Tamparan

Gadis tersebut pun menarik kursi dan duduk di depan Alzam. Dia melihat sudah ada secangkir kopi di depan pemuda itu. Dia pun mengangkat tangan ke arah seorang pelayan yang berdiri di dekat meja barista, dan tak lama kemudian seseorang mendatangi meja mereka.

“Tolong coffee late nya satu,” pesan Olivia

“Panas atau dingin, Kak?” tanya pelayan itu.

“Dingin aja,” sahut Olivia.

Pelayan pun pergi. Kedua orang itu diam. Tak ada satupun dari mereka yang mau memulai pembicaraan. Alzam lebih memilih melempar pandangan ke samping, sambil sesekali menyesap kopinya. Sedangkan Olivia, gadis itu bersandar di kursi sambil melipat kedua lengannya di depan dada, dan menatap datar ke arah pemuda di seberangnya.

Sampai akhirnya, pelayan kembali datang dan membawakan pesanan gadis tersebut.

Olivia tak langsung meminumnya. Dia masih terus menatap ke arah Alzam dan semakin tajam hingga membuat pemuda itu salah tingkah.

Setelah lima belas menit, Olivia mengurai lengannya dan meraih minuman yang tadi dia pesan. Gadis itu kemudian meminumnya sekaligus hingga habis, dan meletakkan kembali gelasnya dengan sedikit keras.

“Aku udah selesai. Kalau nggak ada yang mau Mas omongin, aku pergi dulu,” ucap Olivia.

Dia pun berdiri dan beranjak pergi dari sana. Akan tetapi, Alzam tiba-tiba bersuara dan membuat Olivia yang telah berbalik pun berhenti.

“Tunggu!” panggil Alzam.

Nampak sebuah senyum di bibir tipis Olivia, saat mendengar pemuda itu menahan kepergiannya. Namun, dia cepat-cepat menyembunyikan senyumnya itu dan kembali berbalik melihat ke arah sang pemuda.

“Ya,” sahut Olivia dengan nada yang dingin.

“Bisa nggak kamu duduk dulu?” tanya Alzam.

“Ngapain, Mas? Aku minta ketemu di sini karena Mas nyariin aku duluan lho ya. Aku kira ada hal penting apa. Tapi Mas malah diemin aku dari tadi. Aku udah berusaha buat jauhin Mas, sama kaya apa yang Mas minta tempo hari. Tapi apa? Mas yang bikin keributan di apartemen, sampe aku ditelpon pihak keamanan gara-gara Mas udah gedor-gedor pintu aku,” ungkap Olivia.

“Oke. Oke. Aku minta maaf. Aku salah. Aku nggak akan diem lagi. Jadi, bisa duduk bentar kan,” bujuk Alzam.

Olivia tak menyahut. Dengan wajah yang masih kesal, gadis itu pun kembali duduk di kursinya, begitu pun dengan Alzam.

“Sekarang, coba bilang alasan Mas nyariin aku,” seru Olivia.

Alzam nampak menarik nafasnya dalam-dalam, dan menghembuskannya sekaligus. Dia mencoba memberanikan diri mengungkit masalah pagi itu.

“Liv, aku mau kasih penjelasan sama kamu. Aku nggak pernah ngerasa ngelakuin apapun ke kamu. Malam itu, aku cuma inget nganter kamu yang mabuk balik ke apartemen. Habis itu, aku beneran mau pulang, tapi tiba-tiba aja kepalaku pusing. Aku beneran nggak inget apa-apa lagi. Tau-tau, aku udah sama kamu di sana pagi itu,” tutur Alzam.

Olivia sedari tadi diam dan terus mendengarkan perkataan Alzam. Dia hanya bersandar sambil melipat kembali lengannya di depan dada, dan menatap lurus ke arah pemuda tersebut.

“Aku paham maksud, Mas Al. Mas Al mau bilang kalau nggak terjadi apa-apa sama kita kan?” tanya Olivia memastikan.

“Iya. Bener. Aku yakin kamu juga ngerasain kan, kalau nggak ada apa-apa yang terjadi?” sahut Alzam senang.

Olivia nampak tersenyum sinis dan melempar pandangan ke luar jendela. Alzam yang melihat hal itu pun tak tahu maksud dari senyuman Olivia yang aneh tadi.

Gadis tersebut kembali menoleh dan menatap lurus ke arah Alzam.

“Mas, kamu tahu nggak apa yang orang mabuk sering bilang pas dia udah sadar?” tanya Olivia.

Alzam tak paham maksud pertanyaan dari gadis di depannya itu. Pemuda tersebut sama sekali tak pernah tahu rasanya mabuk. Dia hanya bisa menggeleng pelan sambil menerka arti dari ucapan Olivia.

“Mereka selalu bilang, kalau tak ingat apa yang sudah terjadi selama alkohol mempengaruhinya. Tapi satu hal yang pasti, lupa bukan berarti tak ada yang terjadi. Itu bukan sebuah alesan buat mengelak kejadian yang udah terjadi. Kalau Mas ragu, aku bisa bawa Mas ke dokter buat buktiin kejadian hari itu bener apa nggak,” ucap Olivia.

Alzam seketika membola. Dia tak menyangka jika gadis itu justru akan balik melawannya. Dia kira, ingatannya masih bisa membuktikan bahwa dia tidak melakukan apapun, karena setahu Alzam, dia benar-benar pingsan.

“Aku pingsan, Liv. Mana ada orang pingsan bisa melakukan sesuatu,” elak Alzam.

“Mas Al bisa tanya ke dokter kok. Meskipun untuk visum udah terlambat, tapi dokter pasti tahu antara gadis virgin dan bukan,” tepis Olivia

“Virgin? Jadi kamu mau tes virgin ke dokter sama aku? Hahahaha... Apa kamu yakin kalau kamu emang masih virgin sebelum malam itu? Gadis pemabuk seperti kamu mana ada yang masih suci? Aku tahu sekarang. Ini Cuma akal-akalan...,” ucap Alzam sarkas.

PLAAAKKKK!

Tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di pipi pemuda tersebut dengan cukup keras, membuat Alzam seketika mengentikan kata-kata kasarnya tadi.

Dia menoleh dan melihat Olivia yang sudah berdiri dengan wajah merah padam dan tangan mengepal menahan emosi yang sangat besar.

“Aku udah coba buat nggak nuntut kamu atas kejadian waktu itu ya Mas. Aku menghargai omongan mu yang minta aku buat jauhin kamu”

“Aku udah seneng banget lho pas denger kamu nyariin aku hari ini. Aku kira kamu mau tanggung jawab karena kamu pria baik-baik. Tapi apa, kamu nyariin aku cuma buat ngehina aku kek gini? Tampang aja yang alim, kelakuan sama bejatnya kek sampah!” ujar Olivia.

Gadis itu pun kemudian berbalik dan pergi setelah mengucapkan kata-kata tersebut. Alzam tak menyangka bisa berkata hal kejam seperti tadi, sampai membuatnya mendapatkan sebuah tamparan dari gadis itu.

Alzam kini hanya menjadi pusat perhatian pengunjung caffe, karena keributan yang baru saja terjadi.

Dia masih tertegun melihat jalan yang dilalui oleh Olivia tadi dengan tatapan kosong. Ada rasa sesal yang muncul di dalam hati, karena telah menghina gadis itu.

Dia pun mengusap wajahnya dengan kasar dan menyesap sisa kopinya. Alzam kemudian berjalan ke arah kasir lalu membayar minuman mereka dan pergi dari sana.

Saat di luar caffe, sudah tak terlihat lagi jejak keberadaan Olivia di sekitar tempat tersebut. Dia mengacak rambutnya kesal, dan berjalan menuju ke arah sepeda motornya. Dengan perasaan bersalah dan ganjalan dihati yang semakin besar, Alzam terpaksa kembali tanpa hasil setelah pertemuan tersebut.

.

.

.

.

Jika suka cerita ini, silakan lanjut baca☺ dan jangan lupa tap ❤ (favoritkan) , 👍 (like) , 💬 (komen) , 🎁 (gift) , dan juga votenya.

terimakasih 😁

Terpopuler

Comments

Wanda Khumairah

Wanda Khumairah

Lanjut Thor

2023-02-13

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Kalo kamu bener pengsan nerarti emang kamu gak ngelakuin apapun,mana mungkin org pingsan bisa ngelakuin yg gak2,kamu bukannya mabok..harusnya ikut aja saran tuh cewek buat ke dokter,liat dia akan kelabakan..😂

2022-12-30

0

Benazier Jasmine

Benazier Jasmine

alzam laki2 baik knp olivia tega memperlakukan alzam sprt itu

2022-11-15

0

lihat semua
Episodes
1 Gadis bernama Olivia
2 Rival
3 Mengadu
4 Curhat
5 Tamu
6 Mengantar
7 Jangan datang lagi!
8 Tempat uji iman
9 Situasi tak terduga
10 Jebakan
11 Mencarinya
12 Kabar dari Leon
13 Tamparan
14 Memohon petunjuk
15 Maaf
16 Bertamu
17 Niatan
18 Lamaran
19 Fitting
20 Ocehan Rosaline
21 Pemeriksaan
22 Merenung
23 Hari H
24 Pernikahan
25 Pelaminan
26 Rumah baru
27 Obrolan dengan mertua
28 Sholat malam
29 Getaran
30 Orang asing
31 Aku ikut yah?
32 Ikut ke kedai
33 Memperhatikan
34 Kesal
35 Mengobati
36 Perhatian kecil
37 Makasih, suamiku
38 Kamu hantunya
39 Gadis Awam
40 Makan malam kaki lima
41 Kata-kata Mamah Ros
42 Rencana Mamah Ros
43 Sang tamu
44 Amarah
45 Manis atau Asin
46 Perhatian kecil lainnya
47 Pagi yang panas
48 Jama'ah pertama
49 Seseorang yang menunggu
50 Diskusi
51 Datang jauh-jauh
52 Maafkan aku, Mas
53 Sebuah lamaran
54 Bincang malam
55 Keributan di Kampus
56 Chat unfaedah
57 Aku ingin pindah
58 Minta ijin
59 Melihat rumah
60 Rumah baru
61 Lebih seksi dari ini
62 What?!
63 Masak
64 Panggilan tak terjawab
65 Ketiduran
66 Kantong plastik
67 Mengikuti kajian
68 Antusiasme
69 Partner
70 Prasangka
71 Apa aku boleh...
72 Kesal
73 Kesepakatan
74 Seorang pengunjung
75 Panik
76 Bertaruh dengan takdir
77 Kesabaran
78 Pesan pernikahan
79 Rentetan pertanyaan
80 Gaun haram
81 Transformasi
82 Aku nggak marah
83 Dokter Leonke
84 Penguntit
85 Kedatangan Papah Abi
86 Nasi goreng
87 Hidangan penutup
88 Rujak vs Salad
89 Tangan kasar
90 Sambutan Mamah Ros
91 Mendinginkan hati
92 Narasumbernya ketemu
93 Seseorang yang terus membayangi
94 Pengajian untuk Leon
95 Gamis biru muda
96 Kajian di rumah mertua
97 Istri macam apa?
98 Ilmu ikhlas
99 Seorang pelanggan kedai
100 Menolak jabat tangan
101 Masalah di antara mereka
102 Mengungkapkan
103 Maaf
104 Cerita pahit
105 Melepas beban
106 Membantu mertua
107 Suami limited edition
108 Pengin
109 Kehebohan pagi hari
110 Cek lab
111 What the F**k!
112 Tumpahan kopi
113 Mobil bergoyang
114 Menyergap
115 Pengacara
116 Kedatangan Keluarga Leon
117 Dua garis
118 Kekhawatiran Mamah Ros
119 Memberi tahu Papah Mamah
120 Berusaha semaksimal mungkin
121 Vonis
122 Pemeriksaan rutin
123 Kegundahan Leon
124 Aku mau taarufan
125 Datang bersua
126 Datang memenuhi undangan
127 Tantangan
128 Setuju nggak sih?
129 Pernikahan siapa?
130 Berhasil
131 Pernikahan
132 Happy ending
Episodes

Updated 132 Episodes

1
Gadis bernama Olivia
2
Rival
3
Mengadu
4
Curhat
5
Tamu
6
Mengantar
7
Jangan datang lagi!
8
Tempat uji iman
9
Situasi tak terduga
10
Jebakan
11
Mencarinya
12
Kabar dari Leon
13
Tamparan
14
Memohon petunjuk
15
Maaf
16
Bertamu
17
Niatan
18
Lamaran
19
Fitting
20
Ocehan Rosaline
21
Pemeriksaan
22
Merenung
23
Hari H
24
Pernikahan
25
Pelaminan
26
Rumah baru
27
Obrolan dengan mertua
28
Sholat malam
29
Getaran
30
Orang asing
31
Aku ikut yah?
32
Ikut ke kedai
33
Memperhatikan
34
Kesal
35
Mengobati
36
Perhatian kecil
37
Makasih, suamiku
38
Kamu hantunya
39
Gadis Awam
40
Makan malam kaki lima
41
Kata-kata Mamah Ros
42
Rencana Mamah Ros
43
Sang tamu
44
Amarah
45
Manis atau Asin
46
Perhatian kecil lainnya
47
Pagi yang panas
48
Jama'ah pertama
49
Seseorang yang menunggu
50
Diskusi
51
Datang jauh-jauh
52
Maafkan aku, Mas
53
Sebuah lamaran
54
Bincang malam
55
Keributan di Kampus
56
Chat unfaedah
57
Aku ingin pindah
58
Minta ijin
59
Melihat rumah
60
Rumah baru
61
Lebih seksi dari ini
62
What?!
63
Masak
64
Panggilan tak terjawab
65
Ketiduran
66
Kantong plastik
67
Mengikuti kajian
68
Antusiasme
69
Partner
70
Prasangka
71
Apa aku boleh...
72
Kesal
73
Kesepakatan
74
Seorang pengunjung
75
Panik
76
Bertaruh dengan takdir
77
Kesabaran
78
Pesan pernikahan
79
Rentetan pertanyaan
80
Gaun haram
81
Transformasi
82
Aku nggak marah
83
Dokter Leonke
84
Penguntit
85
Kedatangan Papah Abi
86
Nasi goreng
87
Hidangan penutup
88
Rujak vs Salad
89
Tangan kasar
90
Sambutan Mamah Ros
91
Mendinginkan hati
92
Narasumbernya ketemu
93
Seseorang yang terus membayangi
94
Pengajian untuk Leon
95
Gamis biru muda
96
Kajian di rumah mertua
97
Istri macam apa?
98
Ilmu ikhlas
99
Seorang pelanggan kedai
100
Menolak jabat tangan
101
Masalah di antara mereka
102
Mengungkapkan
103
Maaf
104
Cerita pahit
105
Melepas beban
106
Membantu mertua
107
Suami limited edition
108
Pengin
109
Kehebohan pagi hari
110
Cek lab
111
What the F**k!
112
Tumpahan kopi
113
Mobil bergoyang
114
Menyergap
115
Pengacara
116
Kedatangan Keluarga Leon
117
Dua garis
118
Kekhawatiran Mamah Ros
119
Memberi tahu Papah Mamah
120
Berusaha semaksimal mungkin
121
Vonis
122
Pemeriksaan rutin
123
Kegundahan Leon
124
Aku mau taarufan
125
Datang bersua
126
Datang memenuhi undangan
127
Tantangan
128
Setuju nggak sih?
129
Pernikahan siapa?
130
Berhasil
131
Pernikahan
132
Happy ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!