*Episode 15

Arkan langsung memasang flash disk tersebut pada laptop yang ada di hadapannya. Saat itu, dia bisa melihat beberapa file yang sedang tersusun di sana.

Mata Arkan menyipit saat dia melihat satu file yang diberi nama Maria. File itu adalah vidio. Arkan tidak langsung membukanya, dia malah melihat ke arah Jhun dengan tatapan yang meminta penjelasan. Karena memang, dia sama sekali tidak tertarik dengan semua hal yang berhubungan dengan yang namanya Maria.

"Maria?"

"Apa maksudnya ini, Jhun? Bukankah kamu tahu kalau aku sama sekali tidak punya rasa ketertarikan sedikitpun dengan perempuan itu? Nah, kenapa sekarang kamu malah memberikan aku sesuatu yang berhubungan tentang dia? Apa kamu sudah habis pikir sebelum memberikan flash disk ini padaku?" tanya Arkan dengan nada agak kesal.

"Maafkan saya, tuan muda. Saya tidak bermaksud buat tuan muda merasa kesal dengan memberikan vidio itu. Sebaiknya, tuan muda langsung lihat apa isi dari rekaman vidio tersebut. Setelah itu, jika tuan muda merasa tidak puas atau merasa rekaman vidio itu tidak penting sama sekali, maka saya terima konsekuensi yang akan tuan muda berikan pada saya."

Arkan melepas napas berat. Dengan malas, tangannya menekan keyboard untuk memutar vidio itu. Ketika rekaman itu pertama diputar, Arkan tidak langsung melihat vidio tersebut. Namun, setelah dia mendengar suara dari rekaman tersebut, maka matanya sontak langsung memperhatikan vidio itu dengan seksama.

Vidio dengan durasi kurang dari enam menit itu membuat dia merasa tak percaya dengan apa yang matanya lihat. Karena merasa masih ragu, Arkan malah memutar ulang vidio itu sebanyak dua kali putaran untuk meyakinkan mata dan hatinya dengan apa yang matanya lihat saat ini.

"Jhun. Katakan padaku soal kebenaran dari vidio ini. Karena sepertinya, mataku sama sekali tidak bermasalah. Aku sudah mengulang vidio ini sebanyak dua kali untuk memastikan apa yang aku lihat. Tapi sepertinya, tidak ada yang salah dengan penglihatan ini, karena semua yang aku lihat dari yang pertama sampai yang terakhir, itu tidak ada yang berubah. Semuanya sama, bukan?"

"Tentu saja sama, tuan muda. Tuan muda tidak perlu bingung seperti itu, karena apa yang tuan muda lihat dalam vidio barusan itu nyata. Itu adalah rekaman yang aku dapatkan tadi malam dari mata-mata yang tuan percaya untuk menyelidiki semua tentang kehidupan nona Maria."

Arkan terdiam sambil matanya terus melihat ke arah layar laptop. Dia yang teliti sama sekali masih tidak mempercayai kalau vidio yang dia lihat barusan itu nyata. Tapi sayangnya, berulang kali dia mencoba melihat kejanggalan dari vidio itu, sedikitpun tidak dia temukan.

"Menarik." Satu kata itu mampu meluncur dari mulut Arkan yang hemat bicara tentang Maria.

Kali ini, setelah melihat vidio barusan, pandangannya tentang Maria sedikit berubah. Ada sedikit rasa ketertarikan dalam hati Arkan untuk Maria sekarang.

"Mm ... apa tuan muda merasa kalau vidio ini berguna dan penting? Atau ... apakah aku bisa terbebas dari konsekuensi membahas hal pribadi di jam kerja sekarang, tuan muda?" Jhun bertanya dengan nada penuh harap untuk memastikan prihal kabar yang dia bawa barusan. Karena ekspresi yang Arkan perlihatkan masih samar-samar di mata Jhun.

Pertanyaan itu langsung membuat Arkan mengalihkan pandangannya dari layar laptop ke arah Jhun yang ada di hadapannya. Dia tersenyum sambil melihat Jhun.

Menandakan, kalau apa yang Jhun punya kali ini memang sangat memuaskan hatinya.

"Ini lumayan penting. Kali ini, kamu selamat dari konsekuensi gara-gara melanggar aturan. Dan ... aku juga punya bonus dua kali lipat untuk kamu."

"Benarkah, tuan muda?" Jhun terlihat sangat bahagia. Matanya berbinar-binar karena mendengar kata-kata barusan.

"Tentu saja. Tapi ... aku ingin kamu mencarikan aku bukti-bukti yang lain tentang Maria. Aku tidak puas hanya dengan rekaman ini. Aku ingin fakta yang lain lagi. Yang lebih banyak dan lebih real."

"Baik, tuan muda. Akan aku laksanakan semua permintaan tuan muda. Anda tenang saja, tuan muda. Tunggu kabar berita selanjutnya dari aku. Semua yang ingin tuan muda ketahui, akan aku dapatkan secepatnya."

"Aku tunggu. Kamu bisa pergi sekarang! Lanjutkan pekerjaanmu."

"Baik, tuan muda. Permisi."

"Hm .... "

Jhun ingin beranjak dati hadapan Arkan. Namun, baru dua langkah bergerak, dia malah kembali memutar tubuh untuk menghadap Arkan. Sementara Arkan yang melihat hal itu, langsung memberikan tatapan penuh tanda tanya pada Jhun.

"Apa lagi?"

"Mm ... itu .... Malam ini ada acara makan malam berdua dengan nona Maria, bukan? Aku hanya ingin tahu, apa tuan muda jadi makan malam, atau malah membatalkan rencana itu. Karena aku dengar kemarin, tuan muda ingin membatalkan rencana makan malam itu."

Arkan menatap tajam Jhun.

"Apa ini juga urusan kamu, Jhun? Aku ingin makan malam atau tidak, itu bukan urusan kamu bukan? Jadi ... jangan banyak tanya. Lakukan saja pekerjaanmu dengan baik."

"Maafkan aku, tuan muda. Aku hanya ingin tahu tentang hal itu. Karena aku tahu tuan muda tidak bisa menolak permintaan tuan dan nyonya, maka aku bertanya. Karena aku punya ide brilian jika tuan muda ingin membatalkan makan malam berdua dengan nona Maria."

"Tidak perlu. Aku akan terima permintaan mama papa buat makan malam dengannya malam ini. Karena aku ingin melihat, apakah ada perubahan atau tidak dari gadis yang di katakan manja juga ceroboh itu malam ini."

"Baiklah kalau itu yang tuan muda inginkan. Aku juga bisa tenang. Aku permisi sekarang."

"Yah, silahkan."

Kali ini, Jhun benar-benar pergi meninggalkan Arkan. Sedangkan Arkan, dia malah terdiam sambil melihat punggung Jhun yang berjalan semakin menjauh hingga hilang di balik pintu raungannya.

Jhun bukan asisten juga bukan sekretaris pribadinya. Tapi, Jhun malah lebih dekat dengan dirinya dibandingkan sekretaris dan asisten pribadi yang dia miliki. Karena asistennya adalah sepupu yang hatinya sama sekali tidak inginkan dia jadikan asisten.

Rimba adalah asisten sekaligus sekretaris pribadi Arkan. Tapi, itu bukan Arkan yang mau. Kedua orang tuanya yang menginginkan kalau Rimba yang jadi asisten pribadinya.

Tidak bisa menolak apa yang orang tuanya katakan adalah kelemahan terbesar yang Arkan miliki. Bukan tidak ingin menolak, tapi tidak bisa. Karena kedua orang tuanya punya senjata ampuh untuk membuat dia selalu menurut apa yang mereka katakan.

Papanya punya riwayat penyakit jantung yang akut. Jika marah atau kecewa, maka penyakit jantungnya akan kambuh. Sedangkan mamanya, selalu saja punya ide mengancam untuk bunuh diri jika tidak dituruti apa yang dia inginkan.

Arkan yang malas berdebat karena sayang dengan orang tuanya, maka dia memilih ikut apa yang orang tuanya katakan. Termasuk, menerima perjodohan yang kedua orang tuanya atur dengan Maria. Perempuan yang sama sekali bukan kriteria yang dia punya untuk dijadikan ratu satu-satunya dalam hidup.

Terpopuler

Comments

Alanna Th

Alanna Th

musti dksh jamu pahit nie s arkan

2024-05-13

1

Helen Nirawan

Helen Nirawan

ngapain mata2 in maria segala , dah gk suka jg , reseh

2024-05-06

1

Aqiyu

Aqiyu

lemah😏

2022-09-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!