*Episode 5

"Bibi Tantri tidak perlu takut dengan aku, Bik. Aku tidak akan menjebak kalian. Apa untungnya aku buat jebak kalian berdua, coba?"

"Tentu saja ada untungnya. Kamu teman baik Maria. Sudah jelas kalau ada maksud tersembunyi dari niat kamu buat kerja sama dengan kami, bukan?"

"Bi Tantri, bukankah tadi sudah aku jelaskan, kita berada di kapal yang satu tujuan. Aku benci Maria karena dia memperlakukan aku sebagai pembantu, bukan sahabat. Apalagi sejak sudah tunangan dengan Arkan, dia semakin memperlakukan aku semena-mena."

"Alasan aku bantu kalian tentu saja karena aku ingin memberikan pelajaran buat Maria. Aku ingin dia merasakan bagaimana rasanya kecewa karena apa yang dia harapkan hampa begitu saja."

"Ma, tidak ada salahnya kita mempercayai apa yang dia katakan. Bukankah tujuan kita untuk membuat Maria sadar diri. Jadi, kita mungkin bisa kerja sama dengan Ratna. Karena Ratna orang terdekat yang paling dia butuhkan selama ini."

"Tapi, Tiara ... kamu jangan lupa kalau selama ini, Ratna adalah orang yang paling penting dalan hidup Maria. Dia dan Maria begitu dekat bukan?"

"Iya aku tahu. Tapi, bukankah Maria dekat dengan dia saat Maria butuh selalu meminta tolong padanya. Jika ada masalah apa-apa, Maria juga selalu minta dia yang selesaikan. Maria itu gadis lemah yang sangat manja, Ma. Dia juga sangat ceroboh selama ini. Jadi, wajar jika Ratna memusuhi dia. Karena dia adalah orang yang ngeselin, tahu gak?"

Tantri terdiam beberapa saat sambil memikirkan semua perkataan Tiara. Benaknya perlahan membenarkan semua yang anaknya katakan.

"Baiklah, mama berusaha percaya apa yang Ratna katakan. Tapi ingat Ratna, jika kamu bohong dengan perkataanmu, maka kamu akan tahu sendiri apa akibatnya."

"Tidak perlu mengancam aku bibi. Karena aku tidak akan bohong pada kalian."

Tantri menarik napas pelan. Lalu melepaskan dengan sedikit berat.

"Katakan sekarang apa yang harus kita lakukan?"

"Tentu saja mengagalkan perjodohan antara Arkan dengan Maria."

"Iya aku sudah tahu. Tapi caranya bagaimana?" tanya Tantri agak kesal.

Ratna tersenyum pelan.

"Jangan selalu bersikap kesal, bibi. Cobalah berpikir dengan tenang tanpa emosi. Besok malam ada acara makan malam pribadi untuk Maria dan Arkan yang orang tua Arkan adakan, bukan? Jadi, manfaatkan itu dengan sangat baik."

Ibu dan anak itu kini saling bertukar pandang. Lalu, mereka berdua sama-sama mengukir senyum licik di bibir masing-masing.

"Iya, besok malam ada acara pribadi buat Arkan dan si bodoh Maria, Ma. Kita harus bergerak cepat untuk melakukan rencana pengagalan perjodohan."

"Tentu saja harus bergerak."

"Oh ya, apa kalian sudah punya rencana baik yang akan kalian jalankan buat besok malam?" Ratna berucap dengan nada penasaran.

"Belum. Tapi jika kami punya, maka kami akan katakan padamu. Oh ya, apa kamu sudah punya rencana? Jika ada, katakan saja langsung pada kami," ucap Tantri penuh harap.

'Dasar orang-orang bodoh. Gitu aja tidak bisa mikir. Harus tanya aku juga. Hadeh ... benar-benar deh,' ucap Ratna dalam hati sambil mengeluh.

"Ratna." Tiara memanggil karena tidak sabar lagi.

"Iya."

"Apa kamu punya rencana? Kalau ada, katakanlah pada kami sekarang!"

"Sabar. Aku sedang berpikir ini sekarang."

"Heh ... sama saja. Lelet," ucap Tantri dengan nada kesal.

Ratna sebenarnya sangat kesal dengan sikap ibu dan anak ini. Tapi mau bagaimana lagi, dia butuh mereka agar rencana yang dia miliki berjalan dengan mulus tanpa ada hambatan juga halangan besar. Karena ibu dan anak ini adalah penghalang besar buat dia mendapatkan apa yang sedang dia incar dari Maria.

"Oke, aku sudah punya ide bagus yang bisa aku jamin tingkat keberhasilannya seratus persen."

"Ide apa itu? Langsung katakan saja sekarang tanpa berbelit-belit lagi!" Tantri berucap dengan nada tak sabaran.

"Itu adalah acara besar yang keluarga Arkan siapkan untuk Arkan dan Maria. Jadi, buat Maria yang ceroboh memperlihatkan kecerobohannya. Oh iya, satu lagi. Arkan tidak suka gadis lemah yang manja. Jadi, kalian juga harus bikin si Maria yang bodoh itu menunjukkan semua sifatnya saat makan malam nanti. Dengan begitu, Arkan pasti sangat ilfil dengan Maria. Dan perjodohan itu lama kelamaan juga akan berakhir karena kebencian Arkan pada Maria."

"Kenapa begitu ribet sih, Ratna? Kenapa tidak biarkan aku menggantikan posisi Maria langsung saja. Itu lebih gampang bukan?"

"Tidak bisa. Kamu tidak mungkin melakukan hal itu jika kamu masih ingin hidup besok harinya. Karena yang kamu hadapi bukan hanya Maria atau Arkan saja. Melainkan, seluaruh keluarga Hartono yang terkenal. Pikirkanlah hal itu, Tiara!"

Tiara terdiam memikirkan apa yang Ratna katakan. Sementara Ratna, dia melanjutkan langkah kakinya menuju lantai atas. Tempat di mana kamar dia berada.

Ratna juga tinggal di rumah ini. Dia akan pulang satu minggu sekali ke rumah orang tuanya untuk menjenguk mereka. Letak kamar Ratna bersebelahan dengan kamar Maria.

Ah, sudah seperti pemilih rumah juga itu si Ratna. Semua milik Maria, juga milik dia. Apa yang dia suka, tinggal minta. Pasti Maria akan memberikannya dengan senang hati juga suka rela.

Maria terdiam memikirkan semua itu di kamarnya. Setelah dia menguping pembicaraan kedua ibu dan anak juga musuh yang berkedok teman, dia naik ke atas sambil memikirkan cara agar mampu memberikan pelajaran buat mereka semua. Tentunya agar jalan cerita dari novel yang menyebalkan ini bisa dia ubah.

Langkah awal, dia akan membuat semua orang terpukau dengan dirinya besok malam. Untuk itu, Maria langsung menuju lemari yang berada di sudut kamar.

"Uh ... benarkah ini kamar Maria yang dicerikan dalam novel? Benar-benar tidak sama dengan apa yang aku bayangkan saat membaca novel ini," kata Maria sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamar yang berukuran agak kecil.

Kamar itu lebih kecil dari kamar miliknya di rumah. Entah apa sebabnya. Dia merasa ini sedikit tidak benar. Karena kamar yang dia miliki dengan rumah yang agak sederhana saja masih terbilang besar dari apa yang Maria ini miliki.

"Ah, sudahlah. Itu bukan poin pentingnya. Yang penting, kamar ini sudah bisa di katakan nyaman karena fasilitasnya masih lengkap."

Tangan Maria lincah membuka pintu lemari untuk melihat baju yang dia miliki. Sontak, saat pintu lemari tersebut dia buka, matanya agak membulat karena tidak percaya dengan isi dari lemari tersebut.

"Apa? Isinya cuma beberapa gaun doang? Ah, mana gaunnya sangat jelek dan terlalu terbuka lagi."

"Ah, berapa tahunkah dia ini tidak pernah beli pakaian? Apakah kekayaan yang dia miliki tidak cukup untuk memanjakan dirinya sendiri. Ya Tuhan ... benar-benar membingungkan dia ini."

Terpopuler

Comments

Chokollis

Chokollis

Go girlllll ayo shoppinggg!

2022-10-28

1

Chokollis

Chokollis

Anak pembantu kok gak tau diri banget😭 kesel ya Allah😭

2022-10-28

0

Aqiyu

Aqiyu

yang penting komen

2022-09-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!