Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )

Kosmetik. Aku belum terbiasa memakainya. Memang seperangkat peralatan hias itu harganya murah, cocok dipakai siapapun. Kristin mendesakku untuk memakainya katanya, biar kelihatan lebih cantik. Menurutku tidak demikian, Sekalipun tanpa kosmetik, aku sudah terlihat cantik, lagipula aku merasa aneh jika memakainya. Lagipula, butuh waktu berjam – jam menorehkan eyeshadow, maskara, lipstick dan lain sebagainya ke wajahku. Kristin memberikannya padaku sebagai hadiah ultah yang ke 19. Tepat 3 bulan yang lalu saat hendak menghadiri pernikahan Julia sahabatku. Perjalanan menuju lokasi pernikahan membutuhkan waktu sekitar 6 jam, dan sepanjang perjalanan aku tertidur.

_____

Aku berada di sebuah gedung yang cukup luas dan lebar. Pada langit-langit tergantung beranekan ragam lampu hias yang terbuat dari kristal dan nyalanya terang lagi menyilaukan mata. Tampaknya bukan hanya lampu hias saja yang dibuat dari kristal, tapi, juga peralatan makan dan minum. Aku tak bisa memperkirakan berapa harga semua perabotan itu yang jelas itu bukan barang yang murah. Di tengah ruangan banyak orang-orang berpakaian bagus, rapi, dan dilihat dari cara mereka berpakaian, mereka semua berasal dari kalangan orang-orang kaya dan berpendidikan tinggi. Mereka semua berbincang-bincang, tertawa, sambil sesekali meraih makanan ringan dan minuman ataupun meletakkan gelas-gelas kosong pada nampan yang dibawa oleh para pramusaji keliling.

AC di dalam ruangan dinyalakan dengan suhu yang paling dingin, aku yang tak terbiasa dengan suhu dingin semacam itu membuat bolak-balik ke toilet untuk buang air kecil. Untuk kesekian kalinya aku pergi ke toilet, saat aku membuka pintu, aku menyaksikan bayangan seorang wanita berwajah pucat terpantul pada cermin. Pakaian yang dikenakan sama dengan pakaianku, ukuran tubuhnya sama dengan ukuran tubuhku, semuanya mirip, tapi, wajahnya begitu pucat bak kertas. Aku menoleh ke belakang tak ada siapa-siapa, tapi, saat aku mengalihkan pandanganku ke arah cermin, wajah wanita itulah yang terpantul di sana, bukannya wajahku.

Mendadak aku merasakan desiran angin dingin dan tajam melewati tengkukku dan terdengar sebuah bisikan lirih, “Tempat ini akan segera dilalap api, cepat pergilah bila kau ingin selamat,”

“Siapa itu ?” tanyaku. Tak ada jawaban, tapi mendadak saja bulu kudukku berdiri, setelah menyelesaikan urusanku dengan air toilet, buru-buru aku keluar dari tempat itu.

Begitu tiba di luar, aku berpapasan dengan Ekawati. Wanita itu terkejut, “Hei, bukankah kau Michelle,” tanyanya.

Aku mengangguk, “Benar. Apakah kau tahu dimana Kristin ?”

“Aku melihatnya di pintu keluar, temuilah dia segera tampaknya, dia juga mencarimu,” katanya.

Aku tersenyum, “Terima kasih, akan kutemui dia segera,” sambil berkata demikian aku melangkah pergi meninggalkan Ekawati yang masih berdiri sambil matanya terus memandangiku.

Kristin tak kutemukan, entah dimana dia berada, dan mendadak lampu padam, suasana di ruangan gelap gulita dan dari arah belakang aku melihat sebuah cahaya merah membara disusul teriakan orang-orang, “Kebakaran ! Kebakaran !” sesaat itu pula suasana jadi hiruk pikuk, semua orang berebut keluar. Nyala api kian besar, aku mendengar banyak jeritan yang menyayat hati dan hidung ini mencium bau daging hangus terpanggang, sementara, aku masih terus mencari-cari keberadaan Kristin. Saat para petugas pemadam kebakaran sudah berhasil menjinakkan api, aku melihat banyak sekali mayat-mayat bergelimpangan dalam keadaan mengenaskan, gedung mewah itu tinggal puing-puing hitam dan asap-asap tipis masih mengepul dan sebagian dipermainkan oleh angin-angin malam dan bau tidak sedap menusuk-nusuk rongga hidungku.

Aku terus mencari dimana keberadaan Kristin sekalipun langkah-langkah kakiku dihalangi oleh beberapa petugas pemadam kebakaran. Hingga akhirnya sepasang mata terbelalak manakala melihat beberapa orang petugas keluar dari reruntuhan bangunan sambil membawa kereta dorong dimana diatasnya terbaring sesosok tubuh wanita pingsan dengan luka bakar yang cukup parah. Lewat baju yang dikenakan, sekalipun bentuknya sudah tidak utuh lagi, aku mengenal siapa wanita itu, dia adalah orang yang kucari-cari, KRISTIN. Yah, Kristin adalah salah satu korban kebakaran yang selamat diantara sekian banyak orang yang tewas terbakar.

“Kaukah yang bernama Michelle ?” mendadak terdengar suara orang menegurku. Aku menoleh, tampak 2 orang laki-laki berpakaian perawat berdiri, sepasang mata mereka menatapku tanpa berkedip, “Benar,” jawabku.

“Ikutilah kami, wanita yang selamat dari kebakaran itu, mencari-carimu,” katanya lagi. Tanpa banyak bicara, aku segera mengikutinya menuju ke sebuah mobil ambulan dimana di dalam mobil tersebut beberapa perawat wanita tengah sibuk memasang masker oksigen di wajah Kristin.

“Dia baru saja pingsan setelah menyebut-nyebut nama MICHELLE, kaukah wanita yang dimaksud oleh wanita ini ?”

Aku mengangguk, “Benar. Bagaimana keadaannya, suster ?”

“Kritis. Ia harus dirwat inap. Itulah sebabnya Anda kami ajak ke RS,”

“Baiklah, suster,”

Mobil bergerak, bunyi sirine-nya terasa memilukan hatiku terlebih, Kristin sahabat karibku terbaring tak berdaya di depanku. Aku sama sekali tak menyangka Kristin harus tertimpa musibah seperti ini.

Tak lama kemudian mobil berhenti di sebuah bangunan yang cukup tua dan tak terawat. Di atas atap banyak sekali gagak beterbangan kesana-kemari sambil berkaok-kaok, suaranya terdengar parau dan membuatku merasa tidak nyaman sekali. Kereta tidur diturunkan, para perawat itu bekerja dengan cepat memindahkan tubuh Kristin ke tempat tidur lain untuk dibawa ke ruang ICU. Kami berjalan menelusuri lorong-lorong yang temaram oleh cahaya lampu yang remang-remang. Sepasang mataku tak lepas memandang bayangan wanita yang terpantul dari cermin, wanita yang sama dengan yang kutemui di toilet. Wajahnya kini lebih pucat, kenapa aku tak melihat bayangan wajahku sendiri. Itu membuat langkah-langkahku terhenti dan menatap wajah wanita itu lekat-lekat.

Sepasang mataku terbelalak lebar manakala melihat cermin-cermin itu retak-retak dan dari retakan itu merembes darah kental berwarna merah dan menebarkan bau amis yang menyengat. Perlahan-lahan dari retakan cermin berdarah tersebut, rambut hitam panjang lagi kusut tersembul keluar. Menyusul kemudian sebuah tangan dengan kuku hitam, panjang dan runcing juga keluar dari dalam cermin-cermin itu. Telingaku sakit manakala mendengar suara seperti gesekan garpu runcing dengan piring makan, bersamaan dengan suara-suara mengerikan itu tubuh-tubuh berlumuran darah keluar dari dalam cermin dengan gerakan aneh.

Sosok - sosok yang berpakaian serupa dengan pakaianku itu bergerak perlahan-lahan, mereka mengelilingiku. Saat mereka tepat di depanku kepala mereka yang menunduk mendadak bergerak bersama dan aku bisa melihat tatapan pada mata yang tak terhitung jumlahnya itu menatap liar ke arahku. Jari-jemari mereka terjulur mengarah ke leherku. Tubuhku menggigil ketakutan, sepasang lututku terasa lemas tak bertenaga, telapak kakiku seperti menempel erat di lantai ruangan, AKU TIDAK BISA BERGERAK. Aku merasakan kedua pangkal pahaku basah oleh cairan hangat. Aku berusaha menggerakkan rahangku yang serasa kaku dan “TTIIDDAAKK !!!” aku berteriak sekencang mungkin. Teriakanku menggema memenuhi ruangan tersebut, untuk kemudian merayap keluar melalui lubang-lubang ventilasi udara dan hilang ditelan kegelapan malam. Aku merasakan tubuhku melayang jauh ... jjjaaauuuhhh sekali.... hingga akhirnya aku merasakan adanya cengkeraman jari-jari kuat memegang pangkal lenganku.

“Kau bermimpi buruk, ya ?”

“Kristin,” sapaku sambil memeluk erat Kristin yang duduk di samping kiriku.

“Kenapa wajahmu pucat sekali ?” tanyanya.

“Sebaiknya, kita pulang sekarang,” pintaku.

“Bagaimana mungkin, kita sudah separuh jalan,” kata Kristin penasaran, “Kelihatannya, hari ini kau sedang tidak sehat atau mungkin...,” ucapan Kristin segera kupotong, “Jangan banyak tanya lagi, sebaiknya kita pulang sekarang,”

“Mengapa ?”

Aku terdiam, “Entahlah, aku merasa tidak nyaman untuk datang kesana,” pada saat itulah tercium aroma aneh, aroma yang sama persis dengan mimpiku, walau sesaat saja, namun cukup membuatku gelisah.

“Michelle, mengapa hari ini kau tampak aneh sekali ?”

“Baik. Rupanya aku harus menceritakannya padamu, tapi, sebelumnya putar balik mobil ini, kita pulang saja, tolonglah,” pintaku.

Setelah aku mendesak mati – matian akhirnya, Kristin menyetujuinya dan aku segera menceritakan perihal mimpiku barusan. Kristin dan yang lain terkejut, “Tidak mungkin, itu hanya mimpi. Tega sekali kau berkata demikian, kami tidak mempercayainya,” sahut Dyah.

Pada saat itulah terdengar berita bahwa hotel tempat diselenggarakannya pesta pernikahan Julia, tempat yang hendak kami tuju terbakar hebat, menewaskan seluruh tamu undangan termasuk Julia dan suaminya. Kami terdiam membisu, semua mata yang ada di dalam mobil yang kutumpangi, memandang heran ke arahku. Itu adalah salah satu kejadian dari serangkaian peristiwa aneh setelah aku memakai kosmetik pemberian Kristin.

_____

Bunyi burung daris itu membuatku gelisah. Tak biasanya malam-malam seperti ini, burung sial itu mengganggu tidurku. Kubuka jendela kamarku, sepasang mata ini berusaha mencari-cari darimana asal suara burung itu. Hingga akhirnya tampak olehku 4 pasang burung terbang bersliweran di wuwungan atap sebuah rumah yang terletak di sebelah Timur rumahku. Itu atap rumah milik Pak Ali. Menurut kata orang-orang tua jaman dulu, apabila ada burung daris mengerumuni atau terbang bersliweran sambil mengeluarkan suara paraunya, dalam waktu 7 hari ke depan secara berturut-turut akan ada orang yang meninggal. Siapakah gerangan yang akan meninggal ? Tanyaku dalam hati.

Baru saja aku hendak menutup jendela kamarku, mendadak wajah pucat seorang wanita muncul tepat di depan hidungku, aku melompat kaget. “Siapa kamu ?” tanyaku sambil berusaha untuk menenangkan diri. Wanita itu tak menjawab, ia hanya diam dan menundukkan kepalanya. Sekumpulan daris mendadak terbang mengerumuni wanita yang mengenakan pakaian putih itu, “Tolong aku ...” pintanya sambil menjulurkan kedua tangannya dan hendak memelukku. Jumlah burung daris itu semakin lama semakin banyak hingga akhirnya tubuh wanita itu tak terlihat lagi, menghilang tanpa bekas sementara, suara parau burung daris makin mengganggu, “Sial, andai saja aku punya sesuatu untuk membuat mereka diam, pasti akan kubuat mereka diam untuk selamanya,” keluhku dalam hati. Tapi, yang lebih mengganggu pikiranku adalah wanita pucat berbaju putih itu, siapakah dia ? Kenapa dia mendatangiku saat tengah malam begini ? Dan, banyak sekali pertanyaan yang ada di kepalaku, tapi, sama sekali tak kutemukan jawabannya.

Saat aku membalikkan badan dan hendak melangkah ke tempat tidurku, mendadak saja, seorang wanita berambut panjang, berbaju merah, dan berwajah mengerikan sudah berdiri. Sepasang matanya menatap liar ke arahku, baru saja hendak bertanya kedua tangannya terjulur lurus ke arah leherku, “Kembalikan kosmetikku !!” teriaknya sementara tubuhnya bagaikan anak panah dilepaskan dari busurnya. Aku berseru tertahan, leherku serasa dicekik kencang-kencang dan itu membuatku susah bernafas.

Kini wajah wanita itu sudah tepat berada di dekat hidungku, aroma busuk segera tercium, membuat perutku mual. Keringat dingin mengucur deras dari keningku dan membasahi sekujur tubuhku manakala melihat sepasang bola mata wanita itu mendadak terlepas dan perlahan-lahan kulit dan daging pada wajahnya yang pucat itu seperti badan lilin terbakar oleh bara api, melelehkan wajah dan daging. Yang tersisa adalah tengkorak dengan rambut hitam panjang dan kusut.

Aku menjerit-jerit sekuat tenaga menahan sakit pada leherku, tubuh ini serasa lemas tak bertenaga dan perlahan-lahan pandangan mataku kabur dan kepalaku pusing. Aku roboh tak sadarkan diri.

Aku membuka kedua pelupuk mataku dan aku melihat seorang wanita berbaju merah duduk di sebuah bibir sumur. Sepasang matanya menatap bayangan dirinya di dalam cermin yang dipegang oleh tangan kirinya sementara tangan kanannya dengan cekatan merias wajah, alis, bulu mata dan bibirnya. Ia tampak cantik jelita, ia tersenyum manis tapi tak lama kemudian menangis sejadi-jadinya, “Mengapa tak ada seorang pun mau mengakuiku ? Mengapa ?” Setelah berkata demikian mendadak ia tertawa cekikikan lalu menerjunkan dirinya ke dalam sumur. Aku berseru, “Jangan !!” gema teriakanku seakan memenuhi tempat itu lalu menembus langit merah di ufuk Barat dan menghilang. Aku berlari menuju ke arah sumur itu tapi, tak ada siapa-siapa disana. Tubuh wanita itu seakan menghilang ditelan bayangan gelap yang terdapat di dalam sumur itu.

Aku berdiri bagaikan patung sementara sepasang mataku menatap ke dalam sumur sementara, kubiarkan lamunanku berpetualang merenungkan apa yang baru saja terjadi. Tapi, itu tak berlangsung lama karena mendadak, dari bibir sumur muncul sepasang tangan berkuku hitam panjang dan runcing diikuti dengan munculnya sesosok kepala wanita berambut hitam panjang. Aku berseru tertahan manakala jari-jemari itu mencengkeram pergelangan tangan kanan dan kiriku. Aku berontak dan hendak melepaskan diri, tapi, GAGAL. Hingga akhirnya tubuhku diseret masuk ke dalam sumur.

_____

Tubuhku melayang-layang di tengah udara, aku tak tahu mana atas, mana bawah. Sekian lamanya melayang-layang di udara, akhirnya telingaku menangkap bunyi ‘Blukk !’ dan aku merasakan sekujur tubuhku sakit. Ternyata, aku jatuh dari tempat tidur, MIMPI LAGI RUPANYA. Mimpi yang aneh dan mengerikan. Sayup-sayup aku mendengar bunyi pengumuman pada mikrofon masjid. Isi pengumuman itu adalah “MAYA, ANAK PAK ALI ... TETANGGA SEBELAH TIMUR RUMAH MENINGGAL DUNIA”. Aku tersentak sekaligus merintih perlahan manakala pergelangan tanganku terasa nyeri dan sakit. Ada guratan panjang melingkar pada pergelangan tanganku. “Astaga... aku tak ingat kapan luka ini ada pada pergelangan tanganku ?” Mendadak saja aku teringat pada mimpiku. Seorang wanita yang keluar dari sumur sebelum menarikku ke dalam sumur, kuku-kukunya yang hitam, panjang dan runcing sempat menyayatku. TIDAK MUNGKIN luka ini kudapat dalam mimpi. Lalu, apa yang kualami itu adalah kenyataan ? TIDAK MUNGKIN ! Lagi-lagi sebuah tanda tanya besar di kepalaku muncul dan belum bisa kujawab saat ini.

_____

Sejak saat itu, hampir semua teman dan sahabat karib menjauhiku, kecuali Kristin. Dia membawaku ke Ki Bayu Sekti, seorang paranormal ternama di desa seberang untuk meminta petunjuk tentang apa yang terjadi pada diriku.

Ki Bayu Sekti menghela nafas panjang, “Saya tak yakin bisa menghilangkan pengaruh pemakaian kosmetik itu. Setiap kali kalian memakainya, maka, bahan-bahan pembuat kosmetik itu menyatu dengan jiwa-raga kalian. Khususnya, kau Michelle... “ jelasnya, “Kosmetik itu bisa membuatmu mampu melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, benda itu juga dapat memberimu anugerah yang jarang didapat oleh orang-orang lain. Kau mampu melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu dan masa yang akan datang. Bahkan bisa melihat makhluk-makhluk dari alam gaib. Salah satunya adalah kejadian beberapa waktu yang lalu. Kau melihat seorang wanita berbaju putih, berambut hitam panjang lagi kusut serta berwajah pucat. Tahukah kau siapa dia ? Dia adalah puteri Pak Ali tetangga sebelah rumahmu, Maya,”

“Bagaimana jika aku membakar kosmetik ini, Ki ?” tanyaku kemudian. Ki Bayu Sekti tersenyum, “Kau pikir itu adalah pekerjaan mudah ? Sama sekali tidak... kosmetik itu bagaikan tanaman liar dicabut satu akan tumbuh yang baru. Selama pabrik kosmetik itu belum tutup, tak mungkin kosmetik itu hilang dari peredaran. Lalu, jika kalian menuntut pertanggungan jawab pemiliknya, kalian pasti kalah pengaruh. Mereka adalah orang-orang kuat dari segi ekonomi, sementara kalian .. apa yang menjadi andalan kalian ?”

“Maafkan aku Michelle... tak seharusnya aku memberikan kosmetik itu padamu,” kata Kristin menyesal.

“Sudahlah, lagipula mana mungkin kau tahu kalau bahan untuk membuat kosmetik itu berasal dari cairan mayat-mayat busuk,”

Aku pulang dengan wajah lesu, berjalan menghampiri cermin yang tergantung pada dinding kamarku. Bayangan wajahku yang asli terpantul disana, kini aku menyandang julukan sebagai freaky girl, tukang sihir, pembawa bencana. Dijauhi semua orang, masa bodoh... yang penting mereka harus mengingat kata – kataku ini :

“PADA SAAT TENGAH MALAM, AKU AKAN MENGUNJUNGI RUMAHMU, MENGETUK PINTU RUMAHMU DAN KAU MEMBUKAKAN PINTU ... MUNGKIN AKU AKAN MENYAMPAIKAN KABAR GEMBIRA. TAPI, jIKA AKU MEMANDANGMU DENGAN PERASAAN IBA ... ITU ARTINYA, SALAH SATU DARI SANAK FAMILIMU, TERMASUK KAU SENDIRI AKAN MENGALAMI SAKIT DAN MALAIKAT MAUT AKAN DATANG MENJEMPUT..”

( Selasa, 23 – Okt – 2018

Terpopuler

Comments

Afiza piuw ome

Afiza piuw ome

best siott cerita moga sukses

2022-12-31

0

Kardi Kardi

Kardi Kardi

well done miss. nice storyyy

2022-10-19

1

lihat semua
Episodes
1 P R A K A T A :
2 Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3 Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4 Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5 Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6 Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7 Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8 Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9 Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10 Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11 Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12 Bab XI - Patung - Babak Pertama
13 Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14 Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15 Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16 Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17 Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18 Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19 Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20 Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21 Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22 Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23 Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24 Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25 Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26 Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27 Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28 Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29 Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30 Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31 Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32 Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33 Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34 Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35 Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36 Bab XXVIII : Malam Terakhir
37 Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38 Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39 Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40 Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41 Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42 Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43 Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45 [ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )
Episodes

Updated 45 Episodes

1
P R A K A T A :
2
Bab I - Kosmetik ( Si Pembawa Pesan )
3
Bab II - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Pertama
4
Bab III - Kosmetik 2 ( Si Penulis ) - Babak Kedua
5
Bab IV - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Pertama
6
Bab V - Kosmetik 3 ( Si Pemain Musik ) - Babak Kedua
7
Bab VI - Kosmetik 4 ( Si Pelukis )
8
Bab VII - Suster Michelle - Babak Pertama
9
Bab VIII - Suster Michelle - Babak Kedua
10
Bab IX - Aku [ masih ] Hidup - Babak Pertama
11
Bab X - Aku [ masih ] Hidup - Babak Kedua
12
Bab XI - Patung - Babak Pertama
13
Bab XII - P a t u n g - Babak Kedua
14
Bab XIII - A N G E L I C A - Babak Pertama
15
Bab XIV - A N G E L I C A - Babak Kedua
16
Bab XV - Dia Adalah Kekasihku
17
Bab XVI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Pertama
18
Bab XVII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedua
19
Bab XVIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketiga
20
Bab XIX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keempat
21
Bab XX - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kelima
22
Bab XXI - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Keenam
23
Bab XXII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Ketujuh
24
Bab XXIII - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kedelapan
25
Bab XXIV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesembilan
26
Bab XXV - ( Kutukan ) Arwah Penghuni Rumah Angker - Babak Kesepuluh
27
Bab XXVI - K u r i r ( babak pertama )
28
Bab XXVII - K u r i r ( babak kedua )
29
Bab XXVIII - K u r i r ( babak ketiga )
30
Bab XXIX : K u r i r ( babak keempat )
31
Bab XXX : K u r i r ( babak kelima )
32
Bab XXXI : K u r i r ( babak keenam )
33
Bab XXXII : K u r i r ( babak ketujuh )
34
Bab XXVI : Tiga Kisah Hantu Sekolah ( Malam Pertama )
35
Bab XXVII : Empat Kisah Hantu Sekolah ( Malam Kedua )
36
Bab XXVIII : Malam Terakhir
37
Bab XXIX - R i t u a l ( Babak Pendahuluan )
38
Bab XXX - R i t u a l #1 ( Babak pertama )
39
Bab XXXI - R i t u a l #2 ( babak kedua )
40
Bab XXXII - R i t u a l #3 ( babak ketiga )
41
Bab XXXIII - R i t u a l #4 ( babak keempat )
42
Bab XXXIV - R i t u a l #5 ( babak kelima ) [ Tamat ]
43
Bab XXXVI - R I T U A L #6 ( Alternatif Ending )
44
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kedelapan )
45
[ Horor ] [ Misteri ] K u r i r ( Babak Kesembilan - End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!