"Dino aku takut!" Naomi memeluk Dino erat.
"It's ok, Naomi. Aku akan terus jagain kamu. Sekarang aku antar kamu pulang." Ajak Dino memapah Naomi masuk ke dalam mobilnya. "Naomi, kamu harus lebih berhati-hati. Aska udah kembali, dia pasti berniat jahat sama kamu." Tambahnya.
Selama di perjalanan, Naomi tidak banyak berbicara. Dia hanya diam melihat kearah jalan. "Naomi, aku mau ajak kamu ke suatu tempat. Kamu mau?" Ajak Dino.
"Gak perlu, Dino aku mau pulang aja." Balas Naomi tak ingin berbicara dengan Dino sepanjang jalan.
Kalau Aska kembali, Naomi pasti dalam keadaan berbahaya. Naomi aku akan melindungi mu semampuku. Ucap Dino dalam hatinya sambil membangunkan Naomi yang tertidur lelap. "Nom, bangun sudah sampai."
"Terima kasih Dino." Ucap Naomi
"Naomi." Panggil Dino setelah ia keluar dari mobil. "Aku masih berharap kamu pulang ke rumah." Ucapnya meskipun Naomi tetap membelakanginya. "Nom" Dino menarik lengan Naomi lalu menciumnya dengan hangat. Sadar dengan hal ini, Naomi segera mendorong Dino untuk melepaskan pelukan dan ciumannya.
"Dino stop! Itu gak mungkin." Balas Naomi meninggalkan Dino dan masuk ke dalam panti.
"Masih sama dia?" Tanya Nino dengan tegas. Ia sedari tadi melihat apa yang terjadi diantara keduanya.
"Kak, selama kakak lepaskan dia. Aku akan melakukan apapun yang kakak mau. Aku mencintai dia." Kata Naomi meminta pada sang kakak.
"Buang semua kenangan tentang dia, baru aku akan melepaskannya." Balas Nino menantang Naomi.
Hati Naomi hancur mendengar syarat dari Nino. Dunianya benar-benar hancur, kebahagiaan yang dia miliki hilang dalam sekejap. Kenapa rahasia itu harus terbuka sekarang?
Demi keselamatan suaminya, dia berusaha untuk menghindari Dino dengan cara apapun. Dia berhenti dari perusahaan dan mencoba membuka kehidupan yang baru bersama Nino dan anak panti. Ia mulai bekerja sebagai guru TK di salah satu sekolah tempatnya bekerja. Ternyata tempat itu adalah sekolah keponakan Adam, James. Naomi menjadi guru seni tari di sana, hal ini membuatnya merasakan sisi keibuannya muncul. Setiap ia melihat anak-anak, Naomi selalu mengingat calon anaknya. Jika ia lahir umurnya pasti sudah 7/8 tahun. Saat ini pasti, keluarganya sudah lengkap.
"Naomi, hari ini kita makan siang bareng yuk." Ajak Nino. Hubungan mereka kini semakin baik, sudah hampir sebulan Naomi terus menghindar dari Dino yang selalu ingin bertemu dengannya.
"Baik, Kak. Kita makan di restoran favoritku ya." Balasnya menantikan waktu itu.
Waktu itu akan pernah berbohong selama dia adalah takdirmu selalu ada cara mempertemukan kita. Inilah yang dihadapi Naomi. Saat masuk ke restoran, ia mendengar seseorang memanggil nama Dino Bratayudha. Mendengar nama itu, hatinya kembali merindu, ia mulai mencari dimana Dino. Suara itu kembali muncul, " Dino! What's up!" Ucap lelaki itu.
"Dino, aku bersyukur kamu sehat selalu." Ucapnya bersyukur melihat keadaan Dino dari jauh. Dino secara tidak sengaja melihat Naomi yang sedang menatapnya sambil memegang pintu restoran. Namun, dia memilih untuk menghindar darinya.
"Dino, apa dia sudah bisa melupakanku? Dia bahkan tidak tersenyum kepadaku." Ucapnya sedih sebelum Nino menepuknya dan mengajaknya masuk ke dalam. Mereka duduk dekat dengan Dino. Dari tempatnya ia bisa menatap Dino dengan jelas. Melihatnya semakin membuatnya rindu.
"Naomi, kamu serius mau makan disini? Harganya mahal semua." Ucap Nino terbelalak melihat harga di buku menu yang sama dengan gajinya di proyek. Nino juga belum pernah makan di restoran mahal seperti ini sehingga terkadang dia kagok dan tak mengerti tata cara dengan benar.
"Kak, pakai pisaunya pelan-pelan. Takutnya daging terlempar jika kakak kayak gitu." Naomi coba mengingatkan Nino. Belum sampai satu menit, hal itu menjadi kenyataan daging di piring Nino mendarat di atas tamu lain. Hal memalukan yang membuat ketidaknyamanan orang itu. Sadar akan hal memalukan ini, ia segera minta maaf namun orang itu dengan seenaknya memaki dan menghinanya. Namun, Dino tetap diam seperti tak peduli.
Pedih mendengar hinaan itu, ia melirik pada Dino yang sibuk dengan teman-temannya. Ia merasa sendiri dan membutuhkan Dino yang akan selalu maju membelanya dengan tenang dan berkelas. Sementara, kakaknya penuh dengan emosi bahkan hampir memukul tamu lain.
"Jangan berani! beraninya menghina adik aku!" Teriak Nino ingin memukul laki-laki itu.
Disaat seperti itu, Dino justru malah berjalan di depan Nino dan Naomi seperti orang asing. Ia pergi begitu saja tanpa peduli pada keadaan Naomi sekarang. "Dino!" Teriak Naomi tak tahan dengan rasa diabaikan ini.
"Dino!" Panggilnya tanpa didengarkan oleh Dino. "Naomi, berhenti! Buat apa kamu pergi mengejar dia." Cegah Nino. "Lepasin!" Naomi akhirnya berani melawan Nino.
"Dino!" Naomi mengejar Dino. Namun, Dini tetap tidak berbalik kepadanya, dia tetap berjalan terus tanpa mengindahkannya. "Dino" Panggil Naomi lagi.
"Kamu bilang gak akan lupain aku. Tapi apa hari ini kamu acuh sama aku!" Teriak Naomi berhasil menghentikan langkah Naomi. Dino ingat pembicaraan Naomi dengan Nino saat dia mengantarnya pulang. Dino terhenti di posisinya saat ini.
"Aku gak acuhkan kamu, hanya kamu gak mau sama aku." Ucapnya. "Dino, aku ..." Ucap Naomi memeluk Dino dari belakang.
"Naomi!" Bentak Nino penuh amarah menyebabkan Naomi dalam dilema.
"Dasar! Brengsek! Dino! Lo masih aja terus-terusan ganggu adik gw!" Ucapnya tanpa berpikir langsung menghajar Dino dengan keras.
"Jangan kak!" Pinta Naomi namun Nino tak peduli dan mendorong adiknya itu menjauh. Disaat yang bersamaan mobil melintas dan tak sengaja menabrak Naomi pada bagian perutnya.
"Naomi!" Teriak Dino mendorong Nino hingga terbentur jalanan. "Naomi!" Teriak Nino shock melihat adiknya telah berlumuran darah. Mobil yang menabraknya lari begitu saja.
"Nom, bangun!" Dino memeluknya. "Panggil ambulance! Pak Beben."
"Dino, jangan acuhkan aku lagi." Jawab Naomi.
"Nomi, I love you!" Jawab Dino menangis kejar.
"Stop! Kamu gak perlu ikut!" Cegah Nino ketika Dino akan naik ke ambulance. "Keluarga kalian sudah menghancurkan keluargaku!" Tambahnya.
"Diam kamu Nino." Dino menghajarnya. "Selama ini aku sabar! Lo adalah orang yang seharusnya pergi dari hidup aku dan Naomi. Sebelum ada kamu kita bahagia. Lo, Nino hanya memaksa Naomi untuk membenci orang lain!"
"Dia adik gw!"
"She is my wife! Dia istri gw! Gw lebih berhak atas dia. Dia Naomi Bratayudha!" Balas Dino dengan nada tinggi.
"Saat kami kehilangan ibu, Naomi masih berumur 3 tahun. Dia gak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Merasakan bertahun-tahun di hina karena luka bakar yang Lo buat. Sekarang! Lo mau dia hidup dalam luka selamanya!" Celetuk Nino membuat Dino kembali menyesal dan lemas. Kesalahan yang dibuat keluarganya terlalu besar. Apakah dia pantas untuk Naomi?
"Gw yang akan ikut di ambulance. Gw bisa urus adik gw sendiri." Ucap Nino naik ke ambulance dan meninggalkan Dino sendiri yang hanya menatap mobil itu beranjak pergi menjauh darinya.
Dino berusaha mengejar mobil yang menabrak Naomi dengan mobil sportnya. Ia berhasil mencegat mobil itu dan menemukan pelakunya. "Sial Lo! Keluar! Berani-beraninya Lo nabrak istri gw!" Namun orang itu malah tertawa sehingga membuat Dino penasaran lalu membuka topengnya.
"Ciluk baaaa!" Ucap orang itu. "Hallo, Dino kita bertemu lagi. Gimana Naomi udah..." Dino menghajar lelaki itu tanpa ampun.
"Pukul gw! Yang penting, i'm the winner. Akulah pemenangnya, Dino Bratayudha."
"Gila! Lo Aska!" Hajar nya lagi lalu menyerahkannya ke polisi.
"Dino! gw udah puas balas dendam! hahaha!" Ia tertawa bahagia sementara polisi memborgol tangannya. "Gw gak mau hidup di penjara." Teriak lalu menendang polisi itu dan berdiri di atas jembatan. Aska melihat kakinya yang cacat karena berantem dengan Dino setelah lelaki itu memergokinya hampir menjual Naomi kepada lelaki tua.
"Naomi! Liat suami yang sangat mencintai Lo! Dia sanggup melakukan apapun. Dino! kita impas! Lo udah buat gw cacat!" Dia lalu terjun ke sungai dan hanyut.
"Aska!" Teriak semuanya. Tim SAR segera bertindak mencari korban dan menemukannya setelah 48 jam. Dalam waktu yang sama berita tidak mengenakan disampaikan Adam pada Dino dan Nino.
"Naomi, dalam posisi koma. Naomi mengalami kerusakan pada ginjalnya akibat kecelakaan itu." Ucap Adam.
"Din, aku gak tahu Naomi ngomong ke kamu atau gak. Jadi, sebenarnya 9 tahun lalu ketika memeriksakan kondisinya dia diketahui memiliki rahim yang lemah mengakibatkan resiko tinggi keguguran jika dia hamil. Selain itu, juga akan berdampak buruk jika keguguran." Ucap Adam dia menyesal mengatakan ini sekarang. "Apa!" Dino mencengkram bahu Adam.
"Kondisinya kurang baik. Kecelakaan itu juga berdampak pada rahimnya akibat benturan di perut. Dari sejak dia keguguran sampai saat ini keadaan rahimnya makin parah. Solusinya adalah mengangkat setengah rahimnya." Ucap Adam semakin memperparah keadaan.
"Apa yang akan terjadi pada Naomi setelah pengangkatan rahim itu?" Balas Nino.
"Naomi akan sulit punya anak." Ucap Adam.
"Tidak mungkin! Naomi masih sangat muda. Siapa yang mau bersamanya jika ia sulit memberi keturunan." Tambah Nino masih saja egois.
"Lakukan Adam, apapun untuk menyelamatkan Naomi. Apapun yang terjadi setelahnya akan aku tanggung." Ucap Dino dengan tegas. "Sekalipun Naomi akan membenciku seumur hidupnya." Tambah Dino.
"Gila Lo! Mau menghancurkan hidup adik gw!" Bentak Nino.
"Aku suaminya dan berhak menentukan apa yang harus dilakukan. Jadi sebaiknya kamu diam!" Ucapnya di depan semuanya. Oma Murni dan juga Ratih serta pengurus panti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments