Di tempat lain, seorang pemuda baru saja keluar dari kamar mandi umum di salah satu pom bensin.
Wajah hingga kepalanya nampak basah terguyur air, namun wajahnya tak menyiratkan kesadaran penuh. Tatapannya kosong menerawang jauh ke depan.
Beberapa kali terdengar dia menghela nafas panjang. Pemuda tersebut pun kembali berjalan gontai ke arah motor matic, yang terparkit tak jauh dari toilet tersebut.
Dia lalu melajukan kembali kendaraannya, membelah jalanan ibu kota yang pagi ini cukup ramai. Dia berkendara dengan kecepatan rendah, karena sebelum mampir ke tempat pengisian bahan bakar tersebut, dia beberapa kali hampir mengalamai kecelakaan lalu lintas karena tak fokus mengemudi.
Pikirannya benar-benar tidak ada ditempat dan membuatnya seperti mayat hidup berjalan. Semua itu karena kejadian pagi ini, di mana dia tiba-tiba terbangun bersama seorang gadis di atas satu tempat tidur dalam keadaan tanpa busana.
Ya, dialah Alzam. Pemuda yang selalu mencoba menghindari Olivia, namun sekarang justru pikirannya dipenuhi oleh gadis kaya itu.
Setibanya di rumah, Alzam langsung berjalan masuk ke dalam kamarnya. Dia membanting tubuhnya ke atas kasur dan terlentang menghadap ke langit-langit kamarnya, yang langsung menunjukkan rangka atap.
Sang ibu yang melihat kepulangan putranya itu pun merasa heran dengan sikap alzam, yang bahkan lupa untuk mengucapkan salam.
Dia mendekat ke depan pintu kamar pemuda tersebut, dan mencoba mengetuk pintu.
“Zam! Alzam! Kamu nggak papa, Nak?” tanya Bu Aminah.
Alzam yang sedang berbaring pun seketika terbangun, dan berjalan menuju ke arah pintu. Dia terkejut karena sang ibu langsung mendapatinya pulang, padahal tadi dia tak merasa melihat keberadaan ibunya.
Pasti gara-gara ngelamun lagi, gumam Alzam dalam hati.
Dia pun membuka pintu kamar dan menyembulkan kepala sedikit keluar.
“Ya, Bu. Ada apa?” tanya Alzam.
“Ada apa? Kamu yang ada apa, Zam? Datang-datang bukannya salam, main masuk ke kamar aja. Nggak nyapa ibu juga lagi tadi. Kamu kenapa, hem?” tanya Bu Aminah.
“Astaghfirullah hal adzim. Maaf, Bu. Alzam lupa,” jawab Alzam sambil mengusap wajahnya.
Dia pun tak tahu kenapa bisa sampai lingkung seperti itu. Yang dia tahu jelas, semua berawal dari pagi yang menurutnya benar-benar sial ini.
Bu Aminah menelisik kondisi sang putra, dari atas hingga bawah. Dia melihat ekspresi wajah Alzam pagi ini yang terasa lain. Tatapan matanya kosong dan selalu menghindar untuk melakukan kontak langsung dengan dirinya.
“Semalem kamu tidur di mana, Zam? Kenapa nggak pulang? Kata Ina, kamu bakal pulang telat, eh taunya malah nggak pulang. Nggak ada apa-apa kan? Ibu kuatir lho,” cecar bu aminah.
“Ehm... Alzam... Alzam nginep di... di rumah temen. Iya, nginep di rumah temen, Bu. Ada yang Alzam bahas semalaman. Jadi masih agak ngantuk sekarang. Hehehe...,” kilah Alzam.
Namun, sang ibu terlihat tak begitu saja percaya. Akan tetapi, Bu Aminah tak mau memaksa putranya untuk bercerita saat itu juga, melihat Alzam yang baru saja pulang ke rumah.
“Ya sudah. Kamu tidur lagi aja. Kalau mau sarapan, di wajan ada sisa nasi goreng tadi pagi. Kalo mau, angetin sendiri aja. Ibu mau ke pasar,” seru Bu Aminah.
“Iya, Bu. Nanti aja. Alzam masuk lagi dulu,” pamit Alzam.
Dia pun kembali menghilang dan menutup rapat pintu kamarnya.
Seharian itu, Alzam memilih berdiam di rumah. Dia bahkan menyerahkan kedai kepada Abas, dengan alasan dia sedang tak enak badan.
Pikirannya masih terus tertuju pada Olivia. Ada rasa bersalah dan juga rasa penasaran, kenapa dia bisa berada di ranjang yang sama dengan gadis itu.
Apa yang udah terjadi semalem? Apa bener gue udah tidur sama tuh cewek? Ya Allah. Ampunilah hamba mu ini. Hamba bahkan tidak sadar telah melakukan dosa besar, batinnya.
Perasaan Alzam benar-benar kacau. Dia nampak tertekan karena kejadian tersebut. Pemuda yang bahkan belum pernah merasakan pacaran, tiba-tiba bangun di pagi hari dalam kondisi bugil bersama seorang gadis.
Jika Alzam baik-baik saja, maka artinya dia sudah terbiasa melakukan dosa seperti itu. Akan tetapi, melihat tingkahnya yang bak orang linglung, menandakan seberapa polosnya dia.
Pemuda malang tersebut tak tahu jika dia sudah dijebak oleh Olivia dan Leon. Kedua sahabat yang mampu melakukan hal gila, yang menurut mereka wajar dilakukan, tanpa tahu akibat untuk orang lain.
...☕☕☕☕☕...
Setelah mengurung diri seharian di kamar, keesokan harinya, Alzam memutuskan untuk mencari Olivia. Dia merasa tak tenang dan ingin segera mengklarifikasi semuanya.
Dia kembali menyerahkan urusan kedai kepada Abas, yang merupakan karyawan yang sudah bekerja dengannya cukup lama dan terlama, yang paling tau urusan kedai selain bosnya sendiri.
Alzam mencoba mendatangi apartemen Z, tempat di mana terakhir kali dia bertemu dengan Olivia.
Dia segera menuju ke lantai dua belas tempat unit milik Olivia berada. Dia tak tahu jika apartemen tersebut sebenarnya adalah milik Leon, sahabat gadis yang dicarinya itu.
“Assalamu’alaikum, Liv! Oliv! Assalamu’alaikum!” panggil Alzam.
Dia menggedor pintu tersebut dengan cukup keras, berharap penghuninya segera keluar. Dia sudah tak sabar ingin bicara dengan gadis itu dan mengklarifikasi semuanya.
“Oliv! Keluar, Liv! Ini aku, Alzam! Oliv, buka pintunya!” panggil Alzam lagi.
Sudah cukup lama dia memanggil-manggil gadis itu, namun tak ada sahutan sama sekali dari dalam.
Sementara di dalam apartemen, seseorang nampak baru saja bangun karena suara berisik dari luar apartemennya.
“Siapa sih yang gedor-gedor! Nggak tau apa ada orang lagi tidur?” keluhnya sambil meregangkan otot di atas tempat tidur.
Orang yang tak lain adalah Leon itu pun meraba nakas di sampingnya, dan mengambil ponsel yang ada di sana. Dia melihat jam di layar yang menunjukkan sudah pukul sembilan pagi.
“Udah jam segini ternyata,” gumamnya.
Dia kemudian meletakkan kembali ponsel tersebut ke atas nakas, dan turun dari tempat tidur. Karena baru bangun tidur, dia masih belum sepenuhnya sadar, hingga dia tak mendengar jelas siapa yang dicari orang di depan.
Suara teriakan kembali terdengar saat Leon sedang menuruni tangga apartemennya.
“Iya tunggu bentar! Siapa sih ganggu banget,” keluh Leon.
Namun saat dia hampir sampai di depan pintu, pendengarannya tiba-tiba berfungsi dengan normal. Dia mendengar nama Olivia disebut dari luar, dan membuatnya tiba-tiba berbalik dan bersandar di samping pintu, seolah pintu tersebut tembus pandang dari luar.
“Siapa yang cari Mak Lampir itu di sini? Jangan-jangan...,” gumamnya.
.
.
.
.
Jika suka cerita ini, silakan lanjut baca☺ dan jangan lupa tap ❤ (favoritkan) , 👍 (like) , 💬 (komen) , 🎁 (gift) , dan juga votenya.
terimakasih 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Arsuni Gustaf
kasihan sama Alzam.
2022-11-26
0
afrena
nah lho mampus kamu leon, kamu harus bertanggung jawab dg perbuatan jahatmu itu.
2022-11-21
0