Dunia terasa hancur bagi Naomi. Ia tak bisa menanggung ini semua. Lelaki yang dia cintai adalah anak dari pembunuh orang tuanya, menghancurkan hidup kakaknya dan yang paling parah Dino adalah anak laki-laki yang menyebabkan luka bakar di pundaknya. Membuat dia menjadi olok-olokan selama bertahun-tahun. Semua orang menghinanya dan tak ada yang mau berteman dengannya.
"Kenapa Dino!" Teriaknya histeris.
Disaat semua sedang dalam situasi yang rumit, sekelompok orang datang bersama seorang pengacara. Mereka mengatakan sudah waktunya panti ini untuk di kosongkan. Ratih Bratayudha telah mengusir semuanya dari sini. Satu masalah muncul, inilah cara seorang ibu membela anaknya.
"Apa kami hanya diberi waktu 3 hari. Dimana kami bisa mencari tempat untuk anak-anak." Oma Murni jatuh tak berdaya mendengar itu semua. Begitu juga dengan yang lain, Bi Menur dan Nino. Mereka tidak berpikir sejauh ini.
"Puas kalian semua. Liat apa yang kalian lakukan semuanya hancur. Nino, seharusnya kamu tidak kembali! Liat, kehidupan Naomi hancur karena kamu. Anak-anak yang lain akan terancam tidak memiliki tempat tinggal gara-gara kalian. Puas kalian!" Oma Murni memukul keduanya dengan bantal sofa yang dia ambil dari sampingnya. Sudah habis air matanya, dia sudah tidak bisa lagi berpikir. Bahkan saat ini, ia tidak memiliki uang yang cukup untuk menyewa rumah yang layak dalam waktu 3 hari.
"Apa kita akan tinggal di jalanan? Bunda, cepat hubungi Dino untuk menghentikan semua ini." Ceplos Menur semakin membuatnya emosi.
"Menur!" Oma Murni langsung menamparnya. "Setelah apa yang kalian lakukan! Kalian berharap Dino akan membantu kita! Membela kita! Bunda lebih baik tidur di jalanan dibandingkan harus menghubunginya."
"Bunda, maaf bunda. Menur gak menyangka sampai sejauh ini." Menur sangat menyesal, ia berlutut memohon pengampunan Oma Murni. "Menur, sayang sama Naomi. Menur, gak mau Dino menyakiti Naomi lagi." Belanya terus-terusan semakin membuat Oma muak dengan Menur.
"Dino tidak mungkin menyakiti Naomi, dia selalu menjaga dan bahkan merelakan hal paling berharga dalam hidupnya untuk Naomi. Nino asal kamu tahu! Jika bukan karena Dino hidup adik kamu tidak mungkin seperti ini!" Oma Murni benar-benar marah.
"Menur, Bunda tahu, kamu seperti ini karena kamu tidak suka Naomi dan Dino. Kamu ingin Dino bersama dengan anakmu Prita." Tegur Oma Murni pada Menur yang membuatnya kaget. "Sebaiknya kamu pergi dari sini bersama anakmu. Bunda tak ingin melihat kamu lagi." Usir Oma Murni dengan kejam. Oma Murni tidak menyangka Menur sanggup mengorbankan anak panti demi keinginannya.
"Oma, dimana surat pemberitahuannya." Tanya Naomi yang akhirnya keluar dari kamarnya. Ia sudah berpakaian rapi dan membawa tas ditangannya. "Aku akan pergi menemui Dino." Ucapnya membuat Nino kaget, gila kamu! Katanya.
"Kamu mau kita hidup di jalanan!" Bantah Naomi. "Kalau kamu mau hidup di jalanan jangan korbankan anak-anak." Naomi lalu mengambil kertas itu dari tangan Oma Murni.
"Jangan Naomi." Oma Murni menolak keinginan Naomi. Ia tahu keadaan Naomi sedang tidak baik. Ini akan menyakiti Naomi pada akhirnya namun wanita itu kekeh dengan prinsipnya.
Sepanjang perjalanan, ia hanya menangis hingga membuat supir taksinya takut dan bingung. "Pak gak perlu pedulikan saya." Ucap Naomi yang terus menangis. "Pak, cepatan dong jalannya. Jangan perhatiin saya, fokus nyetir Saja." Ucapnya kesal setelah berkali-kali melihat supir itu terus mengintipnya.
"Sudah sampai..." Ucapnya supir itu.
"Kok cepat pak." Balas Naomi. Supir itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Selamat pagi. Bu Naomi." Sapa Satpam kantor yang menjaga di pintu depan. Gedung pencakar langit itu adalah saksi bagaimana ia bertahan dengan Dino.
"Pagi." Ucapnya dengan hati yang tak menentu ia memasuki gedung itu dan bertemu dengan Dino.
"Dino" Ia memanggil seseorang yang sedang berjalan di depannya bersama dengan beberapa rekan kerjanya salah satunya adalah Reihan dan Alvin. Mereka sedang berbicara sambil memegang Coffee ditangan mereka. "Dino!" Panggilnya lagi lebih kencang namun Dino tetap tidak menengok. "Dino!" Ucapnya lagi dan langsung memeluknya dari belakang.
"Dino." Panggilnya membuat Dino berhenti dan mengakhiri pembicaraannya dengan klien.
"Maaf Pak, saya rasa pembicaraan kita hentikan disini dulu. Saya akan menghubungi bapak lagi." Dino memutuskan panggilan itu dan melepaskan earphone bluetooth dari telinganya. Ia lalu memegang tangan Naomi yang memeluknya begitu erat. "Nom, Aku senang kamu datang menemui aku." Ucapnya lega setelah bisa melihat Naomi lagi. Selama hampir 2 Minggu, ia selalu merindukan Naomi.
"Jangan liat aku, tetap seperti ini. Apa kamu punya waktu?" Tanya Naomi merebahkan kepalanya di punggung Dino. "Aku ada meeting abis ini." Jawab Dino.
"Ok, aku tunggu." Jawab Naomi.
Dino memberikan tangannya untuk digandeng oleh Naomi, namun wanita itu menolak dan membuat perasaan Dino terluka. Tapi tak apa melihat Naomi di depannya cukup membuat Dino bahagia.
Aku ingin sekali menarik mu ke pelukan ku Naomi. Melihatmu menjauh seperti membiarkan duri menusuk jantungku. Aku benci hal ini. Aku tahu kamu masih belum memaafkan ku.
Dino menarik lagi tangannya, " Dino, ada hal penting yang mau aku bicarakan setelah kamu meeting. Kamu jalan duluan aku dibelakang." Ucap Naomi yang cukup menyedihkan.
Naomi menunggu Dino selama lebih dari 4 jam sampai ia tertidur di ruangan Dino. Dino yang cukup sibuk dengan persiapan proyek baru dengan sengaja membiarkan hal itu. Dia membiarkan Naomi menunggu di ruangannya dan bekerja di ruangan yang lain.
"Bu Sari, apa Naomi masih di ruangan aku?" Tanyanya mengecek keadaan Naomi.
"Masih, Bu Naomi sedang tidur pak." Balas Bu Sari sedikit membuat Dino lega.
Nom, ini lebih baik. Setidaknya, aku tahu kamu akan berada di dekatku untuk waktu yang lama.
Dino mengambil napasnya panjang dan mulai membaca beberapa dokumen yang harus di tandatangani. Setelah selesai mengerjakan semuanya, ia kembali dan melihat Naomi tertidur dengan pulas. Ia mendekat dan duduk di samping Naomi, dibelainya rambut Naomi dengan lembut.
"Nom, I always missing you." Kecup nya hangat di dahi istri tercinta. Kecupan itu berpindah ke hidung, pipi, dan juga bibir Naomi.
"Selalu menyenangkan mencuri ciuman dari mu." Ucapnya tersenyum meskipun saat ini hatinya menangis. "Nom, kenapa kita jadi seperti ini. Bukankah keinginanmu adalah menjadi istriku?" Dino mengingat perkataan Naomi kepadanya tentang bagaimana ia membencinya.
Nom, aku tahu. Saat ini, aku adalah orang yang paling kamu benci. Aku tahu aku salah, tapi apakah aku gak berhak mendapatkan kesempatan memperbaiki semuanya. Tak bisakah kamu memaafkan Dino kecil itu?
Dino terus menitihkan air matanya sambil meneguk segelas bir di tangannya. Ia melihat keluar jendela besar yang mengarah ke gedung-gedung pencakar langit di Jakarta. Ia mengingat bagaimana keadaannya dua minggu yang lalu. Ketika, ia hanya bisa duduk terdiam di tempat tidurnya sambil memeluk bantal dan pakaian Naomi yang tersisa di kamarnya.
"Naomi, maafin aku." Ucap Dino. Ia masih terpukul.
"Dino sudah cukup, kamu harus makan." Bujuk Ratih.
"Ma, apa lagi yang mama sembunyikan dari aku? Kenapa mama dan papa tega menutupi itu semua. Mama sudah tahu semua ini dari awal? Apa mama juga tahu apa yang papa lakukan ke Naomi?"
Ratih terdiam, "Ma! Jawab aku. Please!" Ratih tetap terdiam. "Ok, aku akan cari tahu sendiri." Dino berlari menuju gudang dan mulai membongkar di sana. Ia ingat dulu pernah menemukan kotak berwarna coklat, di dalamnya terdapat boneka Beruang itu.
"Dimana kotaknya ma! Dimana!" Teriak Dino.
"Dino, mama akan kasih kotaknya ke kamu. Tapi kamu harus tenang." Pinta Ratih.
"Tenang! Disaat rumah tangga aku akan hancur. Mama minta aku tenang!" Jawab Dino dengan ekspresi marah. "Kenapa mama gak jujur sama aku?"
Ratih menampar Dino untuk menyadarkannya, "Kalau mama bilang ke kamu, apakah kamu akan melepaskan Naomi? Mama tahu kamu sudah menyukainya sejak kecil." Ratih memeluk Dino dari belakang. Dino yang mendengar itu terdiam dan jatuh membuat keduanya berlutut.
"Mama tahu Dino, sejak kecil kamu sudah menyukainya. Saat kamu datang ke panti kamu langsung bisa dekat dengan Naomi." Ucap Ratih semakin membuatnya hancur. Mereka menangis bersama. "Menangis lah Dino. Kamu gak boleh hancur masa depan keluarga kita ada di tanganmu." Belai Ratih lembut menenangkan anaknya.
Kembali ke saat ini, Dino terus meneguk minuman di tangannya. "Naomi, aku gak akan pernah melepaskan mu." Ucapnya, semua yang Dino inginkan pasti akan ia dapatkan. Naomi mulai bergeliat, "Ya ampun sudah malam!" Ia terbangun dan kaget melihat Dino sedang berdiri di pinggir jendela sambil memegang segelas bir. Naomi kesal, mengapa Dino tidak membangunkannya, ia melihat sudah 29x Nino menghubunginya.
"Dino!" Ia melihat ke sekelilingnya, dan sadar masih di kantor Dino Teriak Naomi kesal sama seperti tingkahnya saat ngambek dengan Dino.
"Kenapa, kamu datang untuk surat ini?" Mata Dino merah, hidungnya juga. Ia mengambil amplop coklat berisi surat pengalihan kepemilikan tanah panti asuhan dan memberikannya kepada Naomi.
"Kamu bongkar tas aku?" Tanya Naomi membuat Dino tertawa. "Aku gak perlu bongkar tas kamu untuk tahu kamu sedang apa dan mau bicara apa. Lalu apa yang akan kamu lakukan?"
"Bagaimana caranya supaya aku bisa mendapatkan akta itu?" Tanya Naomi.
"Kembalilah ke rumah dan jadilah istri yang baik. Aku ingin punya anak dari kamu." Ucap Dino santai. Ia lalu menghampiri Naomi dan mencium bibir Naomi dengan lembut. Ia yakin Naomi masih sangat mencintainya.
Dino ingin punya anak? Akhirnya setelah sekian lama dia mengatakan ini. Naomi terbawa oleh suasana dan membalas ciuman itu menjadi ciuman yang panas. "Naomi, berikan aku seorang putra." Ucap Dino. Naomi memeluk Dino dengan erat. Naomi! Sadar! Dia telah menghancurkan hidup keluarga kita! Ucap Nino terngiang-ngiang di kepalanya.
Stop! Naomi mendorong Dino. Dino mengambil napasnya panjang. "Why, Naomi?"
"Punya anak. Dulu, saat aku mengandung anakmu kamu tidak pernah menginginkan dia!" Ucap Naomi menyakiti hati Dino. Dino marah dengan Naomi, "Tahu dari mana kamu! Kamu pernah tanya aku? Aku mau atau tidak! You know bad that I want to have a child with you!" Dino menarik tangan Naomi membuat dia sakit.
"Dino lepas! Sakit!" Teriak Naomi tapi Dino tetap tidak ingin melepasnya. "Dino! Aku gak akan pernah sudi mengandung anak kamu. Aku mau kita bercerai, aku akan mencari laki-laki lain dan memiliki anak dengannya." Ucap Naomi tak memikirkan perasaan Dino yang mendengarnya. Dino semakin menguatkan genggamannya, bagai tertusuk duri perasaannya saat ini. Ia tak menyangka Naomi bisa mengatakan hal itu.
Saat ini dia marah dan memaksa Naomi. "Laki-laki lain? Jangan mimpi kamu!" Dino menarik Naomi masuk ke ruang istirahatnya melemparnya keatas tempat tidur.
"Lepasin!" Ucap Naomi.
"Setelah aku mendapatkan keinginan ku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments