*Episode 10

Dengan rasa takut, anak buat itu langsung berjalan untuk menghadapi Maria yang masih mengunci tangan teman preman tersebut. Melihat ada yang datang, Maria bukannya takut, tapi malah tersenyum sambil melihat preman itu.

"Wah ... ada yang berani maju lagi nih ternyata. Sini, abang ... biar aku ajari kamu bagaimana rasa takut," ucap Maria dengan nada menggoda.

"Oh ya, kalian tahu gak? Kalau di atas ring, atau di dalam lapangan, itu tidak ada yang boleh mematahkan tulang lawan kita lho. Tapi ... kalau di sini ... sepertinya tidak ada larangan."

Kletak! Selesai bicara, Maria langsung melakukan apa yang dia katakan sebelumnya. Bunyi keras sesuatu yang patah terdengar cukup kuat yang disertai dengan jeritan keras dari preman yang mendapatkan perlakuan itu.

"Aaaa!"

Jeritan itu membuat preman yang ada di hadapan Maria langsung mengeluarkan air seninya. Dengan kaki dan tangan yang gemetaran, preman itu jatuh bersimpuh di hadapan Maria.

"To--tolong. Ampuni ... ampuni aku nona tangguh. Aku janji ... tidak akan mencari masalah dengan siapapun mulau dari malam ini."

"Johan! Sudah gila kau ya! Bangun! Apa yang kau lakukan di situ." Bos preman langsung berteriak dengan suara tinggi karena sangat marah dengan tingkah anak buahnya yang sangat penakut.

"Bos. Maafkan aku. Aku tidak ingin mati malam ini. Aku belum menikah, dan aku belum punya anak. Jadi, aku ingin hidup dengan baik jika dapat ampunan dari nona tangguh ini."

"Gila! Jika dia mengampuni kamu, maka aku tidak akan mengampuni kamu. Mengerti!"

"Kau tidak akan selamat jika bersikeras melawan nona ini, bos. Aku yakin dengan hal itu."

"Kau .... "

Maria tersenyum melihat wajah kesal dari bos tersebut. Sementara para preman yang lain, sepertinya juga sedikit takut. Itu terlihat dari wajah mereka yang begitu cemas sambil melihat Maria.

"Sebaiknya, kamu dengarkan apa yang anak buah mu ini katakan, bos. Kau tidak akan selamat jika bersikeras melawan aku."

"Jangan banyak omong kamu perempuan. Bukan ketua namanya jika aku menyerah hanya melawan satu perempuan ingusan seperti kamu. Lagian, kamu jangan senang dulu karena mampu mengalahkan satu anak buah ku yang tidak berguna itu. Aku masih punya tiga lagi di sini." Bos itu bicara sambil memperlihatkan tiga anak buah yang masih diam berdiri di belakangnya.

"Ah, ya sudah kalo gitu. Berikan saja langsung tiga-tiganya itu padaku sekarang juga. Karena aku tidak suka berlama-lama dengan bicara omong kosong. Lagipula, kau sudah menyakiti sopirku. Jika tidak cepat di bawa ke rumah sakit, mungkin sopirku akan mati di sini juga malam ini."

"Sopir mu? Heh! Jangan mimpi kamu bisa menolong sopir mu jika kamu tidak menyerah."

"Ah, bikin kesal saja. Aku tidak akan menyerah. Cepat lawan aku jika kalian mampu. Karena kata menyerah itu sama sekali tidak enak untuk kamu ucapkan."

"Banyak mulut kamu perempuan. Kalian bertiga! Langsung keroyok saja perempuan yang sok tangguh ini."

"Baik, bos."

Ketiga anak buah itu langsung maju bersamaan. Sedangkan si bos preman masih menunggu di belakang dengan senyum yang mengembang, penuh harapan bisa mengalahkan Maria dengan cara pengeroyokan.

"Tidak kapok juga kalian ternyata," ucap Maria sambil bersiap-siap.

"Jangan jumawa dulu perempuan. Kamu tidak akan bisa menang dengan satu lawan tiga." Salah satu dari mereka yang maju berucap pada Maria.

"Kita lihat saja nanti bagaimana hasilnya," ucap Maria.

"Serang langsung saja! Jangan beri dia ampun. Biar dia tahu bagaimana rasanya bersikap angkuh dengan kita," ucap bos preman penuh semangat.

Satu lawan tiga, untuk melawan perempuan lagi. Hal yang sama sekali tidak masuk akal jika dipikirkan. Tapi kenyataannya, tiga preman itu sungguh mudah untuk Maria jatuhkan.

"Agh!"

"Aduh!

" Aaa ... sakit .... Tolong lepaskan aku! Ampuni aku!"

Begitulah teriakan satu persatu dari preman yang Maria robohkan tubuh kekar mereka dengan mudah. Teknik pertarungan yang Maria miliki memang tiada bandingannya. Jika hanya melawan preman kacangan yang hanya mengandalkan otot saja, jangankan tiga, sepuluh sekali maju saja Maria masih sanggup menghadapinya.

Bos preman yang melihat anak buahnya jatuh bergelimpangan di atas jalan raya itu pun merasa ciut. Nyali yang setinggi langit, kini mendadak jadi sebesar kacang. Dan .... Buk!

"Aku mohon ... ampuni aku gadis tangguh .... Ampunilah aku yang lemah ini. Aku akui kalau kau sungguh hebat. Jika kau mau mengampuni aku, maka aku akan lakukan apapun yang kau inginkan."

Bos preman bersimpuh dengan tangan ke atas memohon ampunan agar Maria tidak memukulnya. Dengan wajah yang pucat, juga nada bicara yang bergetar, bos preman itu terlihat begitu ketakutan.

"Hah? Kau takut padaku? Ah, yang benar saja, kakak bos. Bukankah kamu bilang padaku tadi kalau bukan namanya ketua jika kamu takut?"

"Aku bukan ketua, aku bukan ketua gadis tangguh. Bukan. Aku takut. Sangat takut. Aku tidak sanggup melawan kamu. Sungguh."

Maria tersenyum menyeringai. Lalu, niat usil muncul tiba-tiba dalam hatinya.

"Ciaaaa ....!" Maria berpura-pura mengangkat tangan untuk memukul bos preman itu. Tidak diragukan lagi, bos preman itu langsung berteriak dengan suara begitu ketakutan. Air seni pun tidak bisa di tahan lagi agar tidak tumpah.

"Aaaa ....! Ampon ....!" Bos preman itu berteriak sambil menutup mata pasrah. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain memasrahkan dirinya sekarang.

Puk! Ternyata, Maria hanya mengerjai dia saja. Maria hanya menjatuhkan tangannya di bahu bos preman tersebut. Sambil tersenyum dia menepuk pelan bahu kekar itu.

"Ya ampun, tidak perlu takut seperti itu, kakak bos. Aku tidak akan melukai kamu. Aku hanya ingin kamu bicara jujur padaku, siapa yang menyuruh kamu melakukan semua ini. Aku tahu, ini bukan kebetulan, melainkan, sudah di rencanakan sejak awal, bukan?"

"Ya-ya. Aku akan katakan apapun yang ingin kamu tahu dariku. Asalkan kamu bersedia memaafkan aku dan melepaskan aku, maka aku bersedia menjadi apapun yang kamu inginkan."

"Memang, semua ini bukan kebetulan. Kami melakukan ini untuk seorang perempuan yang telah berani membayar kami dengan tinggi. Perempuan itu minta kami melecehkan kamu malam ini. Dia sudah mentransfer separuh dari bayar yang kami minta. Sedangkan separuhnya lagi, dia akan berikan pada kami setelah pekerjaan beres."

"Oh ya? Katakan padaku siapa perempuan itu! Ingat, jangan bohong."

"Tidak akan, tidak akan. Aku tidak akan berani berbohong. Perempuan itu bernama Tiara, dia anak orang kaya yang punya perusahaan Martial grup."

'Sial! Yang punya perusahaan itukan, Maria. Kenapa dia yang malah ngaku-ngaku sih? Benar-benar manusia yang tidak punya rasa malu ternyata perempuan ini."

Terpopuler

Comments

Aqiyu

Aqiyu

bos preman ciut ampe kencing pula😆😆😆😆

2022-09-27

2

piya

piya

🤩

2022-08-29

2

piya

piya

😘

2022-08-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!