abigail, “Disini tidak ada siapa-siapa, suara itu pasti ditimbulkan oleh kursi itu. Aku heran, bukannya pertama kali kita memasuki ruangan ini, kursi itu menghadap ke jendela ? Tapi, siapa yang merobohkannya ?” sambungnya.

“Bukankah kau sudah melihat foto ruangan atas ini ?” tanya Fred.

“Pasti dia” sahut Abigail.

“Siapa yang kalian maksudkan ?” tanya Yohana heran melihat wajah kedua sahabatnya itu, bukannya menjawab melainkan bergegas menuruni anak tangga meninggalkan Yohana yang masih berdiri sambil memandangi setiap sudut ruangan. Mendadak saja, ia merasakan bulu kuduknya meremang, seakan ada yang mengawasinya dari atap. Yohanan mendongakkan kepalanya dan memeriksa langit-langit yang hanya terdiri dari genting dan pasak-pasak kayu yang merupakan penyangga atap, tidak ada siapa-siapa disana. Setelah menghela nafas panjang, ia melangkah ke arah pintu keluar dan menutupnya. Suasana kembali sunyi, namun, kamera secara tidak sengaja merekam sebuah bayangan rambut hitam kusut perlahan-lahan turun ke lantai dan menghilang ditelan gelapnya ruangan itu. (Terekam pada hari Sabtu, 09 Januari 2010 Pk. 03:15:15 WIB)

..._____...

Terpopuler

Comments

Kardi Kardi

Kardi Kardi

scared story

2022-11-05

0

lihat semua
Episodes
1 P R A K A T A :
2 Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3 Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4 Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5 Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6 Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7 Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8 Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9 Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10 Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11 Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12 Bab XI - Patung - Babak Pertama
13 Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14 Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15 Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16 Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17 Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18 Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19 Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20 Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21 Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22 Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23 Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24 Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25 Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26 Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27 Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28 Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29 Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30 Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31 Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32 Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33 Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34 Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35 Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36 Bab XXVIII : Malam Terakhir
37 Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38 Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39 Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40 Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41 Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42 Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43 Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )
Episodes

Updated 45 Episodes

1
P R A K A T A :
2
Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3
Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4
Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5
Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6
Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7
Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8
Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9
Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10
Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11
Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12
Bab XI - Patung - Babak Pertama
13
Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14
Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15
Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16
Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17
Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18
Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19
Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20
Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21
Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22
Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23
Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24
Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25
Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26
Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27
Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28
Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29
Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30
Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31
Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32
Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33
Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34
Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35
Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36
Bab XXVIII : Malam Terakhir
37
Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38
Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39
Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40
Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41
Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42
Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43
Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!