*Episode 9

Pak Danang begitu sopan santunnya menyapa para preman tersebut. Sementara itu, saat melihat kedatangan pak Danan, para preman itu tersenyum. Beberapa dari mereka langsung turun dengan begitu lagak untuk menyambut kedatangan pak Danang.

"Yo ... Bro ... ada yang datang nih. Kayaknya, sopir pribadi dari orang kaya."

"Mm .... sopirnya aja yang turun. Majikannya mana orang tua?" tanya salah satu dari mereka.

"Maaf adik-adik, bisakah kalian menepi sedikit? saya ingin lewat karena majikan saya ingin ke rumah sakit. Majikan saya sedang sangat tidak enak badan. Tolong yah, biarkan kami lewat."

"Heh ... apa urusannya dengan kami ha? Jika majikan kamu ingin minta tolong pada kami, maka biarkan dia sendiri yang bicara. Kenapa kamu yang malahan bicara untuk dia, orang tua?"

"Sudah saya katakan sebelumnya, bukan? Majikan saya sedang sangat tidak enak badan. Tidak mungkin untuk dia turun dan bicara langsung dengan kalian semua."

"Banyak omong ini orang tua. Fardy! Langsung beri dia pelajaran saja."

"Baik, bos."

"Johan. Periksa mobil itu!"

"Laksanakan, bos."

"Jangan!" Pak Danang berusaha menghalangi niat mereka. Tapi, dia sudah duluan dihajar oleh anak buah dari preman itu yang bernama Fardy.

"Agh! Uhuk ... uhuk .... Tolong ... jangan sakiti nona Maria." Pak Danang berucap dengan susah payah sambil menahan sakit akibat pukulan dari preman yang berbadan kekar dengan tenaga yang besar tentunya.

Sementara itu, preman yang bernama Johan sedang mengetuk kaca mobil tempat di mana Maria sedang duduk.

"Nona yang ada di dalam. Sebaiknya anda keluar jika tidak ingin sopir anda mati dengan mengenaskan. Nona bisa lihat sendiri bukan? Orang tua itu tidak akan kuat menahan pukulan dari temanku yang kekar dan kuat."

"Cek ... namakan juga orang tua renta. Mana tahan dia kena pukulan keras. Beberapa kali pukulan saja sudah membuat dia setengah mati. Jika di tambah lagi, mungkin dia akan benar-benar mati."

Maria terdiam sambil melihat ke arah depan. Benaknya membenarkan apa yang preman itu katakan.

'Ah, sudah aku katakan kalau ini tidak akan berhasil. Pak Danang tidak akan beruntung melawan para preman nakal ini. Ya ampun ... haruskah aku turun dan membereskan para preman yang ngeselin ini? Tapi ... jika aku turun, tubuh ini belum tentu mampu mengalahkan enam preman sekaligus. Namun, jika tidak turun, maka orang tua itu pasti akan benar-benar tamat di tangan berandalan yang menyebalkan ini.'

'Ah, sudahlah. Lebih baik turun saja. Itung-itung melatih otot yang kaku. Juga sekalian mencoba kemampuan para preman itu. Sebatas mana tenaga yang mereka miliki. Dan ... yang paling penting adalah, bisa memberi pelajaran pada mereka juga pada orang yang menyuruh mereka melakukan hal ini.'

"Nona manis. Aku tidak punya kesabaran lebih lho ya. Jangan sampai aku pecahkan kaca mobil kamu ini, terus paksa kamu keluar. Kamu keluar sendiri lebih baik."

"Ah, baiklah. Aku akan keluar, tapi kalian jangan menyesal. Kalian yang minta ya, bukan aku yang mau sendiri," ucap Maria sambil membuka pintu mobil lalu beranjak keluar.

Preman tersebut tersenyum geli mendengar kata-kata yang Maria ucapkan sebelum dia keluar tadi. Bukan hanya geli, dia bahkan merasa begitu salut dengan keberanian yang Maria miliki. Sedikitpun tidak ada kelihatan wajah takut drai gadis yang sedang berada dalam masalah besar seperti yang Maria hadapi saat ini. Hal itulah yang membuat preman itu sedikit kagum pada Maria.

"Wah-wah-wah. Luar biasa sekali keberanian yang kamu miliki, nona. Sedang berada di tepi jurang saja tidak merasakan ketakutan sedikitpun. Sungguh gadis yang sangat-sangat tangguh ternyata."

"Terima kasih atas pujiannya, kakak. Sebaiknya, kalian lepaskan sopirku dan berikan pertanggung jawaban kalian padanya. Karena kalian sudah berani memukul dia tanpa ada kesalahan yang dia perbuat sedikitpun."

"Heh ... sombong sekali kamu. Jangan jumawa dulu hanya karena pujian yang aku berikan. Aku memuji kamu hanya untuk menyenangkan hatimu sebelum aku memberi luka buat hati juga dirimu."

"Ah, benarkah? Kamu ingin memberikan aku luka hati juga luka diri? Aku tidak sabar untuk melihatnya. Bisa atau tidak ya kamu melakukan hal itu?"

"Jangan banyak omong kamu perempuan."

"Bos! Dia sudah keluar. Mau kita apakan dia sekarang?"

"No--nona ... ke--kenapa nona ... ke--keluar sih? La--lari nona ... lari." Pak Danang bicara dengan suara terputus-putus karena menahan sakit. Tubuh orang tua itu sudah tergeletak lemah tak berdaya di atas jalanan.

Sementara bos dari para preman itu tersenyum saat melihat Maria yang berada di samping mobil. Dia turun dari motornya, lalu berjalan untuk menghampiri Maria.

Dengan tenaga yang tersisa. Pak Danang berusaha menghadang bos preman tersebut dengan menangkap kaki agar tidak bisa melangkah. Tapi malangnya, pak Danang langsung ditendang oleh bos preman tersebut dengan keras.

"Pak Danang!" Maria merasa kasihan. Rasa geram juga kini menyelimuti hatinya. Tapi, dia berusaha untuk tetap tenang. Karena ketenangan adalah kunci kemenangan..

"Sekarang giliran kamu nona. Sopir mu sudah kami bereskan. Ayo kita bersenang-senang," ucap bos preman itu sambil tersenyum menyeringai dengan wajah yang menjijikkan.

"Najis! Coba saja jika kalian bisa menyentuh aku."

"Kamu menantang?" Anak buah preman itu berucap sambil satu tangannya berusaha menggapai Maria.

Dengan sigap, tangan Maria menangkis sentuhan dari preman tersebut. Lalu kemudian, Maria yang malah menyerang balik preman itu dengan menangkap tangan si preman dengan lincah. Dia kilas tangan itu kebelakang sampai si preman meringis kesakitan.

"Agghh ... gila kamu ... sakit! Lepaskan aku sekarang juga." Preman itu berteriak keras sambil berusaha melepaskan tangannya yang Maria kilas.

Bukan hanya itu, preman tersebut berusaha keras untuk membalas Maria dengan satu tangan yang masih tersisa. Namun, seakan tidak punya tenaga, preman itu mendadak lemah tanpa bisa melakukan perlawanan.

"Lepaskan perempuan! Lepaskan aku! Bos tolong!"

Teriakan itu menyadarkan mereka semua, kalau apa yang terjadi pada teman mereka bukan hanya sebatas candaan belaka. Melainkan, memang sedang terjadi masalah besar di hadapan mereka sekarang.

"Gila! Bos! Perempuan itu manusia atau iblis sih sebenarnya? Dengan satu gerakan saja dia mampu mengunci lawan segede Fardy."

"Diam kamu! Gitu aja udah ciut nyali mu? Masuk kali sana biar mati sekalian."

"Bos."

"Maju! Aku ingin lihat bagaimana cara dia menghadapi kamu."

"Tapi ... bos .... "

"Aku bilang maju, ya maju. Gak ada tapi-tapinya lagi."

"Bos .... "

"Maju!"

"Ba--baik ... bos."

Dengan rasa takut, anak buat itu langsung berjalan untuk menghadapi Maria yang masih mengunci tangan teman preman tersebut. Melihat ada yang datang, Maria bukannya takut, tapi malah tersenyum sambil melihat preman itu.

Terpopuler

Comments

Mama Muda

Mama Muda

terlalu banyak cerita,buang² waktu 😏

2024-01-27

0

Aqiyu

Aqiyu

ciatttt.... 🤼‍♀️

2022-09-27

1

idaman

idaman

saatnya beraksi maria.....

2022-09-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!